41

120 10 2
                                    

Sesuai janji, Vildory akan menceritakan apa yang terjadi saat misi kepada Ale. Untuk itu, mereka berencana bertemu di tempat biasa Vildory berlatih. Sebab, ini mengenai sihir petarung Vildory, mereka harus berbicara hati-hati. Jangan sampai ada orang lain yang mendengarkan karena seseorang yang mengenali keluarga Zhu bisa jadi mempergoki. Terlebih lagi, sihir petarung Vildory didapat dari ayahnya yang merupakan keturunan Zhu asli. Akan mudah mengelak nantinya kalau saja kemampuan Vildory di dapat dari ibunya. Tetapi, tak bisa dipungkiri yang akademi waspadai adalah keturunan Zhu, terutama yang berkemampuan serperti Alaric.

Kini, Vildory sudah menuju tempatnya latihan, sementara Ale masih ada urusan. Untuk itu, Vildory memutuskan pergi lebih dulu dan menunggu Ale sambil latihan. Sebenarnya, Vildory rasa apa yang dia lakukan dalam menyerang hantu tak perlu dijelaskan. Alenya saja yang bersikeras bahwa Vildory harus menjelaskan. Mau bagaimana lagi, Vildory tak punya pilihan selain menjelaskan hal yang menurut Vildory mudah dipikirkan.

Tepat saat langkahnya hampir memijak lokasi latihan, suara di sana mengganggu fokusnya. Membuat Vildory mengintip terlebih dahulu sebelum mengambil alih tempat latihan. Untungnya energi Vildory tak bisa dirasakan, jadi Vildory tak perlu takut ketahuan dari energi yang dirasakan.

Di sana, di tempat biasa Vildory beristirahat setelah latihan, Vildory bisa melihat Noa dengan seorang perempuan. Tak perlu Vildory memastikan siapa perempuan itu karena sudah pasti itu Ringga Edelia kekasih Noa. Kekasih yang katanya membuat Noa mengajukan permintaan atas kepemilikan peringkat pertamanya agar diizinkan berpacaran, yang jelas-jelas adalah larangan. Namun, sebagai peringkat pertama hal itu bisa dikabulkan sebab tak terlalu berat untuk disetujui.

"Bisakah kau mengatakannya dengan jujur? Tak apa!" ucap Edelia dengan wajah menunduk dalam.

"Percaya padaku, Edelia!" Hanya itu jawaban yang Noa berikan dengan menyentuh pelan bahu Edelia.

"Jujur saja, Noa!" isak Edelia dengan air mata yang entah sejak kapan membasahi pelupuk mata.

Noa hanya menggeleng, menangkup wajah Edelia dengan sebelah tangan dan kemudian menghapus air matanya. Yang justru membuat Edelia menangis semakin parah. Sementara Noa tak membiarkan air mata itu mengalir di pipi Edelia. Menghapusnya terus menerus, meski hanya sebelah. Sebab, tangan Noa yang satunya masih setia menggenggam buliran air yang ia kristalkan. Masih ingat kan dengan pertama kali dia perkenalkan, air yang mengkristal itu selalunia genggam. Cairan itu tak pernah lepas di tangannya, seolah di dalamnya ada suatu rahasia. Bahkan, dalam menjalankan misi pun cairan itu tak pernah lepas dari tangannya. Hal itu pun menunjukkan betapa kuatnya dia karena hanya dengan sebelah tangan saja dia tak pernah gagal dalam misi, pun bisa mempertahankan peringkat pertama.

Kembali pada Vildory, dia hanya mampu menelan ludah, terlihat iri dengan pasangan di hadapannya. Meski Vildory tak mengerti arah pembicaraan mereka, tapi tetap saja membuat Vildory penasaran dan terus menguping mereka. Vildory jadi teringat pada Sora, satu-satunya perempuan di tingkat satu, sayangnya Sora bahkan tak pernah meliriknya. Tentu saja, bagi Sora yang lebih penting adalah penjadi petarung yang kuat dan mengenyampingkan cinta.

Selanjutnya, Vildory harus menyaksikan hal yang seharusnya tak dilihatnya. Membuat Vildory mengintip dibalik jemarinya, meski sebenarnya apa yang dia lakukan tak bisa menutup apa yang kini dia lihat dengan kedua mata. Bagaimana di sana Noa menempelkan bibirnya ke bibir milik Edelia, meski hal itu berlangsung sekejab saja. Setelahnya, waktu seakan terhenti begitu saja karena hanya ada hening mengudara.

Kemudian, saat waktu terasa kembali berjalan, Edelia memundurkan langkah. Menyentuh bibirnya sejenak dan meninggalkan Noa setelahnya. Berlari entah ke arah mana, yang jelas dia berlari ke arah yang berlawan dari akademi berada.

'Apa yang terjadi?' bingung Vildory, greget sendiri.

Sementara Noa, menjatuhkan lututnya ke atas tanah. Seakan lututnya sedari tadi memang tak kuat menahan bobot tubuhnya. Pun Noa meremas rambutnya dan mengerang pelan setelahnya. "Apa yang telah aku lakukan?!" tanya Noa pada dirinya sendiri dan disambung dengan isakan pelan setelahnya.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang