"Yoshi bilang, dia gak pernah ngasih harapan apapun ke gue"
Jihoon melirik Reyna yang tengah bicara di sebelahnya, Mereka berdua tengah di dalam mobil perjalanan kembali ke hotel.
"Selama ini gue yang terlalu banyak punya harapan buat berubahnya dia, Hoon" Kata Reyna lagi.
Jihoon menundukkan kepalanya, menepikan mobilnya ke sisi jalanan lalu menatap Reyna.
"Ngerubah orang gak semudah itu Reyn" Ucap Jihoon
"Yoshi udah bunuh Mama gue.. Yoshi udah ambil semua hal berharga milik gue, Kematian Jeongwoo dan kebahagiaan Papa gue.. Gue gak akan pernah bisa maafin dia Hoon.. Tapi lo tau hal terbego yang gue lakuin? Gue masih berharap dia bisa berubah, Dan gue bisa kasih dia celah buat nebus segalanya, Sekarang rasanya gue terlalu bego karna bisa-bisa nya gue mikir gitu"
"Dada gue sesek tiap inget gimana brutalnya dia nyentuh gue, g-gue.. Gue gak berani inget-inget gimana kejamnya Tiffany ngasih gue ke om-om gila.." Reyna menundukkan kepalanya, dia tidak mampu menutupi kesedihan nya.
"Siapa yang sangka kalo bocah SMA kayak gue udah ngandung anak 7 bulan? Setiap hari gue selalu tanya sama Tuhan.. Apa gue bisa balik ke Reynara yang normal? Reynara yang punya banyak temen? Reynara si ketua club dancer?"
"Tapi gue rasa ada yang aneh, Ada yang aneh sama diri gue sendiri Hoon.."
Reyna menghela nafasnya, menunduk dan enggan menatap Jihoon, "G-gue.. Gue ngerasa mulai punya perasaan aneh buat Yoshi.."
"Perasaan?" Tanya Jihoon
"Awalnya gue ngerasa kasian setiap kali dia ngelampiasin amarahnya ke orang-orang disekitarnya.. Gue ngerasa ada yang aneh semenjak dia berhenti nyiksa gue.."
"G-gue bener-bener harus dihukum Tuhan karna gue mulai sayang sama pembunuh kayak Yoshi.."
Jihoon membulatkan matanya, Apa katanya? Sayang?
"Lo gak bisa kayak gini" Ucap Jihoon
"Gue tau.. Gue tau jelas itu pasti kesalahan, awalnya gue pikir ini karna bawaan hamil, Tapi hoon.. Gue ngerasa nyaman sama sisi lain Yoshi.. Gue harus apa??"
"Jangan pernah berpikir buat suka sama Yoshi, Reyn.. Lo harus sadar siapa dia dan apa yang dia lakuin ke lo, ke keluarga lo, dan ke semua orang yang lo sayangin"
Reyna menjambak rambutnya sendiri, sambil menangis, gadis itu terlihat gemetar, "Gue tau... Gue sadar.. Gu-gue gak akan lupa semua itu.. hiks.. hikss.. "
"Lo denger sendiri kan ucapan Yoshi tadi? Dia gak pernah ngasih harapan apapun ke lo Reyn.. Gak ada jaminan dia bakal berubah, Gue kenal Yoshi dan dia cuma bakal lakuin semua yang Tiffany mau"
Reyna menatap Jihoon, "Jadi.. Gue bener-bener gak punya harapan?" Tanya Reyna
Bukannya menjawab, Jihoon malah menarik Reyna kedalam dekapannya, Jihoon tidak punya jawaban apapun atas segala pertanyaan Reyna, Karena dia sendiripun memutuskan untuk berhenti berharap.
Reyna menangis mengerang-erang di dalam dekapan Jihoon, menumpahkan segala rasa sakitnya dan hanya dalam satu dekapan Jihoon mampu merasakan bagaimana hancurnya Reynara kali ini.
"It's okay.. I'm here" Gumam Jihoon
"argghh.. g-gue capek.. hiks.. hikss.. Sesek Hoon.. Yo-Yoshi jahat.. s-sakitt.. hiks.. hikss.. G-gue capek Hoon.."
"I know, Just rest in my arms.." Ucap Jihoon lelaki itu mendekap Reyna erat, matanya tidak bisa bohong kalau Jihoon juga merasa sesak mendengarnya.
"g-gue kangen Jeongwoo.. hikss.."
"Nanti kita ke makam Jeongwoo ya.." Kata Jihoon, Reyna menganggukkan kepalanya masih sambil menangis.
Jihoon hanya bisa mengusap punggung Reyna dan masih memeluknya erat, Jihoon hanya bisa memejamkan matanya saat mendengar Reyna terus menggumamkan kata 'sesak' dan 'sakit'.
Karena Reyna memang sudah lelah, Gadis itu seolah tak memiliki sebuah harapan lagi setidaknya untuk bertemu Donghae disisa hidupnya.
Jihoon memejamkan matanya, Ini saatnya dirinya kembali bangkit dan menyusun kembali rencana untuk membebaskan Reyna.
"Tunggu ya.. Gue janji bakal bawa lo keluar dari neraka ini, Reyn.." Gumam Jihoon.
• MINE •
Yoshi melangkahkan kakinya menuju kamar Reyna, Yoshi terlihat sedikit mabuk, Malam terasa panjang bersama Nayara selaku target temannya sendiri.
Setelah puas dengan permainannya bersama Nayara, Yoshi memutuskan untuk tidur bersama Reyna.
Karena entahlah, Mungkin seperti sebuah kebiasaan?
Sambil besiul kecil, Yoshi masuk ke dalam kamar Reynara, kamar kelima yang Reyna tempati karena gadis itu selalu pindah-pindah kamar atas perintah Yoshi.
Saat masuk, Kamar nampak gelap gulita, hanya ada cahaya dari jendela, Yoshi menyalakan lampu tidur di sisi ranjang, dan dirinya mendapati wajah damai Reyna yang tengah tertidur di sana.
Tanpa Yoshi sadari dirinya tersenyum kecil hanya dengan melihat Reyna di sana.
Yoshi berbaring disebelah Reyna, Mengusap rambut gadis itu lalu mengecup bibir pucat Reyna. Tidak ada pergerakan apapun.
Walaupun pencahayaan minim, Yoshi masih mampu melihat mata sembab Reyna karena ulahnya di rumah sakit tadi.
Yoshi menghindar, melangkahkan kakinya mundur, entah, dirinya merasa hal aneh saat melihat Reyna seperti itu.
Seolah, dia mulai merasa bersalah?
Yoshi menggelengkan kepalanya, Tidak mau menerima fakta itu.
Tanpa berpikir panjang, Yoshi berjalan menuju toilet, berniat mencuci wajahnya agar dirinya tidak berpikir yang aneh lagi.
Namun saat dirinya membuka pintu kamar mandi, Yoshi membulatkan matanya saat melihat kaca di kamar mandi pecah berantakan di lantai.
Serpihan kaca dimana mana, sontak Yoshi menoleh pada Reyna yang masih tertidur lelap di sana.
Apa yang gadis itu lakukan?
Apakah mengamuk seperti biasanya??
Yoshi mengepalkan tangannya, "Reyna!" Panggilnya.
Yoshi menyalakan semua lampu, lalu kembali pada posisi di sebelah Reyna, "Wake up!" Ucapnya.
Tidak ada pergerakan apapun dari Reyna membuat Yoshi menghela nafasnya, Yoshi langsung menarik selimut yang Reyna pakai dengan kasar.
"Reyn——"
Ucapannya terhenti saat melihat sprei putihnya menjadi merah, Dan di sana Tangan Reyna masih mengeluarkan banyak darah hingga sedikit memuncrat.
Terlihat percahan kaca ada di sana, Pergelangan tangan Reyna mengeluarkan begitu banyak darah, dan nafas Reyna mulai melemah.
Ya, Reyna berusaha mengakhiri hidupnya.
Yoshi terkekeh kecil, "No.. You can't die like this, arghh!!! stupid bitch!" Gumamnya sambil mengusak rambutnya kesal.
Yoshi merobek bajunya lalu mengikatnya pada sobekan di pergelangan tangan Reyna, menahan darahnya.
"Wake up Reynara.. You can't die before I kill you.." Gumam Yoshi terdengar gemetar.
Tidak ada pergerakan apapun bahkan saat Yoshi menampar pipi Reyna keras.
"ARGGGHHHHH!!!! OPEN YOUR EYES REYNARA!!!!!"
Bukankah Reyna sudah bilang, bahwa dirinya merindukan Jeongwoo??
TBC.
☺🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE • Kanemoto Yoshinori ver✔️
Action"i'm Yoshinori, And You're Mine Now!" 🔞 ⚠️Kekerasan ⚠️Bahasa Non-Baku ⚠️Unsur Dewasa