32. SERENDIPITY

629 48 0
                                    

Saat ini Sekar sedang berada di walk in closet miliknya dan hampir siap dengan outfit pilihannya. Mengenakan mini slip dress berwarna coklat dipadukan atasan klasik bentuk turtleneck ditambah dengan loafers shoes yang merupakan hadiah dari Abangnya setahun yang lalu. Sekar sangat bersyukur sepatu kesayangannya masih muat di kakinya walaupun setahun sudah berlalu.

Sekar duduk dimeja rias lalu mengoleskan bedak tipis dilanjutkan dengan lip-blam agar bibirnya tidak terlihat pucat. Lalu Sekar membuka laci disebelah kanannya yang berisi semua jenis pita rambut kesukaannya. Sekar mengambil pita rambut berwarna merah hadiah dari kakeknya setahun yang lalu atas prestasi yang berhasil diraihnya. Tak lupa menyemprotkan sedikit parfum berkelas dari YSL beraroma black opium yang juga diberikan oleh mamanya beberapa bulan yang lalu saat ia masih bersekolah di Bandung. Parfum itu juga sebagai bentuk hadiah karena Sekar berhasil menjuarai lomba membaca puisi di sekolahnya. Gadis itu tersenyum dengan manis. Menatap wajahnya yang begitu berseri sore ini.

"Hmmm.. wangi, cantik lagi kayak mama!"

"Hehehe."

Sekar berdiri dilanjutkan dengan memilih Sling bag yang akan dipakainya. Jajaran tas-tas mahal dengan nama dunia hampir memenuhi bilik-bilik lemari di hadapannya. Semua tas ini juga merupakan hadiah dari Papa dan Mamanya. Hampir setiap barang yang mengisi walk in closet nya merupakan hadiah atas prestasi yang diraihnya.

"Pakai warna apa ya?"

"Hmmm.. merah aja, deh. Samaan kayak pita rambutnya."

Sekar lantas mengecek isi dalam tasnya. Sama seperti tas-tas sebelumnya. Selalu tersedia sebuah kartu ATM beserta passwordnya. Tentu saja itu hadiah tambahan dari kedua orangtuanya. Tapi sayang, bukan itu yang Sekar butuhkan. Tapi, bukan juga ia tidak bersyukur atas semua yang dimilikinya. Sekar sangat bersyukur, tapi ada yang lebih penting dari semua materi yang diharapkan seorang anak. Kasih sayang dan perhatian, hanya itu yang Sekar butuhkan. Selama ini kasih sayang yang orangtuanya tunjukkan serta perhatiannya hanya berupa barang-barang mahal yang berada di sekitarnya. Sekar butuh usapan lembut, sapaan di setiap pagi dari Papa dan Mamanya, sarapan bersama, dan mengantar bahkan menjemput dirinya sepulang sekolah. Apalagi berbelanja bersama. Hal itu yang Sekar nantikan bersama sang Mama.

Sekar menarik nafas dalam-dalam. Lalu keluar dari sana dan menuju ke lantai bawah rumahnya. Tak lupa selalu ada senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

***

"Bi, Abang mana?" Tanya Sekar. Sedari tadi Sekar mengecek setiap ruangan yang sekiranya tidak terkunci dan mencari keberadaan Farki. Namun abangnya itu tidak terlihat di manapun.

"Lagi di kantor, Non. Tadi sekretaris Yun menjemput."

"Pak Maman ada kan, Bi?"

"Ada, Non. Palingan di pos."

Sekar melirik pada bi Inah. Asisten rumah tangganya itu sedang mempersiapkan makan malam.

"Itu Bibi buat apa?" Tanya Sekar iseng sambil menunjuk arah penggorengan.

"Mana, Non?"

"Eh, Non Sekar. Jangan diambil. Itu belum masak, Non!" Teriak bi Inah saat Sekar mengambil sepotong tempe yang belum di masak.

"Sekar minta, Bi!"

"Non Sekar mau kemana, Non? Bentar lagi Abangnya Non Sekar pulang!" Bi Inah berlari hingga ke pintu depan. Tapi sayang, Sekar lebih dulu sampai di pos satpam.

***

Sekar menghampiri pos satpam dimana terdapat pak Maman yang sedang asik menonton ditemani segelas kopi dan kacang almond.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang