MINE • Listen To Me

1.3K 248 97
                                    

Reyna menatap Beomgyu yang kini datang untuk menyuntikkan sesuatu pada dirinya, Mungkin sebuah vitamin atau hal lain yang akan membuat Reyna merasa lebih baik.

Tapi nyatanya, segalanya tidak berarti apapun, Karna disini, Mental Reyna lah yang sakit. Kejiwaan dan hatinya seolah tidak punya obat untuk sembuh.

"Minum obat Kamu, Saya ganti perban di perut kamu dua jam lagi" Ujar Beomgyu lalu beranjak pergi.

Reyna menghela nafasnya, Lalu menatap perutnya yang terlihat semakin membesar. Jika saja Yoshi menusuk perutnya lebih tepat, mungkin tidak ada lagi nyawa di dalam sana.

Reyna mengelus perutnya seraya menunduk, matanya berkaca-kaca dan dadanya kembali dibuat sesak.

Seolah, Haruskah dia melanjutkannya? Atau pasrah dan merelakan anak ini?

Reyna mengusap pipinya yang basah, Lalu kembali berbaring, Kali ini keputusannya sudah bulat, Reyna tidak akan merawat kandungannya.

Cklek!

Matanya beralih pada pintu yang terbuka, menampilkan seseorang yang Reyna benci seumur hidupnya.

Tiffany, Wanita itu berjalan mendekat.

"Hellow, Princess" Ucap Tiffany dengan senyuman miring yang Reyna benci.

Tiffany menatap Reyna dengan senyuman disana, "Keren ya kamu, bisa nyembunyiin kandungan itu, sampe 5 bulan lamanya" Ucap Tiffany.

"Um.. Kayaknya anak kita seumuran ya" Sambungnya.

Reyna sama sekali tidak punya minat untuk meladeni Tiffany, Gadis itu memilih membuang wajahnya.

"Gugurin" Ucap Tiffany membuat Reyna menatap nya.

"Saya gak mau anak itu lahir sebagai anak dari Yoshi yang otomatis jadi cucu saya, Gugurin!" Ucap Tiffany.

"Gue juga gak mau punya adik tiri dari rahim lo, jalang!" Ucap Reyna sambil melirik perut Tiffany.

"Kamu udah mati di keluarga Donghae"

Tiffany mengeluarkan sebuah botol kecil lalu melemparkan nya pada Reyna,
"Kita buat gampang, minum pil ini dan gugurin anak itu, Bukanya itu juga yang kamu mau?" Ucap Tiffany.

Reyna melirik botol pil disana, Pil aborsi yang akan menggugurkan kandungannya dengan mudah.

"Saya tau kamu juga gak sudi ngandung anak dari Yoshi, Jadi permudah semuanya dan gugurin anak itu dengan bantuan saya" Kata Tiffany.

Reyna melirik perutnya, juga botol pil itu secara bergantian. Otaknya terus mengatakan bahwa anak itu harus mati, Namun hatinya terasa berat untuk bertindak lebih jauh.

"Kamu gak bakal mati minum pil itu, kamu cuma bakal mual dan perut kamu melilit, tanda kalau semuanya selesai"






"Jangan munafik Reynara, Saya tau kamu benci anak itu"













• MINE •









Yoshi mengepalkan tangannya saat kakinya berhenti tepat di depan sebuah makam, yang ternyata di sana ada Jihoon yang sudah lebih dahulu berada di sana.

Makam Azora.

Yoshi mengepalkan rangkaian bunga yang ada di tangannya, Lalu kakinya memilih untuk berbalik pergi.

"Lo bahkan gak biarin Zora istirahat dengan tenang di peristirahatan terakhir nya?" Gumam Jihoon membuat Yoshi menghentikan langkahnya.

Jihoon berdiri, menatap Punggung Yoshi dari sana, "Lo beneran iblis" Ucap Jihoon.

Yoshi hanya diam, Acuh, kembali melangkahkan kakinya pergi.

"Dan lo masih percaya Tiffany?" Tanya Jihoon yang kembali membuat Yoshi berhenti melangkah.

"Bukan urusan lo" Ucap Yoshi datar.

"Ada banyak hal yang lo gak tau, Dan mungkin lo emang gak mau tau, Karna Mama lo nutup mata dan telinga lo rapat-rapat. Tiffany bikin lo cuma liat dia dan dengerin apa kata dia, Kayak bocah kecil yang belajar nurut sama mamanya"

Yoshi berbalik badan, mengepalkan tangannya dan menatap Jihoon, "Gue bukan bocah!" Ucapnya kesal.

"Tapi yang lo lakuin selama ini kayak bocah!"

"Jangan coba bikin gue kehilangan kesabaran, Park Jihoon!"

"Hari itu, Gue mau lamar Zora" Ucap Jihoon sambil menatap makam Zora di sana.

"Gue udah buat janji sama Zora, Tapi Zora batalin janjinya, Katanya dia harus lakuin sesuatu buat keluarganya, gue gak nyangka kalo hari itu bakal jadi hari terakhir dia di dunia"

"Dan lagi-lagi lo yang ngerampas semuanya, Setelah kakinya, keluarganya, sekarang nyawanya"

"Lo tau hal terlucu nya apa? Sehari sebelum kematiannya, Zora bilang, kalo lo pasti berubah, Dia masih yakin kalo dia bisa balikin diri lo yang dulu, Lucu kan?"

Yoshi mengepalkan tangannya, "Shut up!" Ucapnya yang merasa mulai terganggu dengan semua kalimat itu.

Jihoon melempar tiga buah kertas pada Yoshi, "Dia bahkan beli tiket pesawat buat lo sama Haruto, Dia berencana bawa lo semua pergi dari Tiffany" Ucap Jihoon.

Yoshi menatap tiga lembar tiket penerbangan ke Amsterdam untuk jadwal hari ini.

"Zora gak pernah benci lo, Dia selalu berusaha memperbaiki semua yang Tiffany rusak, termasuk kepercayaan lo, Yoshi!" Ucap Jihoon.

"Selama ini gue selalu dukung dia karna gue pikir, Lo emang bisa berubah, Tapi demi Tuhan, Gue bener-bener nyesel udah dukung semua keputusan Zora termasuk buat nyoba ngerubah pola pikir lo"

"Gue nyerah Yoshi"

Yoshi menatap Jihoon, Kenapa semua orang menganggapnya salah? Kenapa Yoshi merasa dirinya selalu menjadi seseorang yang bermasalah? Padahal dia hanya mengikuti bagaimana logika nya membawanya.

"Terserah apa yang bakal lo lakuin, Gue udah gak peduli, Termasuk tentang Reyna"

"Jangan ngatur hidup gue" Ucap Yoshi

"Ya.. Gue gak akan ngatur lagi, Tapi perlu lo tau, semakin jauh lo bertindak, Semakin hilang semua orang yang ada disisi lo, Termasuk orang-orang yang lo sayang Yoshi"

"Bullshit!"

"Buktiin kalo omongan gue salah, ke rumah sakit, dan liat apa yang nyokap lo lakuin buat ngerenggut nyawa orang gak bersalah di sisi lo itu" Ucap Jihoon final, lelaki itu berjalan mendahului Yoshi dan pergi begitu saja.

Entah apa yang Jihoon maksud, Namun rasanya begitu ragu untuk percaya.

Maksudnya, Tiffany melakukan sesuatu pada Reyna?

Drrtt.. Drrtttt..

Yoshi menatap ponselnya, Nama Beomgyu tertera di ponselnya, segera Yoshi angkat panggilan itu, namun Ekspresi nya berubah total saat mendengar suara Beomgyu di sana.





"Tuan, Reynara——
















TBC.









HALOO AKU BALIKKK🙌
Ayooo tunjukin segimana sayangnya kalian sama book ini biar aku semangat update hehew

MINE • Kanemoto Yoshinori ver✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang