Tergesa, Vildory dan Ale menuju ruang kesehatan, pun dengan Arnold yang mengikuti dari belakang. Di dalam sana, pria yang bernama Bardan itu terlihat tengah melakukan sesuatu pada Galant. Dengan wujud setengah iblisnya, sebuah cairan bening keluar dari telunjuknya. Menetes pada dada Galant dan kemudian tak terjadi apa-apa pada Galant.
"Dokter Bardan, apa terjadi sesuatu?" tanya Vildory kepanikan. Pasalnya, sudah satu hari berlalu semenjak kejadian itu.
"Kondisinya semakin melemah, dia menolak cairan yang mencoba kumasukkan ke dalam tubuhnya!" lapor Bardan dan melepas wujud setengah iblisnya.
Kemudian, dia menatap Vildory dan baru menyadari ada orang lain bersamanya. Bardan sampai menyipitkan mata, berpikir lain tentang itu semua. Sebab, Bardan sendiri tentunya tidak tahu siapa saja orang yang mengetahui rahasia Vildory.
"Siapa?" tanya Bardan.
"Ah! Dia temanku! Dokter, boleh kami membawa Galant ke luar dari ruangan ini? Kupastikan aku akan menyelamatkannya!" mohon Vildory.
"Membawanya ke luar? Kau tidak berencana membawanya ke sel Valta 'kan? Kalau itu aku tak mengizinkannya, terlalu berbahaya, Vildory!" tolak Bardan merasa yakin dengan apa yang akan Vildory lakukan.
"Tenang saja! Kami punya cara untuk itu!" jawab Vildory cepat, "Arnold!" panggilnya kemudian.
Di sana, barulah Arnold menunjukkan wujudnya. Menunjukkan pada Bardan bahwa dia juga ada di sana. Bersedia membantu untuk membawa Galant ke tempat Valta berada. Vildory, Ale, dan Arnold sudah memutuskan untuk percaya kepada Bardan dan menunjukkan adanya Arnold bersama mereka.
"Ha--hantu akademi? Apa yang dia lakukan di sini?" gagap Bardan menatap Arnold penuh tanda tanya.
"Nanti saja penjelasannya! Arnold bisa membawanya ke atas tanpa ketahuan penjaga!" sahut Vildory tergesa. Mengingat bagaimana kondisi Galant yang sudah semakin parah.
Tampak Bardan menghela napas berat, bertumpu pada ranjang Galant dan menyugar sedikit rambutnya. "Tidak bisa! Alat di tubuhnya tidak akan bisa dilepas. Kalau alat itu dilepas, aku tak yakin dia masih bisa bernapas!" terang Bardan tertunduk lesuh.
"Kita bawa saja!" sambar Ale merasa waktunya semakin menipis.
"Tetap tidak bisa! Alat ini memang merupakan sihir petarung jarak jauh! Tapi, kalau kalian membawanya terlalu jauh dariku, maka efeknya akan berakhir. Aku hanya bisa berjarak sepuluh meter paling jauh darinya," terang Bardan, tak terlihat di wajahnya kalau dia hanya ingin menahan.
Semuanya terdiam, hening mengambil peran. Rasanya, mereka dipertemukan pada jalan kebuntuan. Seolah tak ada lagi harapan dan mempertemukan mereka pada keputusasaan. Membuat Vildory dan Ale yang paling terlihat ketakutan.
Namun, Arnold kemudian langsung mematahkan. "Bagaimana kalau kau ikut, Dokter? Vildory dan Ale, kalian tunggu saja di sini karena aku tak akan bisa membawa kalian juga!" usul Arnold yang membuat Vildory dan Ale saling berpandangan. Kemudian mereka berdua sama-sama melakukan anggukan.
Bardan tersenyum simpul."Baiklah! Sudah diputuskan!" ucap Bardan dan menurunkan beberapa alat yang dia gantung.
Kemudian, semua telah dipersiapkan. Tinggal Arnold menggunakan kemampuan untuk segera membawa Galant dan Bardan. Meski berukuran besar, Arnold tetap berjalan dengan perlahan karena Bardan meminta agar tak terlalu menimbulkan guncangan. Sebab, akan bermasalah bagi alat yang dia bawa di tubuh Galant.
Sepergian mereka --hanya insting saja-- sebab, bila Arnold mengaktifkan kekuatannya, Vildory dan Ale tentu tak bisa melihat keberadaan. Ale menepuk pundak Vildory dan berseru, "Ayo!" Yang dibalas Vildory dengan anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akademi Para Petarung
FantasyTentang sebuah akademi, di mana para petarungnya harus siap mati dalam menjalankan misi, atau mati di tangan rekan sendiri. Star : 21 Maret 2023 Finish : 11 April 2024