61. BENAR-BENAR LEPAS
Seluruh kronologi berita mulai dari proses latihan, cederanya kaki Sekar, perdebatan mbak dan Dea, serta posisi Mandala pada saat perlombaan kemarin menempati posisi keempat bukan sebagai juara pertama seperti yang di harapkan sudah menyebar luas di laman resmi akun Instagram milik mandalasquad.
Belum genap setengah jam postingan tersebut sudah menjadi trending topik pagi ini. Seluruh murid terkejut bukan kepalang. Seperti sudah di rencanakan bahwa SMA Mandala akan kalah semua kronologi di urutkan satu persatu sehingga siapa pun berhak berasumsi.
Tak luput pasti ada yang bersimpati pada si ketua penari handal yang rela mengorbankan jabatannya demi sahabatnya. Ataupun berkesimpulan bahwa penyebab semuanya adalah Sekar yang terkesan egois.
Pemegang kekuasaan tertinggi SMA Mandala hanya bisa menatap kecewa pada mbak yang berdiri di sebrang hanya terhalang meja. Ruangan berhias piala, medali dan piagam yang terpajang menjadi saksi bahwa kali ini mbak tidak berhasil.
"Pak, maaf saya tidak bisa membawa Mandala kembali di puncak kemenangannya seperti yang di harapkan sekolah ini," ungkap mbak dengan pandangan malu juga sedikit tertunduk.
"Janji ingin membuat Mandala akan terus berada di puncak melalui kesenian tradisional Nusantara yang menjadi ciri khas sekolah ini hanyalah omong kosong darimu, Mbak Rina."
"Saya dan anak-anak sudah berusaha dengan baik agar sekolah ini menang, Pak. Namun keputusan juri dan penilaian juri di luar kuasa saya."
"Ucapanmu tidak salah, Mbak Rina. Namun anda masih bisa berusaha selama proses latihan agar menciptakan hasil yang terbaik," cetus kepala sekolah.
"Saya rasa dirimu juga kurang tegas dengan anak-anak," sambung kepala sekolah.
"Maaf, Pak. Tapi mereka berhak untuk menyampaikan pendapat dan ikut andil di dalamnya. Tidak melulu soal kita yang memaksa mereka untuk selalu nurut, Pak," jelas mbak Rina.
Kepala sekolah lantas menatap mbak Rina dengan sorot dingin. "Mereka tergabung di dalamnya dan mengikuti arahan guru dengan baik itu sudah termasuk andil di dalamnya, Mbak Rina. Ini persoalan sekolah, bukan lingkup kecil seperti yang anda pikirkan."
"Tapi, Pak-"
"Sudah. Saya tidak ingin memperpanjang masalah ini. Selesaikan tugasmu dengan benar, dan saya tidak ingin ini terulang kembali," tutup kepala sekolah membuat mbak Rina mendesah berat.
***
Seluruh anak ekskul tari dan jajaran penari handal telah di kumpulkan di ruang tari. Tidak semua yang hadir karena sebagian dari mereka belum tiba di sekolah.
Pagi yang begitu menakutkan dan berharap tidak akan pernah Dea lewati namun nahas sudah ada di depan mata. Dalam hati ia berharap Sekar segera datang dan mebantunya di tahap sulit ini. Namun sampai semua barisan telah rapi dan mbak sudah berdiri di depan mereka sahabatnya itu belum juga datang.
"Ada apa Mbak? Kenapa kita semua di kumpulkan di sini?" tanya salah satu anggota.
"Ada hal penting yang harus segera saya tuntaskan," jawab mbak dengan raut wajah begitu serius.
"Sebagaimana kita semua dan satu sekolah ini tahu bahwa kemarin SMA Mandala baru saja mengikuti lomba tari tingkat nasional. Dan sesuai kesepakatan antara saya dengan Dea, merujuk pada hasil lomba yang ternyata tidak sesuai harapan. Maka segala bentuk tanggung jawab serta kewajiban yang saat ini Dea emban resmi saya lepaskan, mulai hari ini, Rabu, 22 April 2021."
Keputusan mutlak tak dapat di ganggu gugat telah keluar hari ini. Mbak tidak main-main dengan ucapannya tempo hari. Dea menutup mata rapat-rapat dan tangan yang terkepal kuat meremas roknya. Satu air mata meluncur membasahi pipinya. Berharap Sekar datang dan bisa membantunya justru tak terlihat pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...