62

76 6 0
                                    

Masih tentang masa lalu, di mana Noa adalah peran utama. Noa sudah sangat sering Drag jumpai untuk dia hasut. Selama itu, Noa selalu menyiapkan diri untuk memusnahkannya. Namun, kemampuan hantu putih sangat jauh dari kemampuan-kemampuan hantu hitam yang selama ini dia basmi. Setiap Drag datang, selalu saja Noa tak bisa mendekati. Menyebalkan, sekaligus menakutkan. Ada kemungkinan Drag hilang kendali dan membunuhnya di sini. Untunglah hal itu tidak terjadi.

"Besok Nigi akan menjadi petarung juga di sini. Aku begitu merindukannya. Apa yang harus kukatakan padanya saat bertemu nanti, ya?" monolog Noa memikirkan esok hari. Hari di mana petarung baru akan menjadi petarung tingkat satu dan Noa yakin Nigi bisa lolos dalam ujian masuk akademi.

"Hmmm! Adikku, apa kau kesepian tanpaku?" tutur Noa lagi dan menggeleng sendiri, "Ah! Tidak! Tidak! Kedengaran seperti berbicara pada anak kecil saja." tolaknya sendiri dengan kata-kata yang dia persiapkan tadi.

"Nigi, kakakmu ini adalah peringkat satu di sini, bisakah kau menurunkanku dari posisi ini?" Lanjutnya memikirkan kata-kata yang lebih tepat dari sebelumnya, "Ah! Tidak! Tidak! Terdengar seperti membanggakan diri." Lagi-lagi Noa tidak setuju dengan ucapannya sendiri.

"Berbanggalah, Nigi. Kau merupakan adik seorang petarung nomor satu!" Dan kemudian Noa sendiri menggeleng.

"Mau melihat sihir petarungku?" Noa menggeleng lagi.

"Nigi, aku sudah menunggumu selama ini!"

"Aaaaaaa ... apa yang harus kukatakan?" teriak Noa pada akhirkanya. Karena tidak jua menemukan kata-kata yang tepat sebagai sapaan pada awal berjumpa.

Pikiran-pikiran tentang perjumpaan itu, seketika lenyap kala ucapan Drag kembali terngiang di kepala. Ucapan kala pertama berjumpa, berupa butuhnya pasukan hantu mendapatkan seseorang dari keluarga Allen. Dengan kata lain, keberadaan Nigi nantinya akan menjadi mala petaka. Sangat memungkinkan bila Nigi termakan omongan. Mengikuti langkah Drag dan mungkin saja akan menjadi pasukan. Hal yang sangat tidak ingin Noa pikirkan, tapi begitu saja melekat dalam ingatan.

🔥

Kala hari esok menyapa, para petarung pemula berbaris di aula. Noa yang duduk pada singgasana tertinggi bisa melihat dengan mudah, bahwa adanya Nigi di antara pemula. Padahal, dia sempat berharap agar Nigi tidak berhasil lolos ujian. Tetapi, seperti yang terlihat, dia datang dengan ceria, bahkan mendapat urutan pertama. Sama seperti Noa, ternyata Nigi bisa menjadi orang yang pertama menyelesaikan ujian akhir.

Sedari awal, Nigi sudah tampak kegirangan melihat di singgasana paling tinggi adalah kakaknya. Namun, sebisa mungkin Noa memalingkan wajah. Bersikap seolah dia dan Nigi belum pernah bertemu sebelumnya.

Kala berakhirnya penyambutan petarung pemula, Noa langsung hengkang dari tempat duduknya. Pergi entah ke mana karena dia hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah. Berharap selepas ini Nigi tak menemuinya karena ada suatu rencana yang Noa pikirkan. Rencana agar adiknya terhindar dari rayuan Drag nanti dan semoga itu berhasil.

Belum seberapa jauh Noa meninggalkan singgasana, di penghujung kelas sana, Nigi menghampirinya. Memamerkan senyuman dan sejuta kerinduan yang dia bawa. Meski terpisah dua tahun lamanya, wajah wajah Nigi terlihat tak berubah. Masih selucu dan seceria dulu, kala mereka masih bersama. Hanya saja, tingginya bertambah dan hampir menyamai tinggi Noa.

"Kakak, apa kau melihatnya? Aku yang pertama berhasil menyelesaikan ujiannya. Hei, kau tahu, saat melihatmu duduk di peringkat pertama, aku tidak terkejut sama sekali. Karena aku sudah menduga, Kakak itu orang yang hebat dan aku sudah yakin kau akan menjadi orang pertama di akademi!" seru Nigi bercerita dengan ria di balik punggung Noa yang membelakanginya.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang