35

111 11 1
                                    

Namun, sama sekali tak El sangka bahwa pukulan Vildory bisa mengenainya. Membuatnya membelalakkan mata kala serangan keras dari Vildory mengenai rahang bawah. Meski tak begitu menyakitkan, tapi sukses membuat El kebingungan. Kenapa Vildory bisa melakukan itu sementara sihir petarungnya sudah dia aktifkan.

'Bagaimana dia melakukannya? Apa dia mengetahui sihir petarungku? Tidak mungkin!' racau El dalam hati. Tak percaya dengan apa yang Vildory lakukan.

Berikutnya, Vildory hanya diam menunggu tiga puluh detik berlalu. Membiarkan El kebingungan dan mungkin saja ketakutan. Apa yang tadi Vildory lakukan hanya sebuah trik dalam mengatasi sihir petarung seperti El. Hanya dengan konsentrasi penuh dan menunggu El mengulang waktu. Berpura-pura melakukan serangan dengan pukulan pada tangan kanan. Padahal, tangan yang tadinya Vildory gores adalah tangan kiri. Tepat setelah efek pengulangan waktu El habis, baru setelahnya Vildory menggunakan tangan kirinya untuk meninju rahang bawah El. Dengan begitu, awalnya El pasti berpikir Vildory akan menyerangnya dengan tangan kanan sebelum sihirnya dia gunakan. Namun, sepertinya Vildory memang bukan orang bodoh seperti sikapnya. Sebab, kalau dia berpikir dengan baik, maka siapapun mungkin bisa dia kalahkan. Siapa yang tau.

Padahal tak ada yang tahu sihir petarung El sama sekali dan Vildory hanya butuh sekali pertandingan saja untu mengetahui. Membuat El terlihat hampir frustasi karena sihir petarungnya dengan mudah Vildory baca.

Tak puas dengan sihir petarungnya yang terbaca, El melakukan serangan cepat. Hingga melukai wajah Vildory dengan satu pukulan. Vildory bahkan tak mengira El akan menyerangnya dengan tanpa aba-aba seperti itu. Sementara tiga puluh detik belum juga berlalu dan Vildory sudah tak bisa lagi menghindari serangan El yang membabi buta. Sulit untuk dibaca dan berkonsentrasi pun rasanya tak sempat untuk dilakukan. Membuat Vildory ragu akankah dia menang dalam kurun waktu tiga puluh detik yang telah terjadi.

Masih menahan rasa sakit dengan serangan El, Vildory tampak memasrahkan diri. Bertahan sedikit lagi sebelum efek racun darahnya bereaksi pada tubuh El. Semoga saja dia tidak pingsan sebelum efeknya terjadi. Karena kalau dia pingsan, maka jelas Vildory-lah yang kalah.

Entah pukulan yang sudah keberapa dan entah ditujukan pada bagian tubuh Vildory yang mana, barulah setelahnya efek darah beracun Vildory mempengaruhi tubuh El. Membuatnya meluruh di hadapan Vildory yang sudah berlutut karena serangannya. Para murid dan beberapa petinggi yang menyaksikannya sampai takjub melihatnya. Lagi-lagi begitu, padahal jelas-jelas Vildory yang menerima serangan, namun yang luruh justru tubuh lawannya. Tampak sebagian orang berusaha mencari tahu sihir petarung Vildory. Mulai menebak-nebak sendiri, tapi tak ada yang bisa dibenarkan melihat pertarungannya beberapa kali ini.

Vildory kemudian melangkah mundur ingin ke luar dari arena. Membawa kemenangannya dan akan mendapati peringkat ke lima belas yang baru saja direbutnya. Senyum terekam di wajah berantakannya yang sudah babak belur karena serangan El tadi. Penyembuhannya begitu lama dan luka yang dialami selama bertarung bisa saja sembuh dalam setengah hari. Melihat lukanya yang demikian, para petarung lain mungkin hanya butuh lima menit saja, sebab luka Vildory memang tak begitu parah.

Meski Vildory tersenyum penuh kemenangan, tapi dewan hakim berkata lain. "Pemenangnya El! Dengan begini, tak ada peringkat yang berganti!" teriak dewan hakim yang membuat Vildory kehilangan senyuman.

Menatap kembali arena pertarungan di mana El ternyata belum pingsan sepenuhnya. Pertahanan dirinya yang luar biasa membuat Vildory membelalakkan mata. Butuh satu kedip bagi Vildory, barulah tubuh El luruh kemudian dengan tatapan sebelum pingsan, jelas tak terima. Dengan begitu, sudah pasti Vildory yang dinyatakan kalah. Sebab El masih terjaga dan belum mengatakan menyerah. Sementara Vildory sudah ke luar dari arena yang mana salah satu penyebab berakhirnya adu tanding, dengan salah satu petarung meninggalkan arena.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang