"Pa--paman?!" Suara Ale langsung memotong ucapan Arnold yang datang tiba-tiba. Menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca dan itu menimbulkan kekhawatiran Arnold tentang dirinya yang bisa dilihat oleh orang selain Vildory.
"Jangan di sini, kita cari tempat lain saja! Kalau semua orang yang terkubur di sini mendengar kita bagaimana?" celoteh Vildory dan meraih Arnold ke dalam gendongannya.
Kemudian, Vildory mulai berlari dan disusul oleh Ale. Langkah Vildory jelas mengarah ke tempat Arnold dan dirinya biasa berlatih. Ale pun juga sudah memastikan sekitar tak ada yang mengikuti. Jadi, Ale kini tak perlu khawatir kalau saja ada orang lain yang mungkin ingin mengetahui hubungannya dengan Vildory.
"Hei, Vil. Apa yang terjadi? Dia bisa melihatku?" tanya Arnold masih khawatir. Dilihatnya Ale pun sering memendarkan mata ke arahnya dan tampak berbinar kala Arnold membalas tatapan matanya.
"Nanti saja, kau ini cerewet sekali, ya!" ketus Vildory karena tujuannya belum sampai.
Tiba di lokasi latihannya, Vildory langsung menurunkan Arnold dari gendongannya. Membuat hantu kucing itu berjinjit di tanah karena sedikit pegal ulah Vildory yang asal mengendongnya. Arnold pun tampak menggetarkan bulunya karena merasa sedikit kusut ulah bergesekan dengan baju Vildory. Kegiataannya itu pun tak luput dari pandangan Ale yang terlihat seperti anak kecil diberi mainan baru.
"Arnold, sekarang jelaskan padaku, apa benar kau dari keluarga Ardean?" tanya Vildory angkat bicara.
"Tunggu dulu, bocah ini benar-benar bisa melihatku? Apa tidak apa-apa? Sudah berapa kali dia melihatku?" tanya balik Arnold sedikit menjaga jarak dari keduanya. Ditakutkan dua orang itu sedang mengelabuhinya, untuk ditangkap misalnya.
"Ya, aku bisa melihatmu, Paman! Dua kali, tiga dengan ini," sahut Ale bangga.
"Paman? Siapa bocah ini?" tanya Arnold masih kebingungan, "Hei, Vil jawab aku!" bentak Arnold dengan langkah tak juga tenang.
Vildory menggusar kasar kepalanya, pertanyaannya saja tak dijawab oleh Arnold. Lalu, sekarang justru kucing itu meminta jawaban dari pertanyaan yang dilontarkannya. Padahal kalau dipikir lagi, yang pertama mengajukan pertanyaan yang seharusnya mendapat jawaban pertama.
"Aku adalah keponakanmu. Ibuku Bernama Vely, aku di sini untuk menyelamatkanmu," terang Ale.
Tampak Arnold membulatkan mata, mencari kebenaran dari pengakuan Ale padanya. Sejatinya, tak mungkin sekali anak itu berbohong padanya. Sebab, satu-satunya keluarga yang dimilikinya memang bernama Vely dan Arnold yakin tak kan ada keluarga lain yang mengetahuinya. Namun, sebagai makhluk yang bisa berpikir, Arnold tak bisa langsung mempercayainya. Bagaimanapun juga, hal serupa keberadaan Vely bisa saja diketahui tanpa sengaja oleh keluarga lain.
"Percaya sajalah, Arnold. Memangnya untuk apa kami membohongimu? Dia memang keponakanmu, terima saja takdirmu itu!" ketus Vildory melihat raut Arnold yang masih belum bisa mempercayai.
"Apa maksudmu? Takdirmu itu? Ucapanmu itu seakan aku sebagai keponakannya adalah kesalahan!" jawab Ale mengerutkan dahinya tidak suka.
Vildory tidak menjawab karena maksudnya bukan seperti itu. Membiarkan Ale menerjemahkannya sendiri bahwa maksud dari ucapannya tak berniat menyinggung sama sekali.
"Namamu Ale bukan? Apa kau sedang menyelidikiku?" tuduh Arnold masih belum sepenuhnya percaya.
Ale tampak memutar otak, memikirkan sesuatu yang membuat Arnold semakin tidak percaya. Kesannya seperti Ale sedang memikirkan kebohongan selanjutnya yang akan dia ucapkan. Sementara Vildory hanya acuh saja karena masuk ke dalam obrolan mereka sepertinya tidak akan menyambung. Ditambah lagi dengan kepergian Bayumi masih sedikit mengganggu pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akademi Para Petarung
FantasyTentang sebuah akademi, di mana para petarungnya harus siap mati dalam menjalankan misi, atau mati di tangan rekan sendiri. Star : 21 Maret 2023 Finish : 11 April 2024