26. AIR MATA RINDU

882 53 0
                                    

Anak tangga sebanyak 15 buah menjulang kelantai dua sebagai sarana untuk anak kelas 11 dan 12 menuju kelas mereka. Tangga sekolah merupakan tempat favorit kedua setelah kantin. Apalagi kegiatan pemblokiran jalan dilakukan oleh segerombol pentolan sekolah dengan nama geng yang memiliki pamor yang cukup berpengaruh.

Tapi sayang, geng berisi cowok-cowok ganteng nan dingin kini tidak ada di SMA Agora. Hanya dua pentolan nakal langganan ruangan BK. Siapa lagi jika bukan Aksara dan Yugo.

Tidak mengapa, walaupun kegiatan pemblokiran jalan tidak berjalan mulus tapi pesona keduanya cukup setara dengan segerombol geng sekolah yang memiliki pengaruh cukup besar. Terbukti dari para cewek-cewek yang bolak balik melewati tangga tanpa tujuan yang jelas-atau sudah cukup jelas untuk melihat ketampanan dari Aksara.

Di tengah lapangan yang tidak terlalu panas sudah ada Fika bersama dua temannya. Memperhatikan Aksara dari kejauhan yang sedang bercerita dengan Yugo.

Tatapan Yugo tak sengaja bertubrukan dengan Fika. Alisnya terangkat satu, bingung dengan tingkah cewek populer itu.

"Ngapa tuh sih, Fika?" Tanya Yugo sembari menepuk pundak Aksara memberi kode.

Aksara hanya mengendikan bahu pertanda tidak tahu, lebih tepatnya tidak peduli.

Satu sekolah sangat memuja ketampanan laki-laki bercincin karet hitam di kelingkingnya. Bahkan mereka membuat grup fanbase bernama 'Aksara Fans Club'. Dengar-dengarnya tidak hanya dari SMA Agora saja. Tapi cewek dari sekolah lain pun juga ikut bergabung didalamnya. Aksara begitu terkenal karena cowok itu selalu menepati apa yang dikatakannya.

Baru kemarin saja cowok itu melanggar apa yang sudah menjadi janjinya. Itu semua disebabkan oleh cewek sialan yang tidak ingin ia temui lagi. Dan Aksara benar-benar membenci gadis itu.

"Guh, Guh, mau kesini tuh sih, Fika!" Heboh Yugo.

Aksara hanya melihatnya sekilas. Cowok itu duduk di anak tangga ketiga sementara Yugo berada di atasnya.

"Hai, Sa!" Sapa Fika dengan senyum manis gadis itu. Siapapun yang melihat Fika bakal memuji kecantikan gadis itu. Bulu mata lentik dengan bibir kecil merah muda. Ditambah dagu yang sedikit terbelah.

"Widih.. Neng Fika.. bawa coklat untuk Aa ya, Neng?" Tanya Yugo menggoda.

"Untuk kamu, Sa!" Fika memberikan sebatang coklat kepada Aksara. "Papa baru pulang dari Singapura. Oleh-oleh katanya."

Aksara mengambil coklat itu tanpa ekspresi sedikitpun, walaupun begitu cukup membuat Fika tersenyum senang.

Fika mengernyit ketika coklat itu berpindah tangan ke Yugo.

"Buat lo, dari Singapur!" Tekan Aksara lalu berdiri berniat menaiki anak tangga selanjutnya. Tapi sial, Fika malah menahan tangannya membuat dirinya refleks menghentak kasar tangan Fika.

Bruk!

"AKSARA!!" Teriak bu Ema ketika Fika terjungkang dan jatuh di bawah kakinya.

"Lemah!" Desis Aksara.

"Awhhh.." Siku Fika berdarah karena tergores keramik yang sudah pecah di bagian sudutnya.

"BK lagi.. BK lagi.." Lirih Yugo dengan tampang memelas.

"Fika, berdiri, nak!" Bu Ema membantu Fika untuk beridri. Darah menetes membasahi lantai. Fika sudah menangis karena tak tahan dengan rasa perih di sikunya.

"Hei, kalian. Kemari!!" Teriak Bu Ema pada kedua teman Fika.

"Bawa Fika ke UKS. Habis itu telfon supir untuk mengantarkan pulang."

"Iya, Bu."

"Aksara, turun kamu!" Perintah Bu Ema garang.

Yugo berdecak. "Turun lo, Guh!"

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang