56

78 7 0
                                    

Pada dasarnya, tak semua petarung di akademi utusan dari keluarga dan beasiswa saja. Ada pun di antaranya yang berasal dari panti asuhan yang mengasuh anak-anak berlatarkan keluarga terpilih. Termasuk di sini, Noa, Nigi, dan Edelia. Mereka yang berasal dari panti asuhan yang sama, sudah dipastikan harus menjadi petarung di kemudian hari. Ada pun di antaranya yang diasuh di panti asuhan, tapi tak memiliki latar belakang keluarga terpilih, maka mereka akan mendapatkan hak asuh di luar sana.

Sebagai orang yang hidup dalam lingkup yang sama, Edelia sempat menaruh hati kepada Noa. Sikap lembut dan baik hati yang dia punya membuat kenyamanan untuk siapa saja. Namun, hal itu sedikit berubah saat dia menjadi petarung. Bahkan kepada Nigi yang jelas-jelas adiknya, Noa menunjukkan sikap petarung pada umumnya, tidak ingin menunjukkan rasa bersahabat. Hal yang Edelia sendiri tak tahu alasannya. Bahkan, Noa tak pernah menjawab tanya, bagi Edelia hal itu hanya kebohongannya saja. Sebab, saat masih bersama di panti asuhan, segores kuku pun tak ada orang yang dia biarkan menyakiti adiknya.

"Apa kau berniat membohongiku?" tanya Vildory kala mendengar kisah Edelia yang dia rasa hanya sekedar bohongan belaka.

Tersenyum kecut, Edelia menjawab, "Untuk apa aku melakukan itu?" balas Edelia menampakkan gurat serius.

"Aku hanya tidak percaya karena Noa sendiri menyebutmu permata dan juga, dia memintaku untuk menjagamu!" debat Vildory, mengingat kata-kata terakhir Noa yang meminta untuk menjaga Edelia.

Lagi-lagi Edelia tersenyum kecut. "Permata, ya? Bagi Noa, ada hal yang lebih berharga daripada permata. Lalu, soal menjagaku, sepertinya kau salah orang!" ujar Edelia, berpikir pesan Noa terlalu berlebihan, jika itu memang menyangkut dirinya, "Sudahlah! Aku hanya bisa memberi informasi itu. Aku akan pergi!" Edelia langsung berdiri karena tak ingin membahas masalah Noa terlalu lama.

Dengan sigap, Vildory kembali meraih tangannya. Vildory memang tak sepenuhnya percaya dengan apa yang Edelia katakan padanya. Hal itu bisa dikesampingkan dahulu. Sebab, ada hal lain yang ingin Vildory ketahui.

"Tunggu dulu, Senior! Bisakah kau memberitahuku rahasia yang kau simpan itu?" sungut Vildory, berharap Edelia bersedia memberitahu.

"Apa yang aku katakan padamu sudah merupakan sebagian besar dari rahasia, tapi rahasia terbesarnya aku belum bisa memberitahumu sepenuhnya!" ujar Edelia berniat menyembunyikannya.

"Tolonglah! Aku tidak punya banyak waktu lagi karena sebentar lagi aku akan meninggalkan akademi! Bukan berarti pengkhianatnya adalah aku, aku punya tujuan lain, tapi perihal Noa aku tak bisa mengabaikannya begitu saja." mohon Vildory karena waktunya di sini sudah tak banyak.

Edelia tampak mengeryit, menatap Vildory dengan bertanya, "Apa maksudmu kau akan meninggalkan akademi, tapi bukan pengkhianat itu sendiri?" selidik Edelia.

"Sudah kubilang bukan, aku punya tujuan lain! Kau tidak akan mengerti," ujar Vildory tak bisa menjelaskan hubungannya dengan Valta.

"Apa jangan-jangan kau ... Zhu?" tebak Edelia

"A--apa? A--aku tidak mengerti kemana arah pembicaraanmu!" Tak bisa sepenuhnya membeberkan rahasia, Vildory memilih mengelak dan pura-pura tidak tahu. Belum tentu orang yang Noa percayai memang bisa dipercaya. Pasalnya, Edelia juga salah satu dari sepuluh besar. Tak tertutup kemungkinan dia pengkhianatnya atau mungkin juga bersekongkol dengan pengkhianat itu.

"Jujur saja! Kau Zhu? Apa kau adiknya Valta? Apa jangan-jangan buku Noa sudah berada di tanganmu?" desak Edelia memberi tanya dengan harapan yang tinggi.

"Buku?"

Mengingat buku Noa yang berada di tangannya, sepertinya memang tidak apa jika Vildory berkata jujur padanya. Begitu Edelia menganggukkan kepala, Vildory pun ikut menganggukkan kepalanya. Membenarkan pertanyaan Edelia.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang