39

101 9 2
                                    

Tak seperti dugaan Vildory dan yang lainnya, mereka kira dua Hantu bersaudara itu sudah bersembunyi. Namun, keduanya masih berada di sana dengan ditemani suara tangisan Eliani. Sementara di sana Eliana tampak menenangkannya dengan memeluk Eliani dan mengusap punggungnya tak henti-henti.

"Sudah selesai merancang rencananya?" ucap Eliana menelengkan sedikit kepala agar para petarung mendengarnya.

"Ya, seperti yang kau duga!" jawab Liam dengan nada ramah.

"Tak kan kumaafkan kalian bertiga karena sudah membuat adikku menangis!" ucap Eliana dengan memasang kuda-kuda.

Kalau dipikirkan lagi, tingkah Eliani sedikit membingungkan bagi Vildory. Pasalnya para hantu sangat kuat dan pantang kalah dari para petarung. Namun, Eliani seakan takut dan terlihat lebih lemah, bahkan terlihat lebih lemah dari manusia di bumi. Ditambah lagi dengan dia yang sama sekali tak berkelahi dan justru meminta dilindungi. Padahal, kalau dia ikut bertarung, maka kemungkinan menang sudah bisa mereka genggam sendiri. Dari kemampuan Eliana saja sudah membuat para petarung kewalahan menghadapi. Akan menjadi masalah besar kalau mereka bertarung bersama dan kemungkinan sihir petarung mereka juga sama.

Sebetulnya penjelasannya cukup mudah, Ale dan Liam sendiri pasti sudah tahu alasannya. Alasannya tak lepas dari kemampuan seseorang dalam menggunakan sihir petarung. Sama seperti Vildory dulu yang sama sekali tak bisa mengendalikan sihir petarung yang dia punya. Bagi hantu seperti Eliani, alasannya jelas karena semasa dia menjadi setengah iblis, dia belum bisa menguasai sihir petarungnya. Jadi, saat menjadi hantu pun, sihir petarungnya tak bisa dia gunakan dan mungkin masih butuh pembelajaran untuk menguasai.

"Lakukan!" komando Vildory tak mau berpikir lagi.

Seperti yang sudah disepakati, untuk sementara Vildory yang akan berperan sebagai pemimpin. Jadi, di sini Liam hanya bisa mengikuti dan menjalankan perintah sesuai dengan yang Vildory suarakan. Sebab, usulan ini Vildory yang memikirkannya dan keberhasilan rencana ada di tangan Vildory itu sendiri.

Mereka berpencar membentuk segitiga mengelilingi Eliana dan Eliani. Kemudian, dari posisinya Liam maju merusak formasi. Bukannya Liam sengaja merusak formasi, tapi begitu isi rencana mereka beberapa menit tadi. Lalu, wujud setengah iblis sudah menguasai diri Liam dan sihir petarungnya sebentar lagi memenuhi fungsi. Punggung Eliani adalah sasarannya dan akan merusak organ dalamnya, lebih tepatnya pada dada kiri.

Belum sampai tangannya menyentuh punggung Eliani, hempasan kuat dari kaki Eliana menghalangi. Membuat Liam terpelanting dan membentur batang kayu yang hanya seukuran kaki. Selanjutnya, Eliana mengayun pedangnya ke arah Liam dengan jarak tak dia perkecil sama sekali. Dengan kata lain, Eliana hanya mengayunkannya dan menimbulkan efek angin yang menebas apa saja yang dilalui. Untungnya Liam masih bisa menghandiri. Tentu saja Liam tak kan semudah itu dikalahkan, jangan lupa, peringkatnya termasuk tinggi di akademi.

"Ale, sekarang!" teriak Vildory lagi dan kali ini Ale menyanggupi tampak setengah hati. Karena sedari awal Ale sama sekali tak setuju dengan usulan Vildory.

Cukup tahu siapa yang Vildory perintahkan, Eliana tampak memalingkan sejenak bola matanya. Mencari sosok Ale yang mulai mendekat ke arahnya dan Eliani,  masih dengan tangis yang tak kunjung reda. Dalam sekedipan mata saja, sekelilingnya dipenuhi asap hitam yang tebal dan Eliana tak bisa melihat apa-apa. Lalu, dari posisi Liam yang tadinya berada, terdengar dentuman langkah. Saat itu Eliana masih tak bisa melihat apa-apa, termasuk kembarannya. Energi keberadaan Liam semakin mendekatinya dan meningkatkan siaga Eliana.

Berikutnya, Eliani terdengar berteriak dan Eliana langsung merunduk mencari keberadaannya. Eliani masih di posisi semula dan Eliana yakin tadinya Eliani sempat terluka. Namun, Eliana tak tahu posisi lukanya ada di mana dan penyembuhan milik Eliani sama dengan penyembuhan hantu kelas rendah pada umumnya.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang