Reyna daritadi hanya menatapi orang-orang yang lalu lalang di dalam ruang rawatnya.
Ada Beomgyu yang tengah menyuntikkan sesuatu pada Reyna, Beberapa suster yang seperti menyiapkan obat-obatan, Juga Jihoon yang daritadi sibuk menelfon seseorang.
Setelah Beomgyu selesai dengan jarum suntiknya, Sekarang giliran Jihoon yang mendekat, Menatap Reyna dengan senyuman tipis.
"Gimana? Udah mendingan?" tanya Jihoon
"Menurut lo?"
Jihoon terkekeh mendengar bagaimana respon Reyna, Jihoon mengambil langkah ke sisi ranjang dan melepaskan borgol yang mengikat tangan Reyna.
Reyna hanya menatap bingung, Ini jangan jangan Reyna mau dibawa balik ke hotel ya?
"Hoon, kayaknya gue masih sakit deh.. Sakitt bangettt Hoon.. Kayaknya gue butuh seminggu lagi dirawat disini." ucap Reyna sambil berlagak sakit kepala.
Lagi-lagi Jihoon terkekeh, "Yoshi nyuruh gue bawa lo ke dia, Kayaknya dia kangen banget sama targetnya." ucap Jihoon.
"Lo kayaknya emang seneng banget ya, liat gue disiksa dia?"
"Bukan gitu-
"Lo bahkan gak ada niatan buat bebasin gue."
"Reyn-
"Tadinya gue masih naruh sedikit kepercayaan buat lo, Tapi kayaknya lo sama bajingannya."
"Pikirin sesuka lo deh, Gue gak mau debat. Dan perlu lo tau.. Gue bukanya gak punya rasa kemanusiaan, Tapi ada satu nyawa yang harus gue lindungin, Reyn." ujar Jihoon
Reyna hanya diam menatap lurus kedepan, Enggan mendengar apapun dari Jihoon.
Jihoon akhirnya menarik kursi roda disisi ruangan lalu menarik Reyna untuk duduk di kursi roda.
Hingga akhirnya mereka masuk kedalam mobil, Hanya mereka berdua, Tidak seperti biasanya dimana anak buah Yoshi selalu membuntuti mereka.
Reyna duduk di depan, Dengan Jihoon yang mengemudi, Sebenarnya mereka mau kemana sih?
Reyna daritadi sedikit risih sama pakaian rumah sakit ini, Soalnya walaupun oversize tetap saja tipis, ditambah dirinya tidak menggunakan dalaman apapun.
"Turunin gue."
Jihoon menoleh, Reyna menatap Jihoon cukup serius, "Turunin gue disini." ulang Reyna lagi.
Reyna menghela nafas saat melihat Jihoon yang hanya menatapnya dengan tatapan bingung, "Gak ada siapapun selain kita juga kan? Turunin gue, Bantuin gue sekali ini aja." ucap Reyna mulai memohon.
Jihoon menghela nafas, "Seandainya gue bisa, Reyn.." gumam Jihoon.
"Ya lo bisa! Apa susahnya lo turunin gue disini? Dan bertindak seolah gak ada apa apa??" ucap Reyna mulai emosi.
"Mobil ini udah dipasang alat pelacak, dan lo liat mobil yang dibelakang itu daritadi ngikutin kita, Isinya anak buah Yoshi semua." ucap Jihoon lagi.
Reyna menghela nafas panjang, mengusak rambutnya frustasi, Gak ada yang bisa dia lakuin selain muter otak buat cari cara lepas dari Yoshi.
Hening.
Lampu merah menyala, dan gak ada yang memulai topik diantara mereka.
Jihoon sibuk menatap kedepan, Sedangkan Reyna hanya melamun menatap banyaknya spanduk ataupun poster pencaharian dengan wajah Reyna dipajang disana.
Reyna langsung duduk tegak melihatnya, ada cukup banyak spanduk spanduk mengenai dirinya disana, Yang artinya, Donghae sedang mencarinya.
Ada rasa lega namun juga khawatir di dalam kepala Reyna, Reyna merasa lega karena ternyata Donghae masih berusaha mencari dirinya, Namun Reyna cukuk khawatir dengan kesehatan papanya itu.
Tanpa sadar, Reyna menyeka pipinya yang basah karena air matanya sendiri. Sontak, Hal itu mengundang perhatian Jihoon.
"Reyn?"
"Jangan liatin gue, Lampu nya udah hijau." jawab Reyna masih membelakangi Jihoon dan menatap jendela mobil disisinya.
Jihoon menatap bingung sebari menjalankan mobilnya karena lampu merah sudah berganti hijau.
"Lo nangis?"
"Fokus nyetir, Awas ada kucing lewat." jawan Reyna
Reyna terus mengelak pertanyaan Jihoon, Entahlah Reyna cuma gak mau keliatan lemah di depan Jihoon.
Sedangkan Jihoon dihadiahi banyak tanda tanya, Namun tanda tanya itu hanya sebentar sebelum akhirnya Jihoon melihat spanduk besar di sisi jalanan.
Jihoon mengerti sekarang.
Merasa cukup membaik, Akhirnya Reyna kembali menyenderkan punggungnya pada jok mobil sebari memejamkan matanya menghela nafas panjang.
"Mereka bakal nemuin lo." ucap Jihoon.
Reyna membuka matanya, melirik Jihoon yang sedang fokus menyetir namun dengan senyuman tipis dibibirnya, "Kalau boleh gue kasih saran, Ngebangkang Yoshi malah buat dia makin semangat buat nyakitin lo Reyn.." ucap Jihoon.
Jihoon menarik nafasnya lagi, "Sekali kali coba buat ngertiin dia atau seenggaknya bersikap nurut dan ikutin alur main dia, Karena itu kelemahan dia." sambung Jihoon
"Maksud lo?" tanya Reyna yang mulai tertarik dengan ucapan Jihoon.
"Yoshi bukan psikopat, Dia juga bukan penjahat, Dia cuma alat nya Tiffany buat bales dendam ke Bokap lo."
"Gue gak tau sih pastinya, Gue cuma denger ucapan mereka beberapa kali, selain demi saham Tiffany nikahin bokap lo karna terobsesi, Bukan cinta. Tiffany ngerusak hubungan bokap lo sama nyokap nya Yoshi di masa lalu."
"Maksud lo, Ucapan Yoshi emang beneran?"
Jihoon menggedikkan bahunya, "entah, Tiffany terus bilang kalo Yoshi harus ngebunuh lo. Yang artinya dia emang butuh Bokap lo doang. Tiffany terobsesi sama bokap lo Reyn.. Mereka berdua punya masa lalu yang bokap lo gak tau." ujar Jihoon
Reyna menggelengkan kepalanya, "Papa baru kenal Mak Lampir itu setelah Mama gue gak ada, Gak mungkin mereka ada masa lalu."
"Entahlah, Gue juga gak paham. Tapi yang gue tangkep Tiffany pengen banget lo sama bokap lo jadi budak dia, entah karna apa." kata Jihoon
Reyna bergelut dengan pikirannya, Mencoba memahami bagaimana situasi papanya, Atau apa yang terjadi hingga membuat Tiffany menjadi begitu?
Ditambah, Sekarang Reyna tau, Yoshi dan Haruto hanya sebuah alat untuk menyakiti keluarganya.
Apa berarti Yoshi gak bersalah?
Dan apa kata Jihoon tadi benar adanya?
Apakah Reyna harus menurut pada Yoshi atau berusaha memahami Yoshi? Astaga itu susah! Baru liat Yoshi aja Reyna absen semua hewan dikebun binatang.
"Reyn, lo cuma perlu Buat Yoshi suka sama lo, Setelahnya tinggalin dia. Itu cara tepat buat nyakitin dia." ucap Jihoon tiba-tiba.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE • Kanemoto Yoshinori ver✔️
Action"i'm Yoshinori, And You're Mine Now!" 🔞 ⚠️Kekerasan ⚠️Bahasa Non-Baku ⚠️Unsur Dewasa