33. CARE?

678 51 0
                                    

"Ingat pesan gue. Jangan pernah pakai perasaan."

Yugo lantas menancapkan gas motornya dan berpura-pura tidak mengetahui keberadaan gadis dibalik pohon. Sementara Aksara hanya bersikap acuh, kembali masuk dan membuka kamar VVIP milik Dinda. Pandangan Aksara tepat tertuju pada Dinda dengan perasaan rindu yang terpaut dengan sosok Alsya.

Tepat setahun yang lalu bahkan lebih dari itu Aksara selalu mengajak Alsya kemanapun gadis itu ingin dengan menaiki Dinda. Banyak kenangan yang tercipta dan sulit untuk Aksara lepas begitu saja.

"Sa, kamu mau ngapain ajak aku ke dealer motor? mana jalan kaki lagi," ujar Alsya. Gadis itu mengelap keringat yang menetes di pelipis serta atas dahinya.

Aksara tersenyum, membantu gadisnya menghilangkan keringat akibat ulahnya. Sinar matahari lumayan terik. Cuaca begitu bersahabat dengan mereka. Aksara melepas topi hitam di kepalanya, lalu memakaikannya pada Alsya.

"Mau beli motor dong sayang, untuk kita. Supaya aku bisa bawa kamu kemana aja."

"Papa kamu emangnya kasih izin?"

"Kalau udah soal kamu, Papa pasti kasih izin."

"Kamu gak jual nama aku ke Om Atlas, kan?" tanya Alsya dengan mata menyipit curiga.

Aksara tertawa terbahak-bahak saat itu juga. Aksara membingkai wajah Alsya dengan telapak tangannya. "Kamu lupa sayangnya Papa ke kamu, melebihi sayangnya Papa ke anaknya sendiri."

Alsya tersenyum menampakkan deretan giginya. "Ya udah, kalau gitu aku yang pilih motornya!"

***

Berbagai jenis motor mulai dari harga belasan sampai ratusan juga berjejer rapi sesuai tingkatan harga. Semuanya masih mengkilat, bahkan belum tertempel plat nomor kendaraan.

Aksara memperhatikan saja Alsya yang tampak bingung ingin memilih motor yang mana. Gadisnya itu menatap Aksara dengan bingung.

"Cantik semua. Beli semuanya boleh?"

Aksara terkekeh. "No, babby. Papa cuma kasih jatah satu. Dan kamu harus pilih yang terbaik."

"Kamu aja deh yang pilih. Aku bingung."

"Hadiah spesial dari Papa. Dan kata Papa harus calon mantunya yang pilih."

Alsya menatap semua jajaran motor. Dengan yakin ia berujar. "Ok. Kalau gitu aku yang pilih. Gak boleh kecewain calon mertua!"

Alsya mulai berjalan memperhatikan satu persatu motor yang menurutnya paling bagus di antara yang bagus. Langkahnya terhenti pada motor Kawasaki W175. Senyum Alsya mengembang sempurna. Tangannya menepuk-nepuk jok motor tersebut.

"Sa, aku mau yang ini."

Aksara mengernyit. Aneh dengan pilihan gadisnya. "Yakin mau yang itu? Gak yang itu aja?" Aksara melirik pada motor sport berwarna merah dan hitam.

"Aku suka yang ini. Desainnya retro gitu, klasik. Kayak tahun tujuh puluhan, tapi juga kelihatannya gak kalah modern."

Aksara lagi-lagi dibuat tersenyum. Bangga dengan pilihan gadisnya. Selera Alsya tidak pernah salah menurutnya. Aksara menggenggam tangan Alsya dan menuju pada meja pembayaran.

***

"Kamu suka motornya, Sa?" Tanya Alsya saat keduanya sudah berada di luar. Tepat di tengah keduanya motor baru pilihan Alsya berada.

Aksara menepuk pelan motor baru mereka. Lalu tersenyum dan mengusap pipi Alsya. "Apapun pilihan kamu, aku selalu suka, Sya."

Alsya terkekeh. Menggenggam tangan Aksara yang tadi berada di pipinya. "Kamu bucin."

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang