66

106 13 0
                                    

Sehabis berakhirnya pertarungan Nigi dan Drag, Valta hanya bisa kebingungan melihat Drag yang terkadang tak tampak oleh matanya. Gaduh di bawah sana sungguh membuatnya hampir gila. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, semuanya terlihat seperti tidak nyata. Sebagai orang biasa dan tidak memiliki ingatan apa-apa, sudah sepantasnya Valta kebingungan tanpa bisa bertanya.

Sampai pada pagi tiba, dia bahkan tak bisa terlelap sama sekali. Tak lama setelahnya, kegaduhan kembali terdengar mengusik telinga. Akibat pertarungan Nigi dan Drag semalam, cahaya menjadi bisa masuk ke dalam selnya. Membuat Valta melihat banyak duri landak menempel di dinding sebagai penutup lubang yang ada di dinding. Dia pun mencongkelnya, melihat keadaan atas apa yang terjadi di bawah sana. Padahal jika Valta tidak lupa, pasti dia tahu lubang di dinding itu dia sendiri yang membuatnya.

Setelah itu, Valta bisa melihat bagaimana seseorang dihakimi bersama-sama. Ada satu orang yang membelanya dan selebihnya sama-sama menuding dia yang diborgol tangannya. Kulitnya putih dan jelas berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Membuat Valta menyipitkan mata, menilik lebih jauh lagi. Begitu wajah Vildory terlihat jelas olehnya, Valta langsung mengenali. Dia adalah orang yang sama yang tadi malam memanggilnya kakak. Entah kenapa, meski wujudnya berbeda,Valta tetap bisa mengenali. Pemuda berkulit putih dan bertanduk itu tak Valta ragui bahwa dia orang yang semalam mendatanginya.

Tak lama setelah itu, seseorang tampak mengacungkan pedang di dadanya. Kemudian merobek ke bagian lehernya. Tanpa Valta bisa mengontrol, tiba-tiba rasa panas itu menguasai tubuhnya. Valta menyadari bahwa dia sedang marah, hanya saja tidak tahu marah atas alasan apa. Gejolak itu lama-lama semakin menggila kala melihat pemuda itu mulai melebur di udara. Panas seketika mencapai puncak kepala Valta dan Valta jadi mengerang menahan sakit yang tiba-tiba menyiksa. Rasanya, dia pernah merasakan hal yang sama sebelumnya, tapi Valta tak tahu kapan tepatnya.

Begitu berakhir, bayang-bayang hitam terasa membalut tubuh Valta. Dan seolah dipaksa, ingatan-ingatan yang entah apa mulai berebutan masuk ke dalam kepala. Sesuatu yang ada pada diri pemuda itu seolah menarik Valta untuk menemuinya.

"Apa yang terjadi denganku?" rintih Valta memegangi kepala.

Kemudian, ingatan yang berebut masuk ke kepala, perlahan bisa dia cerna. "Vildory? Benar, dia Vildory," ucap Valta antusias, "Adikku!" sambungnya dan kembali mengintip lewat lubang.

"Vildoryyyy!" teriak Valta dengan dada bergemuruh hebat.

"Bunuh! Bunuh! Bunuh mereka yang menyakiti Vildory! Bunuh semuanya!" ucap Valta seperti orang gila, "Benar, aku pernah mengatakannya! Aku harus membunuh mereka yang menyakiti Vildory!" tutur Valta lagi membuat rasa benci yang pernah dia simpan selama ini melebak ke luar dari dirinya.

Menimbulkan efek yang luar biasa dan Valta terlihat kembali ke wujudnya yang biasa. Ingatan yang masih samar-samar pun kini tersimpan kembali di kepala. Janji-janji bersama Vildory, rencana melarikan diri, dan lain sebagainya.

Dinding tebal yang dia gunakan untuk mengintip ke bawah, dengan kekuatan penuh Valta menghantamnya. Tak perlu menggunakan sihir apa-apa dan sihir yang membelenggu di selnya pun tak bereaksi. Sebab, sihir itu hanya bereaksi bila Valta menggunakan sihir saja. Kali ini berbeda, hanya dengan kekuatan tubuhnya, Valta berniat merobohkan dinding yang tebalnya luar biasa.

Orang-orang yang berada di bawah pun sama-sama penasaran dengan apa yang terjadi di atas sana. Baru kemudian mereka menyadari adanya bahaya kala melihat dinding mulai runtuh. Dari lantai teratas sana, sosok buas yang cukup mengerikan menimbulkan kepanikan petarung-petarung yang masih menyaksikan peleburan diri Vildory. Semuanya menjadi langsung waspada kala Valta meloncat dari atas sana dan terlihat baik-baik saja setelah mendarat.

"Valta?" Ale yang berdiri paling dekat dengan Vildory terisak semakin parah. Karena ulahnya tak bisa melindungi Vildory, Valta harus mengamuk dan pastinya akan membuat Valta dalam masalah.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang