45

100 10 3
                                    

Sampailah Vildory pada tujuan dan apa yang Vildory duga benar adanya. Arnold dan Ale tengah berbincang di sana dengan mata yang waspada. Sama seperti orang lain --selain Xue-- mereka tak menyadari kehadiran Vildory di sana. Kalau saja napas Vildory tak memburu, yakinlah mereka akan menyadari kehadiran Vildory kala dia membuka suara saja. Setelahnya, barulah Arnold dan Ale menetap serentak ke arah Vildory yang terengah.

Ale menjadi orang pertama yang bergerak menghampiri Vildory, menghadiahinya dengan sebuah pukulan. Tak sempat untuk mengira akan datangnya pukulan, Vildory pun akhirnya limbung ke tanah. Membuat pandangan Vildory mengabur sebentar dan perlahan jernih kembali saat kerah bajunya Ale tarik paksa.

"Apa yang kaulakukan, hah? Kau ingin rahasiamu terbongkar? Kau pasti menggunakan kadar racun yang tinggi 'kan? Kalau Galant mati bagaimana? Memangnya kau bisa mencapai tujuanmu kalau kauketahuan, apa?" amuk Ale tanpa membiarkan Vildory membalas tatapannya. Sebab, saat Vildory membalas tatapannya, Ale sudah kembali memukulnya dan membuat Vildory memilih memejamkan mata.

"Ale, tenanglah! Bukankah tadi kita sudah memikirkannya dengan kepala dingin? Lalu, kenapa kau sekarang marah-marah?" lerai Arnold menarik Ale paksa dari Vildory menggunakan ekor panjangnya.

Kekehan pelan terdengar dari mulut Vildory, setelahnya dia meludahkan darah di mulutnya dan menatap Ale yang memberontak dibalik lilitan ekor Arnold. "Awalnya aku ke sini untuk meminta kalian memberiku solusi, tapi ternyata kau tak ingin mendengarkan penjelasanku dulu. Jangankan untuk meminta solusi, bahkan kepercayaan darimu saja aku tidak bisa mendapatkannya!" lirih Vildory dengan menggosok kasar bekas pukulan Ale, "Kalian tenang saja! Kalaupun aku ketahuan, aku tidak akan membawa-bawa nama kalian berdua! Itu 'kan yang kau takutkan?" imbuh Vildory mendorong Ale kasar.

Awalnya Vildory kira Ale memang akan memarahinya, tapi tidak dengan memukulnya. Memang tak begitu menyakitkan, tapi efeknya terasa lebih menusuk dari belati tajam. Bukti pukulan Ale memang tak menyakitkan adalah jam tangan mereka yang tidak berbunyi meski mendapat kekerasan. Seharusnya jam itu berbunyi jika ada perselisihan yang melibatkan perkelahian. Namun, tak terjadi apa-apa yang menandakan pertikaian mereka masih wajar. Kiranya Vildory akan mendapat bantuan, tapi Ale justru memberinya omelan yang terdengar seperti makian.

"Lepaskan aku, Paman!" pinta Ale. Dan Arnold yang melihat kondisi tak terkendali pun tidak punya pilihan selain membiarkan.

"Mau memukulku lagi? Lakukan! Selagi jam kita tidak berbunyi!" tantang Vildory.

Mata itu jelas menandakan kemarahan dan Vildory siap menerima. Membalasnya jika hal itu memang dibutuhkan.

Namun, tak ada yang terjadi. Hanya Ale yang menatapnya tanpa henti. Tak ada tanda-tanda bahwa serangan akan Ale lucuti. Hanya tatapan marah yang dia pasang sedari tadi. Hingga suatu gerakan membuat Vildory mewaspadakan diri. Tetapi, semua hal masih diluar dugaan Vildory. Gerakan yang Ale lakukan bukan gerakan untuk menyerang, tapi gerakan untuk pergi. Dia meninggalkan lokasi tanpa ada kata yang mengakhiri. Berikut dengan kepalan tangannya yang memantul pada batang kayu yang terlihat hampir mati.

Vildory bingung dengan apa yang terjadi. Pasalnya dia telah mengatakan sesuatu yang membuat Ale aman dari ancaman pihak akademi. Kalau saja Vildory tak memberitahukan dengan siapa dia bekerja sama, Ale pasti aman dari ancaman pihak akademi. Seharusnya dia pergi dengan perasaan lega, anehnya tatapan itu Vildory tahu, sebuah kekecewaan dia bawa pergi.

"Bukankah sikap Ale lebih terlihat seperti peduli? Apa kau benar-benar mengira dia takut mendapat ancaman dari akademi? Kau salah besar, Vildory!" tutur Arnold dengan Vildory yang menarik napas tertahan, "Selama kau tak sadarkan diri, dia terus mengoceh tentangmu. Terus mengoceh bagaimana cara menyembunyikan identitasmu! Dia tadi bahkan berencana memperbodoh pihak akademi, dengan mengaku sebagai keluarga Zhu. Hal itu agar masalahmu bisa ditimbun dan tidak diselidiki! Dia bahkan sudah menyiapkan rencana bagaimana nanti ke luar dari masalah kalau saja pihak akademi menghukumnya atas nama keluarga Zhu. Kalaupun nanti dia ketahuan berbohong, dia juga sudah memikirkan rencana untuk itu! Aku tak habis pikir, ternyata kau memang sebodoh itu untuk mengerti!" tambahnya lagi dengan nada kecewa.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang