34. ¼ MALAM

687 56 1
                                    

Aksara mendudukkan Sekar di atas Dinda. Darah di lutut Sekar belum berhenti mengalir. Bahkan Sekar meletakkan kedua telapak tangannya di pundak Aksara. Rasa perih yang menggerogoti di lutut membuat Sekar meremas jaket Aksara.

Sekar terus menangis. Bahkan matanya memicing menahan perih bersama isakan yang lolos dari mulutnya. Aksara menatap tajam pada Sekar. Tangis Sekar yang tak kunjung berhenti membuat Aksara cukup kelimpungan.

"Gue bilang berhenti nangis. Liat tuh darah lo gak mau berhenti!" ketus Aksara.

"Aksa, perih..hiks..hiks!"

Aksara mengaktifkan ponsel yang sedari tadi nonaktifkan nya. Lima kali notifikasi panggilan telepon dari Papanya tidak terjawab. Di tambah pesan dari Dea yang beribu jumlahnya. Aksara mencari nomor Yugo lalu menelpon sahabatnya itu. Tangis Sekar yang tak kunjung berhenti membuat Aksara refleks menarik tengkuk leher Sekar lalu membenamkan wajah Sekar di ceruk lehernya.  Hal yang Aksara lakukan guna meredam suara tangis Sekar. Tidak ada hal khusus.

"Lo dimana?"

"Di rumah. Main PS."

"Datang lo kesini pakai mobil. Alamatnya gue kirim."

"Mau nga–"

TUT!

Aksara mematikan sambungan telepon secara sepihak. Lalu mengirimkan lokasi tempat ia berada pada Yugo.

Aksara memasukkan ponselnya ke saku jaket. Lalu matanya melirik pada kepala Sekar dengan jarak yang sangat dekat. Sesenggukannya masih terdengar hingga membuat badannya ikut bergetar, bahkan tidak ada niat untuk menyudahi.

"Aksa, hiks..hiks..perih!" lirih Sekar.

Aksara merasa sedikit kasihan. Suara Sekar bahkan tidak jelas terdengar.

"Nanti kita beli minum ya, Aksa..hiks..hiks..haus."

Aksara hampir saja tertawa, namun segera cowok itu urungkan. "Makanya gue bilang berhenti nangis ya berhenti!" ketus Aksara.

Sekar tak lagi menjawab. Kepalanya semakin mendusel mencari tempat ternyaman di pundak Aksara, untuk mengalihkan sedikit rasa sakit di lututnya.

***

Yugo mematikan mesin mobilnya. Cowok itu terburu-buru mendekat pada dua orang yang terlihat saling berpelukan di depan sana. Suasana yang gelap membuat kedua orang itu terlihat sangat romantis.

"ASTAGHFIRULLAH!!"

"ALLAHUAKBAR!!" Yugo berseru heboh dengan ekspresi terkejut.

"Habis lo apain anak orang, Guh?!!"

"Eh, itu siapa?" Bisik Yugo seketika memelankan suaranya dan sedikit mengintip ke arah leher Aksara.

"Buka pintu mobil lo!" perintah Aksara dan langsung di lakukan Yugo.

Aksara kembali menggendong Sekar menuju mobil Yugo. Di sela-sela langkah yang semakin maju, Sekar bergumam pada Aksara.

"Nanti kita beli minum ya, Aksa, haus..hiks..hiks!"

"Iya, nanti kita beli minum." Jawab Aksara seraya perlahan-lahan memasukkan Sekar ke dalam mobil.

Sebelum Aksara menutup pintu penumpang bagian depan, Yugo lebih dulu melakukannya.

"Lo jawab gue. Lo habis ngapain Sekar, Teguh?!"

"Gue pinjam mobil lo. Lo bawa sih Dinda."

Selanjutnya Aksara mengambil kunci mobil dari tangan Yugo dengan buru-buru. Lalu pergi dari sana.

Yugo menatap saja kepergian mobil kesayangannya. Lalu melihat ke kanan dan ke kiri—tidak ada siapapun. Yugo mengelus dadanya berusaha sabar.

"Demi Teguh. Gue rela matiin PS dan langsung tancap gas ke sini. Tapi apa balasan lo sama gue , Guh?"

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang