19

164 9 0
                                    

Baru saja Vildory merebahkan kepala di atas bantal, alarm pada jam tangan membatalkan niatnya. Mendengar alarm yang berbunyi dengan kencang dan juga lampu merah yang berkedip cepat, Vildory sudah mengerti apa artinya. Pertanda adanya hantu memasuki akademi dan itu baru pertama kali Vildory alami. Bergegas dia ke luar asrama, bukan untuk membantu pengusiran hantu, tapi untuk berlindung. Takutnya hantu itu memasuki kamarnya dan Vildory takut akan hal itu.

Langkah para murid dari kamar lain sama-sama mengarah ke kiri, Vildory pikir dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti. Setidaknya ada orang yang akan melindungi kalau saja hantu itu menargetkannya. Tentu saja karena Vildory ketakutan, berbeda dengan murid lain yang justru melakukan gerakan siaga.

Tepat pada kamar asrama paling ujung, semua murid berhenti dengan beberapa penjaga membobol masuk kamar asrama. Di posisi paling belakang, Vildory tampak kesulitan mencari tahu apa yang terjadi. Salahnya sendiri kenapa lebih mementingkan menyelamatkan diri. Rasa penasaran Vildory cukup besar karena sepertinya hantu itu masuk ke dalam salah satu kamar asrama dan itu kamar perempuan.

Beberapa saat setelahnya, sosok Hantu iblis tanduk tiga digiring dengan borgol khusus di tangannya. Pertama kali bagi seluruh tingkat satu melihat sosok hantu, kecuali Vildory yang sudah pernah melihat Arnold. Bentuknya tak jauh beda dari perubahan wujud setengah iblis pada umumnya, namun yang membedakan hanya warna kulit yang gelap. Mengingatkan Vildory kepada Arnold yang juga berwarna hitam. Sepertinya, hantu identik dengan kulit hitam. Bahkan Vildory sedikit sulit melihatnya karena hari sudah malam.

"Apa yang dia pikirkan, bukankah menjadi hantu itu memalukan? Bisa-bisanya ada orang seperti dia!" komentar buruk seseorang yang bisa Vildory tangkap dengan jernih.

"Menjadi hantu?" tanya Vildory kebingungan karena situasi masih jauh dari pemahaman.

Hingga Vildory melihat Bayumi di antara murid yang mengikuti langkah penjaga membawa sang Hantu. Vildory pun mendekatinya, meski pembicaraan jarang terjadi antara mereka, tapi orang yang paling bisa ditanyai hanya dia. Karena hanya Bayumi yang dengan senang hati menebar senyuman. Bukan seperti orang lain yang selalu memberikan tatapan persaingan.

"Bay, maksudnya menjadi hantu itu apa?" tanya Vildory sedikit canggung.

"Haaa? Kau tidak menyimak pelajaran, ya? Yang menjadi hantu itu adalah peringkat tujuh belas, dia menyerahkan seluruh hidupnya pada setengah iblisnya." terang Bayumi melangkah pelan di antara banyaknya murid lain.

Teringat Arnold yang juga hantu, Vildory tak terlalu terkejut mendengarnya. Namun, yang dia herankan bagaimana cara menyerahkan diri kepada setengah iblis atau setengah binatang untuk menjadi hantu.

Melihat Vildory yang terdiam, Bayumi tampak kembali bersuara. "Kau pasti juga tidak tahu bagaimana cara menyerahkan diri pada setengah kekuatan 'kan?" tebak Bayumi yakin sekali.

Vildory mengangguki, dilihat dari pertanyaan Bayumi sepertinya hal itu juga sudah pernah dipelajari. Hanya Vildory-nya saja yang tidak memperhatikan saat belajar tentang pengetahuan itu.

Tersenyum sebelum berkata, Bayumi dengan senang hati menjelaskannya. "Menangis dan marah yang berlebihan adalah pemicunya. Keputusasaan juga kunci utamanya. Jika kau bersedih ataupun marah, maka setengah kekuatanmu akan mempengaruhimu, membuatmu membiarkan setengah kekuatanmu mengambil alih tubuhmu. Makanya kalau sedih ataupun marah sebaiknya jangan berlebihan. Itu kalau memang kau tidak ingin menjadi hantu!" terang Bayumi tanpa menunjukkan kebanggaan karena perbedaan kepintaran.

Vildory tampak mengangguk, seharusnya dia mempelajari itu dari jauh. Masih untung Vildory belum pernah sedih ataupun marah yang berlebihan. Karena kalau dia menjadi hantu, membawa pulang kakaknya hanya akan tinggal angan.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang