Hari demi hari yang Sekar lalui di Mandala semenjak Aksara datang membuat keduanya sering berpapasan di koridor maupun di kantin. Namun tidak ada pembicaraan dari keduanya. Sekar terlalu takut untuk memulai dan Aksara selalu menatap tajam pada Sekar ketika tak sengaja melihatnya.
Pernah secara tak sengaja dan kebetulan semua meja di kantin sudah terisi penuh oleh siswa-siswi yang makan, membuat Sekar dan Dea bingung mau duduk dimana sementara makanan sudah terpesan. Kebetulan Dea lebih dulu melihat Aksara bersama Yugo di meja tengah—tempat paling strategis untuk mendengarkan gosip terhangat. Awalnya Sekar menolak, dan memilih untuk makan di kelas saja. Tapi Dea bersikeras ingin berada satu meja dengan Aksara.
"Gue makan di kelas aja deh," ujar Sekar dengan raut khawatir.
"Ih Sekar, kita gak boleh tau makan di kelas. Nanti kena marah Bu Nanik."
"Ya udah deh makan di taman belakang aja yuk, De."
"Gak usah jauh-jauh Sekar. Tuh, di meja Aksara masih bisa kok. Udah yuk!"
Aksara dan Yugo sedang menyantap batagor yang tadi mereka pesan dari stand ujung. Yugo menyenggol lengan Aksara ketika Dea bersama Sekar menuju kearah mereka.
"Si Dea sama Sekar pasti mau ke sini."
Aksara sontak menatap ke depan. Langkah Dea begitu cepat hingga Sekar dan Dea sudah berdiri di hadapannya.
"Gue cabut," cetus Aksara.
"Eh, Sa, kok cabut sih? Lo mau duduk dimana nanti?" Tanya Dea sambil menatap sekeliling.
"Di rooftop bisa, De," jawab Yugo.
"Ngapain jauh-jauh ke rooftop coba. Udah makan di sini aja. Bareng-bareng kan enak."
"Gak nafsu gue," ketus Aksara.
"Eh.. De, gak papa kok, gue makan di meja Kak Al aja. Tuh tadi gue baru liat Kak Al di pojok. Lo gabung sama mereka aja gak papa," jelas Sekar tak ingin memperkeruh keadaan. Sekar tahu bahwa Aksara sedang menghindari dirinya saat ini.
Baru saja Sekar ingin berbalik dengan cepat Aksara menahan tangan Sekar lebih tepatnya sedikit menarik hingga kuah Odeng yang masih mengepul di tangan Sekar tumpah dan membasahi kulit putihnya.
"Akhhh!"
"Sekar!" Kaget Dea lalu buru-buru mengambil tisu dan mengelapnya.
Teriakan Sekar berhasil menyita perhatian sebagian siswa-siswi termasuk Alvian. Alvian segera bangkit dan melihat keadaan Sekar. Tangan Sekar memerah seperti melepuh. Alvian mengeraskan rahangnya berusaha mengontrol emosi dalam dirinya. Alvian menjauhkan tangan Aksara yang masih berada di tangan Sekar.
"Peringatan terakhir untuk lo. Jangan pernah dekat sama Sekar apalagi sentuh Sekar."
"Ayo, Kar!" Alvian membawa Sekar dengan merangkul tubuh Sekar yang terlihat pas di sampingnya.
Sementara Aksara berdecak kesal di tempatnya berdiri. Bisa-bisanya Alvian ikut campur dalam masalahnya. Bahkan Alvian tidak tahu seberapa besar kesalahan yang telah Sekar perbuat pada Aksara. Tatapan Aksara jatuh pada Dea yang menatap kepergian Alvian dan Sekar dengan tatapan nanar. Aksara mendengus kesal. Posisinya benar-benar sulit saat ini.
"Mau kemana lo?" tanya Yugo.
***
Aksara mengikuti kemana Alvian membawa Sekar. Saat tiba di lapangan dan situasi juga terlihat sepi karena hampir sebagian murid sedang di kantin, Aksara menjauhkan tubuh Alvian dari Sekar. Membuat Sekar terkejut dan berada di belakang Aksara karena cowok itu menariknya.
"Gak usah sok jadi super hero kalau lo sendiri aja belum bisa peka ke cewek yang suka sama lo," ujar Aksara menatap tajam Alvian.
"Lo ikut sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Ficção AdolescenteSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...