Semakin ke sini, masalah semakin menumpuk. Membuat Vildory dan Ale hampir saja frustasi. Satu masalah belum terselesaikan, masalah lain datang menambah beban. Penyelesaian tak kunjung ditemukan dan hal ini pastinya lebih membebankan Ale daripada Vildory. Pasalnya, ini adalah masalahnya dan masalah Vildory sudah hampir menemui jalan ke luar.
Di tempat biasa Vildory melakukan latihan, kini dia dan Ale tampak tak melakukan apa-apa. Hanya menghabiskan waktu dengan menulis dan menggambar sembarangan di atas tanah. Tak ada apa-apa yang ingin mereka lakukan. Sudah tiga hari berlalu, namun solusi belum juga didapatkan.
Seketika, Vildory melempar ranting yang tadinya dia gunakan untuk menggores di atas tanah. Memetikkan jari dan berujar penuh percaya diri. "Bagaimana kalau permintaan peringkat satuku, kugunakan untuk meminta pembebasan Arnold?!" usul Vildory.
Awalnya, Ale kira Vildory menemukan sesuatu yang menarik, rupanya bukan apa-apa. "Bodoh! Karena terlalu banyak pikiran kau jadi bertambah bodoh, ya? Kalaupun paman mendapatkan kebebasan, tetap saja dia tidak akan bisa kembali ke dunia kita!" ketus Ale mencoret lebih banyak lagi di atas tanah. Meluapkan kekesalan di sana dengan mengukir seperti ukiran benang kusut, berantakan.
"Akk! Benar juga, ya!" gerutu Vildory kemudian.
Kembali terdiam, mereka berdua terfokus kembali ke tanah ukiran. Ale terus mengukir dengan rantingnya, sementara Vildory mengukir dengan jari telunjuknya. Menggambar seseorang dengan kepala yang sangat kecil. Tentu saja hal itu menggambarkan peringkat di akademi. Dengan Vildory sebagai kepala dan peringkat sepuluh besar lainnya anggota badan. Sebagai kepala, jelas Vildory terlalu kecil dan tak pantas berada di atas. Vildory pikir, dia bisa mencapai atas hanya sebuah rekayasa Noa --kepala sebelumnya.
Tiba-tiba, jam di tangan mereka berdering nyaring. Membuat keduanya terperanjat dan membuat otak mereka menerjemahkan bahaya. Ale langsung membuang ranting di tangannya dengan spontan dan memasang kuda-kuda siap bertarung. Sementara Vildory, tanpa sadar menghapus gambarannya dan menggenggam erat kalungnya.
"Bukan bahaya!" ucap Ale menurunkan posisi siaga, "Eh, tapi alram ini pertanda ada petarung yang meninggal bukan?" Sadar dengan suara yang dikeluarkan dari jam mereka menyiratkan kedukaan, Ale dan Vildory langsung berlari ke aula akademi. Mencari jawaban tentang petarung yang kehilangan nyawanya.
Sesampainya di sana, seorang laki-laki diturunkan dari benda yang menyerupai kantung besar. Terlihat laki-laki itu bersimbah darah dengan kaki kiri hilang separuh. Laki-laki yang tadi membawanya--yang memiliki kemampuan membuat benda seperti kantung tadi--tampak terduduk melepas lelah. Dilihat dari lelahnya, sepertinya dia membawa mayat temannya dengan jarak yang cukup jauh.
Sementara di belakang mereka, tampak Edelia meraung menyatakan hal itu salahnya. Tiga hari berlalu semenjak mereka menjalankan misi dan kini mereka pulang dengan seseorang tak lagi bernyawa. Sebagai pemimpin dalam kelangsungan misi mereka, jelas Edelia merasa bersalah. Bersimpuh di depan mayat temannya dan meminta maaf kepada tubuh yang tak lagi berjiwa.
Entah apa yang terjadi dengan mereka, sampai misi mereka katanya juga membawa kegagalan. Tak ada hantu yang berhasil mereka kalahkan.
Berikutnya, jasad itu segera diselamatkan. Melihat kondisinya, jasadnya sudah cukup lama dibiarkan. Akan lebih baik jika segera dikebumikan.
🔥🔥🔥
Sebuah bangku yang tertera di samping gedung asrama, Vildory melihat Edelia ada di sana. Langsung saja Vildory menemuinya. Ada banyak pertanyaan di dalam kepala yang harus Edelia jawab untuk menghilangkan rasa penasaran Vildory.
Berdehem singkat, Vildory memulai pembicaraan. "Ekhem ... Senior, apa aku boleh duduk di sebelahmu?" tanya Vildory, sebisa mungkin tak membuat Edelia merasa kurang nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/291736989-288-k365656.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akademi Para Petarung
FantasiTentang sebuah akademi, di mana para petarungnya harus siap mati dalam menjalankan misi, atau mati di tangan rekan sendiri. Star : 21 Maret 2023 Finish : 11 April 2024