64. LIBURAN

780 46 3
                                    

64. LIBURAN

Seluruh kegiatan sekolah di liburkan karena bertepatan dengan tanggal merah di hari sabtu. Di tambah esoknya adalah hari minggu membuat Aksara sudah menyusun jadwal weekendnya bersama Sekar.

Cowok itu sudah mencari tempat tujuan yakni, berlibur ke puncak. Ia sudah memikirkan segala cara untuk bisa membawa pacarnya keluar dan full time dengannya dua hari penuh. Salah satunya dengan bantuan Yugo memberikan arahan untuk selalu berkata jujur dan beri jaminan anti-mainstrem.

Semalam suntuk ia membujuk Farki yang kerasnya hampir menyerupai batu menurut Aksara. Alhasil Farki menyetujui. Ia juga khawatir mengenai kesehatan mental adiknya. Hanya Aksara yang kini bisa ia andalkan untuk menghibur Sekar. Farki tak lagi memikirkan orang tuanya yang nanti akan marah besar.

Pasutri gila kerja itu sedang di sibukkan oleh perusahaan yang mengalami kebocoran data. Hal itu di sebabkan oleh penghianat yang berada di Alantra Company.

"Abang, Sekar pergi bareng Aksara, ya?" pamit Sekar berdiri di hadapan Farki. Abangnya itu bahkan sudah rapi dengan pakaian semi formalnya.

"Hati-hati sayang." Farki mengecup puncak kepala Sekar. Ia pasti akan merindukan adik kesayangannya.

Sementara Aksara mendengus melihat aksi berlebihan Farki.

"Apa lo? Gak pamit lo sama gue?" semprot Farki pada Aksara.

Aksara berdecak kesal. "Ribet lo. Izin gue bawa adek lo. Alias pacar gue," tekan Aksara.

"Aksa! Baik-baik ih, kalau Abang berubah pikiran gimana?" ujar Sekar mencubit lengan Aksara.

"Iya sayang."

"Huueekkkkk!" Farki mengelap mulutnya seolah ia sedang muntah.

"Abang!" kesal Sekar.

"Kalau bukan karena pacar gue-"

"Adek gue!" tekan Farki menatap Aksara.

"Gue gak mau izin ke lo!" lanjut Aksara dengan ogah-ogahan.

"Gue izin bawa adek lo mau di jadiin istri, Bang," sebut Aksara membuat Sekar melotot kaget. "Yok sayang!"

Belum sempat Farki menjawab. Aksara lebih dulu membukakan pintu untuk Sekar.

"AWAS LO PULANG-PULANG ADEK GUE HAMIDUN! GUE JUAL MOTOR BUTUT LO!" teriak Farki karena mobil mewah Aksara sudah menjauhi pekarangan rumah.

***

"Aksa, aku pingin ke rumah kakek nenek aku. Kita ngapain sih ke puncak?" keluh Sekar seraya mengerucutkan bibirnya dengan pipi menggembung.

Aksara terkekeh dan mengelus pipi Sekar. Ia memandang sekilas pacarnya yang selalu tampak lucu dengan ekspresi favoritnya.

"Gak mau weekend bareng aku? Kamu gak mau healing emangnya?"

"Hmm.. mau sih. Tapi.."

"Tapi kenapa?" tanya Aksara.

"Gak seru kalau berdua. Mau ada Dea juga. Tapi belum baikan sama Dea," lirih Sekar sembari memainkan kuku jempol Aksara dengan pandangan menunduk.

"Balik dari Puncak kita baikan sama Dea, ya?" tutur Aksara dengan begitu lembut hingga berhasil membuat Sekar mengangguk.

"Emangnya udah bisa maafin Dea?" tanya Aksara mengelus kepala Sekar.

Sekar menggeleng. "Gak tau. Dea jahat ya, Aksa?"

"Hmm.."

"Pasti bilangnya enggak. Dea kan sahabat lo," sela Sekar sedikit kesal.

Aksara dengan cepat mencubit pelan bibir Sekar. "Lo-gue sekarang?"

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang