68

226 22 9
                                    

Suara ketukan pintu terdengar, Inora yang tadinya tengah bebersih pun terpaksa menghentikan kegiatan. Bergegas dia ke pintu karena tamu yang datang mengetuk pintu keseringan.

Sesampainya di depan pintu, rupanya Alaric sudah lebih dulu bergegas ke depan. Untuk itu, niat Inora ingin kembali melanjutkan kegiatan. Namun, sebab penasaran dengan si Tamu, Inora terdiam sebentar. Menunggu Alaric membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Begitu pintu terbuka, kemoceng yang Inora gunakan untuk bebersih langsung terjatuh ke lantai. Penyebabnya ialah tamu yang datang.

"Ayah, Ibu, aku pulang!" Senyum pilu dia sunggingkan menatap Alaric dan Inora bergantian.

Berlari Inora menembus pintu dan berhambur memeluk sang Putra kesayangan. Kemudian, Alaric ikut gabung dalam pelukan. Isakan terdengar bergantian terutama berasal dari tamu yang membawa senyuman.

"Selamat datang kembali, Vildory!" sambut Inora mengelus sayang kepala Vildory.

"Ibu, kakak---"

Inora menggeleng. "Tidak apa! Tidak apa-apa! Setidaknya kau berhasil pulang dalam keadaan baik-baik saja!" potong Inora. Cukup percaya diri saja, bahwa Vildory gagal membawanya kemari.

"Maafkan ayah karena sudah memberimu beban berat, Nak! Seharusnya ayah memang tak memintamu membawanya kembali!" tutur Alaric memberi semangat kepada Vildory agar tak lagi melanjutkan tangis.

Vildory pun melepas diri dari pelukan, wajahnya tampak keheranan. Kemudian, dia menoleh ke belakang, mencari seseorang yang tadi datang bersamanya. Tetapi, tak ada siapa-siapa di belakangnya, menandakan bahwa dia hanya sendirian.

"Ada apa, Vildory?" tanya Inora kebingungan.

Vildory tampak melebarkan pandangan, mencari sosok berharga yang sedari tadi tak lepas dari pengawasan. Lalu, tak jauh dari sana, dibalik pot bunga besar, Vildory melihat punggung yang berjongkok membelakanginya. Dia pun menggeleng dan berlari menghampiri.

Sedikit melenguh, Vildory berucap, "Kakak, apa yang kaulakukan di sini? Ayo sapa ayah sama ibu!" tegur Vildory yang membuat sosok itu memunculkan diri.

"Itu apa?" tanyanya menunjuk pot bunga yang sebelumnya tak pernah dilihatnya.

"Itu namanya pot! Sudahlah, yang penting temui orang tua kita dulu!" ucap Vildory menarik Valta agar segera menemui orang tuanya.

Sebab berbicara cukup jauh, Alaric dan Inora tak dapat mendengar percakapan. Lantas, saat keduanya menuju ke arah mereka, keduanya menghapus bulir air mata. Sekiranya mereka menganggap Valta adalah temannya Vildory. Untuk itu, tidak baik bersedih hati di hadapan tamu yang datang berkunjung.

"Ayo sapa mereka!" titah Vildory mendorong pelan bahu Valta.

"A--aku pulang, Ayah, Ibu!" sapa Valta gugup untuk yang pertama kalinya.

Alangkah terkejutnya sepasang suami istri tersebut. Inora bahkan sampai menutup mulut yang terperangah. Padahal, pemuda yang berdiri di hadapan terlihat cukup familiar. Ada sedikit kemiripan yang Valta miliki dengan sang Ayah yang berwajah tegas.

"Va--Valta? Sungguh kah ini kamu, Nak?" tanya Inora sedikit tak percaya. Tangannya sampai merabah wajah Valta, memeriksa keadaannya dan memastikan bahwa dia memang anaknya.

Valta mengangguk dan kemudian memeluk Inora. Lagi-lagi wanita itu dibuat terisak sambil membalas pelukan Valta erat. Merasa tak mau kalah, Alaric ikut dalam pelukan mereka. Menyampaikan semua rindu yang selama ini terkunci di dalam dada. Maka sekarang rindu itu bisa terlepaskan dengan pertemuan yang selama ini dinantikan.

"Apa sekarang aku tidak dibutuhkan lagi di keluarga ini? Ya, sudahlah. Aku pergi!" Menambah kesan harmonis, Vildory pura-pura tak terima dengan pengabaian mereka.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang