Jeruji besi yang mengurung Valta sudah terlihat rapuh dan seolah sebentar lagi patah. Namun, jeruji itu tak selemah kelihatannya karena dorongan sebesar apa pun tak akan mampu untuk merobohkannya. Bahkan sihir pun tak mempan dalam menghancurkannya. Jeruji yang tak pernah sekali pun terbuka borgolnya semenjak Valta dimasukkan ke sana. Jeruji yang selalu menjadi saksi bagaimana Valta menderita dan bagaimana Valta selalu terdiam menatap keluar yang hanya hampa. Terkadang, Arnold akan datang mengunjunginya, tapi tidak setiap Valta membutuhkannya. Hanya datang kala Arnold mempunyai waktu untuknya.
Kini, Valta tak seorang diri saja, Arnold ada bersamanya, walau tanpa kehadiran seorang Vildory. Pemuda itu masih dalam proses belajar dan Valta selalu menantikan bagaimana Vildory selesai belajar dan datang ke mari. Perjumpaan yang tak beberapa menit dalam sehari itu membuatnya merasa sedikit sedih. Membuatnya sekali lagi menanyakan kesalahan diri kenapa dia lahir ke dunia ini. Menanyakan sekali lagi kesalahannya hingga terkurung dalam jeruji. Meski Valta tahu jawabannya karena dia berbeda seorang diri. Menjadikan hati Valta semakin sakit lagi karena perbedaan itu membuatnya diasingkan di tempat ini.
"Val, apa aku boleh bertanya tentang kekuatanmu?" tanya Arnold berhati-hati karena sepertinya Valta dalam fase tak enak hati.
"Tanyakan saja!" sahut Valta dengan menerawang ke luar jeruji, tanpa melihat Arnold yang kini duduk di sebelah kiri.
"Tentang kekuatan ayahmu, apa kau belum bisa mengendalikannya?" tanya Arnold kembali berhati-hati.
Valta tak langsung menjawab dan menatap kucing hitam yang sering menjadi saksi bagaimana dia terluka selama ini. Kucing hitam yang berperan seakan dia seorang ayah untuk Valta kala dia mencurahkan isi hati. Kucing hitam yang Valta tahu menjalani hidup lebih berat lagi. Arnold yang bergerak bebas ke sana ke mari, namun justru dia lebih terkekang lagi daripada Valta akibat ulah tangan pihak akademi. Valta tahu dia lebih menderita lagi, tapi kucing itu tak pernah sekali pun mengadukan bagaimana sakitnya selama ini. Hanya kehangatan dari api Valta yang dia kehendaki. Di luar dari itu, dia bahkan tak pernah mengharapkan lebih.
"Maksudmu darah terkutuk itu?" sahut Valta pada akhirnya dengan balasan tanya.
"K--kau bisa mengendalikannya? Lalu, kenapa tak kau gun---"
"Aku hanya tidak ingin menyakiti orang lain! Apa itu terlihat aneh?" potong Valta dengan kembali memalingkan mata, "Aku membenci mereka yang selalu menyakiti kita, tapi aku tidak ingin menyakiti mereka. Mereka bilang aku monster dan aku hanya diam saja. Bukankah kau bilang monster adalah dia yang menyakiti orang lain tanpa rasa bersalah? Lalu, apa aku ini monster yang sudah gila?" lanjut Valta memberikan banyak tanya.
Dengan jawaban yang Valta berikan, rasanya Arnold merasa sedikit bersalah. Merasa kalau dirinya memperburuk keadaan saja dengan menambah suram di wajah Valta. Ditambah lagi dengan masalah kekuatannya yang membuat Arnold merasa sedikit bodoh karena sudah bertanya. Rasanya memang tidak mungkin kalau Valta belum bisa mengendalikan kekuatannya karena jelas dia makhluk yang berbeda.
Kata-kata Valta juga membuat Arnold kembali mengingat masa dahulu. Di mana Valta masih seumuran balita dan banyak tanya yang ke luar dari mulutnya. Pertanyaan tentang siapa dirinya dan apa itu monster yang sering mereka suarakan di telinga. Saat itu Arnold berkata bahwa monster adalah dia yang menyakiti manusia. Mungkin dari sanalah awal mengapa sikap Valta sedikit berbeda. Menanamkan dalam hatinya untuk tidak membuat orang lain terluka. Tentu saja dengan dia yang mendapatkan sebaliknya.
Valta tampak meremas dadanya. "Dia datang!" ucapnya dengan menatap ke arah sebelah kiri.
Riuh sedikit mengudara dan beberapa langkah terdengar menghampiri. Dua belas orang di antaranya sama-sama menatap ke arah Valta yang tak bisa membalas tatapan satu-satu di antara mereka. Sembilan orang di antaranya adalah petarung tingkat satu, satu wali kelas mereka, dan dua orang lagi adalah penjaga. Di antara mereka yang Valta tatap hanya satu, pemilik darah yang sama dengan dia yang berdiri berdampingan dengan sepuluh orang lainnya. Namun, yang ditatap terlihat lelah dan seolah menghindari tatapan Valta. Membuat Valta ingin bertanya karena dia pikir dia akan menjulurkan tangan untuk meredam rasa sakit di dadanya. Tetapi, sakit di dadanya terasa bertambah melihat pengabaian yang Vildory tunjukkan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akademi Para Petarung
FantasyTentang sebuah akademi, di mana para petarungnya harus siap mati dalam menjalankan misi, atau mati di tangan rekan sendiri. Star : 21 Maret 2023 Finish : 11 April 2024