28

125 10 1
                                    

Semenjak siswa baru ada, baru kali ini pula mereka menemukan petarung mati saat menjalankan misi. Tak terlalu mengejutkan bagi tingkat dua ke atas karena mereka pastinya pernah mengalami hal yang sama. Berupa, mendapat kabar adanya petarung yang mati saat menjalankan misi. Seperti sebelum tingkat satu ada, bagi mereka yang kehilangan nyawa akan dikebumikan di suatu makam khusus para petarung. Makam di mana semua petarung pasti bangga terkubur di sana. Karena mereka mati sebagai pahlawan.

Makam yang tak begitu jauh dari akademi, dihadiri setiap murid akademi. Bahkan bagi mereka yang sedang dalam menjalankan misi akan dikirimkan sinyal darurat melalui jam tangan mereka. Tak sama saat penyambutan murid baru, itu terserah bagi siapa yang ingin melihatnya. Namun, mati saat menjalankan misi adalah sesuatu yang harus disesalkan. Untuk itu, tiada pengecualian bagi murid akademi untuk mengantar ke pemakaman.

Kini, pemakaman itu telah selesai. Hanya beberapa orang yang masih berada di sana. Di antaranya Vildory, Ale, dan dua orang lagi murid tingkat satu. Ada juga beberapa senior yang masih berdiam diri. Di antaranya, ada senior yang mengunjungi makam teman seangkatan mereka, bagi mereka yang mempunyai hubungan dekat. Tak alih juga ada yang mengunjugi makam saudara sedarah mereka. Lalu, ada Noa dan Xue yang kini juga berada di makam Bayumi bersama Vildory dan Ale.

"Bayumi, kenapa harus kau?" tanya Vildory pada gundukan tanah yang jelas tak akan menyahuti kata-katanya. Sebagai orang yang periang, Vildory merasa cukup kehilangan, meski hubungan mereka tak bisa dikatakan dekat.

"Itu karena dia lemah," sahut Xue tanpa Vildory pinta jawaban darinya.

"Lemah? Jaga ucapanmu itu, aku tak peduli jika kau peringat dua, tapi jika kau merendahkan temanku, aku tidak akan terima!" marah Vildory menatap Xue dengan mata memerah.

Ale langsung menarik tangan Vildory yang hendak melangkah menghadap Xue. Apa pun yang akan mencelakannya, Ale tak akan membiarkannya. Setelah kehilangan Bayumi, rasanya Ale juga tak ingin kehilangan Vildory kalau saja dia berani menantang Xue. Bukan berarti Xue akan membunuhnya di sini, tapi mungkin saja Xue mengajak laga dan bisa jadi juga Vildory akan mengiyakannya. Dilihat dari sikap Vildory, sepertinya hal itu memang bisa terjadi.

"Kau, boleh juga!" puji Xue dengan tertawa miring setelahnya.

Kemudian, Xue melangkah ke arah makam Bayumi, menjatuhkan satu bunga putih berukuran kecil di atas nisannya. Bunga putih yang menandakan turut berbelasungkawa dan itu sangat bertolak belakang dari sikapnya yang tadi. Hanya ada satu bunga itu di sana dan itu membuat Vildory merasa disindir karena tak memberinya bunga apa-apa. Sikap Xue yang demikian tak ada yang tahu hal itu menandakan apa. Entah menandakan dia tak rela kehilangan satu juniornya atau benar hanya untuk mempermalukan Vildory saja.

"Jika kau bersedih kehilangan satu temanmu, berhentilah jadi petarung! Ke depannya, akan banyak hal serupa, jadi mundurlah dari sekarang! Kau hanya akan menambah beban jika kau bersedih hingga menjadi hantu." tekan Xue dengan menekan bahu kiri Vildory.

Masih sama seperti sebelumnya, Vildory takut berhadapan dengan Xue. Tetapi, tadi mulutnya seakan tidak punya rem dan tidak disesuaikan dengan situasi. Ketakutannya mendominasi saat tangan Xue terasa meremas bahunya.

"Hentikan, Xue!" larang Noa menyingkirkan tangan Xue di bahu Vildory.

Xue terkekeh ringan. "Baiklah! Baiklah!" ucap Xue dan melangkah pergi, "Ngg? Nama kalian siapa?" tanya Xue menghentikan langkah sejenak.

"Ardean Vildory!" jawab Vildory sedikit dengan rasa takut.

"Giran Ale!" jawab Ale juga.

Tampak di sana Xue mengangguk-anggukan kepala. "Kutunggu perubahan kalian berdua! Tapi ingat, jika salah satu dari kalian menjadi hantu karena terlalu larut dalam kesedihan, aku sendiri yang akan memusnahkan kalian!" ucap Xue dan akhirnya benar-benar pergi.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang