44. PHOBIA
Pot yang kemarin dikerjakan kini hampir selesai semua. Hanya beberapa pot yang belum dihias menggunakan cat karena menunggu pot tersebut kering selama sehari semalam. Seperti Aksara yang kini sedang menghias pot buatannya bersama beberapa orang temannya yang ikut membantu. Perihal Yugo, jangan tanyakan cowok tersebut ke mana. Sudah jelas jawabannya sedang PDKT dengan Hana sejak mereka berdua dinyatakan sebagai pasangan kelompok tim bunga.
Sementara Sekar. Gadis itu berdekatakan saja dengan sahabatnya yang sedang mengisi pot dengan tanah. Keduanya berjongkok sembari berceloteh dengan Sekar yang begitu mendominasi. Sementara Dea begitu amat fokus mengerjakan miliknya.
"Dea!" panggil Sekar menatap Dea sekilas.
"Hm?"
"Kapan-kapan nginep di rumah gue, yuk, De!" ajak Sekar dengan binar dimatanya.
"Mau ngapain emangnya?"
Sekar meringis mendengar pertanyaan Dea yang menurutnya sangat tidak wajar. "Kok ngapain sih? Ya main lah, Dea. Terus kita bisa foto-foto bareng, main game bareng. Besok kan Minggu. Mau ya, De?"
Dea menatap Sekar. Ekspresi wajah Sekar begitu ceria hari ini. Dea tersenyum lalu menggeleng membuat Sekar lantas cemberut. "Sorry, gue gak bisa, Kar. Kalau gue nginep di rumah lo, entar siapa yang jagain rumah gue?"
Sekar memasukkan tanak menggunakan kedua tangannya yang dilapisi oleh sarung tangan karet. Gerakan yang gadis itu lakukan terlihat tidak ikhlas. Tampak jelas Sekar melampiaskan kekesalannya. "Dea, mau, yaaa? Kemarin kan gue udah main di rumah lo. Gantian ya? Gue gak ada teman tau," bujuk Sekar membuat dirinya benar-benar merasa tersiksa kali ini.
Dea tetap menggeleng. Gadis itu menolak ajakan Sekar. Ada hal yang harus gadis itu lakukan agar bisa terus berada diposisinya. "Kalau gue nginap di rumah lo, yang ada kita main terus, Kar. Gak bisa belajar dong."
Sekar mendadak sumringah seraya terus memasukkan tanah kedalam pot. "Ya udah, kalau gitu nanti kita belajar bareng. Gue panggil deh Bu Shinta untuk ngajarin kita!"
"Bu Shinta siapa?" tanya Dea bingung.
"Guru les gue!" jawab Sekar dengan suara terlampau ceria. Tampaknya Dea akan mau menerima ajakannya.
"Lo masih les?" tanya Dea terdengar kaget. Sekar mengangguk dengan antusias.
"Gue kira lo pintarnya murni." Tukas Dea membuat Sekar mendadak diam.
"Dea kok gitu sih bicaranya? Emang gue pernah bilang, kalau gue pintar?" tanya Sekar dengan bibir sedikit mengerucut, seraya menunggu jawaban Dea.
Dea menatap Sekar. Tertawa-itulah reaksi yang Dea berikan. Wajah Sekar kini terlihat amat menggemaskan dimata Dea. Kedua tangan Dea yang dibalut sarung tangan karet mencubit pipi Sekar dengan gemas.
Terikan histeris yang tiba-tiba Sekar keluarkan justru membuat Dea mendadak bingung sekaligus terkejut, atensi orang-orang yang berada disekitar secepat kilat menjurus pada Sekar.
"AAAAA!! CACING!! ABANG!!"
Farki buru-buru berlari ketika mendengar Sekar berteriak histeris memanggil dirinya dan langsung memberikan penenang pertama dengan sebuah pelukan hangat untuk Sekar. Tubuh Sekar gemetar hebat dengan nafas memburu, gadis itu menangis histeris di dalam pelukan Farki.
"Abang, hiks..hiks.. Sekar takut!" Sekar terus meracau menyuarakan apa yang dirasakannya.
"Ada cacing Abang, hiks..hiks.. Sekar takut!" Tangis gadis itu semakin kencang membuat Farki tak henti-hentinya mengelus punggung adiknya yang bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...