47

93 9 2
                                    

Ini kisah dua puluh tahun lalu, di mana semuanya bermula. Keadaan akademi saat ini terbilang tengah bersiaga. Meminimalisir bahaya dari kelahiran bayi monster yang mereka harapkan bisa menjadi kawan dikemudian hari. Bayi yang kini menyandang nama Valta terdengar menangis di dalam ruangan kesehatan. Inora sebagai sang Ibu ditutup matanya, dilarang baginya melihat sang Bayi. Hanya tangisan yang mampu dia dengar dan Inora tak bisa melakukan apa-apa selain menangis juga. Merelakan anak yang dikandungnya di bawa pihak akademi.

Hal sama pun terjadi pada Alaric sebagai sang Ayah. Tak dibiarkan melihat anaknya dan kini dia sedamg ditahan di salah satu penjara akademi. Arnold sebagai pengawas kini duduk di samping sel Alaric, mengajak berbicara agar Alaric tak putus asa. Di sini, Arnold tak terlihat berperan sebagai pengawas, tapi sebagai teman. Terus meyakinkan Alaric bahwa semua akan baik-baik saja.

"Ric, apa kau sudah mempersiapkan nama untuk anakmu?" tanya Arnold kembali membuka suara.

"Jika perempuan, namanya Sera, jika laki-laki namanya Valta! Inora yang menginginkan nama itu!" sahut Alaric  masih bisa tersenyum. Padahal apa yang akan terjadi ke depannya, Alaric sangat tahu dia akan dibuang dari akademi dan tidak diperbolehkan melihat anaknya barang sekali.

"Nama yang bagus! Kuharap dia menyukainya!" sahut Arnold berusaha untuk mencairkan kebekuan di dadanya.

Sakit pastinya ketika akan berpisah dengan sahabatnya yang sedari tingkat satu bersama. Arnold tak pernah mengira hal ini akan menimpa sahabatnya. Alaric sebagai peringkat pertama di akademi pasti malu dengan ulahnya, pun dengan Inora peringkat kedua. Mereka tak tahu saja apa yang mereka perbuat bukan kesalahan mereka. Pihak akademilah yang merancang semua untuk melahirkan bayi yang akan membantu mereka kedepannya.

Hal serupa sudah pernah dilangsungkan sebelumnya pada peringkat rendah. Namun, pihak akademi gagal dalam percobaan pertama. Sebab, para petarung, termasuk pihak akademi sendiri yang mencelakainya. Alasannya didapat setelahnya. Berupa janin yang memiliki dua sihir dalam dirinya membuat jiwa para petarung setengah iblis maupun setengah binatang menggila. Seolah semua orang menjadi hilang kendali dan mengharapkan kekuatan yang ada dalam rahim sang Wanita. Pada saat itu, hanya pasangan yang menjadi orang tua dari janin tadi yang tidak gila. Membuat keduanya mati diserang kebrutalan para petarung. Namun, masih ada di antara mereka yang kuat tidak terpengaruh dengan janin itu. Bertingkah layaknya manusia biasa dan tidak tertarik dengan kekuatan yang terkandung di rahim sang Wanita.

Lalu, seolah tak menyerah, pihak akademi melakukan percobaan kedua. Kali ini dengan memilih peringkat satu dan dua agar semasa mengandung, peringkat tertinggi itu bisa menjaganya. Hal itu berhasil dilakukan karena Alaric dan Inora tak membiarkan siapa pun menyentuh anak mereka. Bagaimanapun juga, mereka akan menjadi orang tuanya dan menjaganya adalah tugas mereka.

Hanya butuh satu bulan usia kandungan membuat orang-orang menggila. Meski sebelum itu sudah ada yang bisa mengontrol diri mereka, namun sewaktu-waktu kewarasan mereka seolah diambil alih oleh kekuatan setengah di dalam tubuh mereka. Hasrat mereka datang berkala dan tidak ada yang tahu pasti kapan saja mereka akan menggila. Hasrat itu pun menurun setelah satu bulan dan akademi kembali menjalani aktifitas seperti biasa. Hingga anak itu lahir, hasrat ingin mengambil kekuatan besar itu tak lagi mengganggu. Dan digantikan dengan belenggu caci maki dari petarung lainnya. Karena mengganggap Alaric dan Inora mempermalukan akademi.

"Arnold, bawa Alaric ke luar. Sebentar lagi pihak akademi akan membuang mereka!" Seorang petarung memberi perintah kepada Arnold dan Arnold menganggukinya.

Alaric tampak tersenyum bahagia, sementara Arnold membukakan pintu jeruji untuknya. "Dia sudah lahir dan aku sudah menjadi seorang ayah! Kuharap, aku bisa menemuinya satu kali saja, tapi sayangnya aku ayah yang buruk! Aku jadi tidak punya muka untuk menemuinya! Arnold, sampaikan salamku padanya, ya!" lirih Alaric dengan senyuman bahagia itu digantikan oleh tangisan penyesalan.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang