52

89 10 0
                                    

Vildory kini sudah resmi menjadi peringkat pertama. Lencana segitiga terbalik itu kini menjadi miliknya. Menduduki singgasana tertinggi di akademi suatu kemustahilan yang dulunya dia kira. Namun, saat ini semua fakta membalikkan keadaan, menjadi peringkat pertama ternyata hanya membutuhkan satu tahun belajar di akademi. Hal itu sama sekali tak membuat Vildory berbangga diri. Faktanya dia adalah orang yang rela membunuh demi menuju puncak tertinggi.

Membunuh memang bukan suatu hal yang ringan, tapi semua petarung memang harus merasakan hal yang demikian. Vildory sendiri pun sudah banyak menjadi perantara antara malaikat pencabut nyawa dengan hantu yang sudah banyak dia musnahkan. Semua yang Vildory lakukan sejauh ini jelas hanya keburukan. Tak ada hal baik yang dia jalankan, begitu pun dengan petarung lain. Semua dididik untuk membunuh, yang katanya demi kedamaian.

Kini, Vildory sedang berhadapan dengan seorang petinggi akademi yang bertugas menjadi pengganti pimpinan yang sedang pergi. Tentu saja untuk menyanggupi ataupun menolak permintaan Vildory.

"Sekarang, apa permintaanmu?" tanya pria berbadan tinggi dengan bekas tindikan pada bibir bawahnya.

Vildory sendiri sudah memutuskan kalau permintaannya membebaskan Valta. Karena dari awal Vildory memang mengincar peringkat pertama untuk membebaskan Valta dan Vildory sudah yakin dengan keputusannya. Rencananya dia akan memberi alasan tak tega dan jika diasah, kemungkinan Valta akan membantu petarung.

"Tolong beba---"

"Tahan sebentar!" potong pria itu, "Kuperingatkan untuk tidak meminta hal yang mustahil! Kuharap kau menghargai pihak akademi yang membiarkan seorang Zhu masuk ke sini!" lanjutnya dengan bola mata menatap Vildory penuh hawa mengerikan.

Vildory tampak menahan napas, daerah sekitar seakan menolak karbondioksoda yang Vildory hembuskan. Membuatnya menahan napas, meski Vildory sangat ingin ke luar dari suasana sekarang ini yang terasa menakutkan. Seakan nyawanya berada dalam genggaman orang yang ada di hadapan. Sekali sentakan, rasanya nyata bahwa nyawa Vildory bisa langsung berpindah tangan.

"Baiklah! Apa keinginanmu, Zhu Vildory?" tanya pria itu dengan menepuk pelan bahu kiri Vildory.

Di sana barulah Vildory berani mengembuskan napas. Matanya liar menatap sekitar. Mencari kenyamanan agar matanya tak bersinggungan dengan petinggi akademi yang kini bersamanya di sini.

"Bi--bisakah aku memikirkannya terlebih dahulu? Aku belum punya permintaan!" Pada akhirnya, jawaban asalan itulah yang berani dia suarakan.

"Heh? Padahal tadi kau sudah mempersiapkannya 'kan? Apa permintaanmu itu adalah membebaskan Valta?" tanya petinggi itu lagi dengan logat seakan dia tidak sedang menakuti Vildory.

Meski dia sudah tahu jawaban pasti, namun Vildory tak ingin mengiyakan. Pertanyaannya terdengar seperti cetusan peperangan dan Vildory harus menghindari. Sebab, berurusan dengan petinggi akademi sudah sangat menyulitkan. Ditambah lagi dengan masalah Valta yang dibawa dalam omongan.

"Lain kali saja!" jawab Vildory secepatnya dan ke luar dari ruangan yang sedikit menyiksa pernapasannya itu.

Rupanya, janji yang Vildory buat untuk segera membebaskan Valta tak semudah itu untuk diwujudkan. Ketika Vildory hampir menemukan, maka selalu saja ada halangan. Seakan dunia memang melarang keinginan Vildory yang sangat bertentangan. Meski begitu, Vildory tetap tak ingin menyerah dan berniat untuk menunggu hingga hari ulang tahun itu tiba. Pada saat itu, Vildory benar-benar akan menepati janjinya, apa pun caranya.

"Vil, bagaimana?" Pertanyaan langsung Ale udarakan saat dia melihat Vildory yang sudah kembali.

Ale sudah menunggu Vildory sedari tadi di depan asrama Vildory. Memang tidak berharap banyak, tapi Ale berharap Vildory bisa membawa kabar baik. Dan jika membebaskan Valta disetujui pihak akademi, maka satu masalah mereka bisa teratasi. Selanjutnya, tinggal mencari cara melepaskan Arnold dari belenggunya. Lalu, acara pelarian yang sempat Ale pikir sendiri bisa segera dilangsungkan. Ale pernah berangan, suatu saat mereka berempat akan melakukan pelarian.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang