65

75 10 0
                                    

Geram dengan Arnold yang enggan menghentikan Vildory, Ale bersuara, "Paman! Cepatlah! Apalagi yang kau ... tunggu?" Terdengar Ale semakin membentak.

"Ta--tapi, kau---"

Merasa tak punya banyak waktu, Ale menarik paksa alat Dokter Bardan yang tertempel di tubuhnya. Berlari dengan tertatih menuju ke arah di mana Vildory berdiri. Arnold bahkan tak dapat menahannya sama sekali. Tentu saja, rasanya tak pantas menahan Ale di sini, sementara dia sendiri enggan menghentikan Vildory.

"Vildoryyy!" teriak Ale masih dengan berlari.

Kemudian, dia menabrak tubuh Vildory yang hampir sepenuhnya kehilangan wujud manusia. Vildory terlihat terus mengerang seolah kesakitan. Kedatangan Ale di sini, sepertinya dia tak menyadari. Terbukti dengan Vildory menatap entah ke mana, sementara Ale kini menjatuhkan diri di tubuhnya yang terjatuh di tanah akibat tabrakan dari Ale. Teriakan dan tangisan Ale pun sama sekali tak Vildory sadari.

"Sudah! Hentikan! Kembalilah, ini belum berakhir, Vil!" isak Ale membiarkan air matanya yang melebar ke mana-mana. Dia bahkan sengaja melupa bahwa dia sedang terluka.

"Oya-oya! Masih hidup kau rupanya!" bingung Darknell melihat Ale yang berusaha menghentikan aksi Vildory.

Teringatlah dia akan ucapan Xue tadi. Akhirnya dia mengerti, bahwa maksud dari Xue mengibulinya adalah ini.

Tangannya mulai terulur mencengkram Ale, berniat menyingkirkannya dari sana. Karena keberadaan Ale jelas sebuah gangguan. Tepat sebelum tangannya menyentuh Ale, benda pipih dan tajam itu menghentikan aksinya. Memotong lengannya dan kemudian beralih memotong pinggangnya.

Pelakunya adalah Xue, dia langsung berlari begitu saja melihat Darknell hendak menyakiti Ale sekali lagi. Terlihat, Xue hampir kehilangan kendali diri dan tubuhnya berdiri mulai tak kokoh. Sebentar lagi, mungkin dia akan terjatuh ke atas tanah.

Sementara Liam yang dari tadi menahannya, tampak terperanga. Pasalnya, gerakan Xue terlalu cepat dan bahkan Liam tak sempat menyadari. Darknell saja tak bisa menghindaru tebasan cepat dari seorang Xue. Dia hanya menyadari satu hal, bahwa tangannya tadi sudah benar-benar menyentuh dada Xue. Dengan artian, organ dalamnya berhasil dia hancurkan.

Dengan napas lelah, Xue berkata, "Dengan begini, setidaknya ... dia butuh waktu untuk beregenerasi!" Kemudian, sebagai penyambung kata. Xue terbatuk darah, "Haaa! Ini melelahkan!" ucapnya dan kemudian berbaring perlahan di tanah. Berusaha meraup lebih banyak udara agar pernapasannya bisa segera dinetralkan.

"Ke--kenapa? Kau masih bisa bergerak? Tidak ... kenapa kau masih hidup?" tanya Liam bingung. Dengan posisi tangan Liam yang tadinya menjurus ke jantung Xue, seharusnya itu sudah membuatnya kehilangan nyawa.

Xue menatap Liam jengkel, "Kenapa kata---"

Belum sempat melanjutkan kata, Xue sendiri menggantung ucapannya saat Darknell sudah berdiri di hadapan. Tak sama seperti hantu pada umumnya, rupanya regenerasi Darknell lebih cepat dari yang dia kira. Xue tak tahu, bahwa hantu putih mempunyai daya regenerasi jauh lebih cepat dari hantu pada umumnya. Untungnya, Xue langsung menghindar dari sana dan bangkit dengan segera--meski agak susah payah.

"Brengsek!" amuk Darknell karena tak terima dengan Xue yang menebas tubuhnya.

Dia tampak begitu marah, menatap Xue yang semakin terlihat lelah. Serangan mematikan sudah dia persiapkan. Agar gangguan-gangguan seperti itu tak mengganggu kesenangannya.

Di detik yang sama serangan akan dia hentakkan, di detik itu pula Darknell merasakan kejanggalan pada tubuhnya. Membuat serangannya tak jadi sampai pada Xue yang pasti tak siap untuk menghindarinya itu. Hal yang membuat Darknell terdiam adalah fenomena di mana cairan-cairan berwarna merah tampak menetes dari atas layaknya hujan. Membasahi medan pertempuran dan membuat sebagian petarung dan hantu pun ikut terdiam. Perlahan, cairan merah itu tampak meresap ke dalam tubuh para hantu, termasuk Drag di atas sana yang masih menatap Nigi yang kehabisan nyawa. Lalu, tanpa diduga, kejadian mengerikan itu terjadi begitu saja. Berupa ledakan pada jantung mereka semua.

Akademi Para PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang