Junkyu terkejut saat Reyna membuka matanya dengan mendadak dan nafas memburu, "Reyn, are u okay?" tanya Junkyu saat melihat Reyna seperti orang ketakutan.
Bukanya menjawab, Reyna malah langsung duduk dan memeluk Junkyu dengan erat, Reyna seolah menumpahkan segala ketakutan nya pada Junkyu, Sedangkan Junkyu yang terkejut langsung mengerti dan membalas dekapan gadis itu.
"It's okay, i'm here." gumam Junkyu.
Junkyu menenangkan Reyna hingga akhirnya gadis itu melepaskan pelukannya, Junkyu meraih kedua bahu Reyna dan menatap wajah Reyna.
Wajah yang babak belur, penuh dengan luka dan juga perban.
"Tenang, Okay.."
Reyna yang awalnya terlihat gak terkontrol mulai tenang dan menetralkan deru nafasnya, lalu menatap Junkyu yang tengah melihatnya dengan penuh kecemasan.
"Lo kemana aja? Kenapa baru datang? Gue takut.. Yoshi.. Gue takut Yoshi nyiksa gue lagi.." ucap Reyna gelagapan,
Junkyu mengelus surai gadis itu, dan terus mengusap punggung Reyna, berusaha menenangkan gadis itu.
"Maaf.. Reyna, Maaf.." gumam Junkyu.
Junkyu menidurkan tubuh Reyna agar bersandar, lalu dirinya mengambil duduk dibangku yang ada di sisi brankar.
Reyna sama sekali gak melepaskan tangan Junkyu dari genggamannya, Gadis itu menggenggam Tangan Junkyu dengan erat seolah takut Junkyu akan pergi lagi.
Setelah malam itu, Reyna seharus nya mati malah kembali hidup dan mengalami siksaan yang rasanya jauh lebih sakit daripada saat Reyna mencoba menenggelamkan dirinya.
Disana, Junkyu hanya bisa menatap Reyna dengan penuh kekhawatiran, Tangan kanannya mengusap tangan Reyna yang diperban.
"Astaga.. Kenapa lo sampe kayak gini.." gumam Junkyu.
Junkyu benar-benar merasa bersalah melihat hancurnya keadaan Reyna, Padahal hanya dua hari Junkyu tidak menemui Reyna, dan sekarang gadis itu keliatan babak belur.
"Yoshi ngehukum gue gara-gara gue berusaha bunuh diri di bathup." gumam Reyna dengan suara gemetar.
Junkyu membulatkan matanya saat mendengar Reyna berusaha bunuh diri, Dan Junkyu rasa Reyna sudah mengetahui kabar kematiannya yang palsu.
"Mak lampir itu juga ngasih tau kalo papa berhenti nyari gue gara-gara Tiffany naruh jasad palsu mirip gue.. Jun, gak ada harapan lagi buat gue hidup.." ucap Reyna, Mata bengkak nya sudah mengeluarkan air mata lagi.
"Gue mau mati aja Jun.. Gue udah gak peduli kalau emang papa pernah ninggalin mama nya Yoshi di masa lalu.. Gue udah gak peduli kalau Yoshi emang beneran sodara gue.. Gue gak peduli Jun.. Lebih baik gue meninggal daripada gue hidup cuma buat dijadiin budak sex atau di pukulin setiap hari.." ucap Reyna lagi, Junkyu menunduk mendengar Reyna yang bicara dengan nada gemetar, Bahkan tangan Reyna yang menggenggam Junkyu juga gemetar.
Gak ada kalimat yang bisa Junkyu lontarkan, Karna nyatanya dia juga gak tau harus merespon bagaimana.
Junkyu bisa aja menyelamatkan Reyna, Tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk membongkar identitas aslinya, Bukan waktu yang tepat untuk balas dendam. Junkyu masih menunggu saat itu tiba.
"Jun, Waktu gue cuman seminggu.. Gue kangen papa." ucap Reyna.
Junkyu menatap Reyna bingung sedangkan Reyna mengusap pipinya yang basah, "Tiffany nyuruh Yoshi bunuh gue dalam kurun waktu satu minggu." kata Reyna membuat Junkyu cukup terkejut.
"Reyn.. Sekarang cukup nangis nya, Lo harus istirahat." ucap junkyu yang gak berniat membahas hal ini.
Junkyu berdiri dan menarik selimut, menyelimuti Reyna lalu mengelus kepala gadis itu. Sedangkan Reyna menenangkan nafasnya dan berusaha memejamkan matanya, Jujur, Reyna lelah dan rasanya matanya yang bengkak terlalu berat untuk melek, Jadi Reyna hanya nurut dan berusaha untuk tertidur lagi, Dengan banyaknya harapan semoga gak akan ada hari esok, Atau hari hari dimana dia melihat Yoshi dengan tatapan dingin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE • Kanemoto Yoshinori ver✔️
Action"i'm Yoshinori, And You're Mine Now!" 🔞 ⚠️Kekerasan ⚠️Bahasa Non-Baku ⚠️Unsur Dewasa