43

89 10 2
                                    

Hal pertama yang mampu tertangkap oleh matanya adalah ruangan asing yang sama sekali tak dikenali. Vildory pun memutar bola mata mencari petunjuk di mana posisinya saat ini. Tepat di sebelah kiri, ada sosok yang terbaring dengan berbagai macam alat sihir menempel di tubuhnya. Melihat hal itu, Vildory langsung bangkit dari tidurnya dan menatap lebih jelas lagi siapa yang kini ada di sebelah.

Sesuai yang Vildory duga, dia Galant lawan bertarung Vildory tempo lalu. Dilihat dari alat di tubuhnya, Vildory bisa mengetahui bahwa Galant masih hidup. Untuk itu, dia bisa bernapas lega karena Galant tidak terbunuh olehnya. Namun, sama sekali tak Vildory tahu fungsi dari alat di tubuh Galant itu untuk apa. Vildory juga tidak tahu separah apa luka yang didapat oleh Galant gara-gara dirinya. Hanya bisa berharap, Galant tak mati di tangannya.

Teringat kembali oleh Vildory pertarungannya tempo lalu. Di mana Galant menyerangnya tiba-tiba dengan wujud setengah ularnya hanya bagian tubuh atas saja. Lalu, Vildory bisa menyadari bagaimana seluruh darahnya otomatis memproduksi racun yang Vildory sendiri tidak tahu kadarnya. Kemudian, saat bisa ular yang Galant gigitkan di bahunya, darah itu langsung merembas ke luar dan membuang semua darah yang terkontaminasi oleh bisa. Panas yang tercipta dari darahnya, pun Vildory belum mengerti sama sekali. Padahal Vildory yakin, bahwa darahnya tak akan sepanas itu jika dia terluka. Setelahnya, Vildory sempat kehilangan kendali atas diri dan tidak sadar dengan apa yang terjadi di sekitar dia. Barulah setelahnya teriakan Ale menyadarkan dia atas apa yang tengah dialami.

Seolah ingin melupa, Vildory sekali lagi memendarkan mata. Mencari sosok lain di ruangan sana dan Vildory tetap tak menemukan siapa-siapa. Dengan begitu, Vildory langsung ke luar dari sana --yang kemungkinan adalah ruang sejenis UKS pada sekolah biasa. Tujuan Vildory kali ini adalah mencari Ale dan menanyai apa yang terjadi padanya. Hanya Ale yang bisa dia tanyai untuk sekarang karena Ale pasti menyaksikan pertarungannya dengan seksama.

Lantas, saat kakinya memijak ke luar dari ruangan tadi, matanya langsung bertemu dengan sosok pria berbaju hijau. Menatapnya dengan tatapan yang membuat Vildory beringsut sedikit ke belakang. Agar tatapan mereka tak bersitatap terlalu dekat dan agar dia tak merasa risih.

"Apa tubuhmu sudah baikan?" tanyanya yang dibalas Vildory dengan anggukan.

"Ah! Sebaiknya kau kembali ke dalam, akan kuperiksa terlebih dahulu!" ujarnya lagi dengan tak sengaja memperkenalkan diri sebagai ahli medis.

Vildory menggeleng. "Aku sudah tidak apa-apa! Aku tak pernah merasa sesehat ini sebelumnya, jadi kau tak perlu cemas!" tolak Vildory dengan alasan yang sudah sering digunakan orang-orang sebagai penolakan.

"Iya, kau memang baik-baik saja, tapi tidak dengan Galant! Setidaknya pertanggungjawabkan perbuatanmu," balas pria yang bernama Bardan itu datar.

Ucapannya seakan menyindir Vildory dengan perbuatannya yang membuat orang lain celaka. Meski hal serupa sering terjadi pada petarung lainnya, tapi sepertinya perbuatan Vildory yang paling parah. Dilihat dari tuntutan Bardan, sepertinya dia tak pernah menangani hal serupa sebelumnya.

"Ba--bagaimana caraku mempertanggungjawabkannya?" gagap Vildory dan menggaruk bagian belakang kepala.

Bardan tak memberikan jawaban apa-apa. Hanya saja, dia bergerak masuk dan Vildory tak butuh perintah untuk mengikuti. Berjalan di belakangnya, Vildory tahu ke mana langkahnya akan dia bawa. Sudah pasti brangkar milik Galant.

Berdiri di sisi kiri brangkar Galant, Bardan memejamkan mata. Menyentuh Galant pada bagian dada dan melenguh setelahnya. Vildory artikan lenguhannya itu pertanda tak ada tanda-tanda membaik dari Galant. Membuat Vildory semakin merasa bersalah dan berharap perjalanannya selama ini tak sia-sia.

"Lihatlah pembuluh darah besarnya! Bukankah itu terlihat aneh? Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Nah, Vildory bisa kau menjelaskan kenapa pembuluh darah besarnya bisa membiru dan membengkak?" tanya Bardan melirik Vildory tanpa ada kata penekanan.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang