5 | Valya Cornelly - Kenapa, deh?

26 5 3
                                    

Kenapa, deh?

Hari ini orang-orang terlihat aneh. Pertama, saat aku membuka jendela kamar, Rei—yang juga membuka jendela balkon kamarnya—terkejut. Ia terlihat seperti tengah waswas.

Lalu, ketika aku selesai bersiap untuk berangkat sekolah, aku membuka pintu kamar. Zia juga terkejut sampai hampir terjengkang. Bertepatan sekali kami berdua sama-sama membuka pintu. Namun, ekspresiku biasa saja.

"Kenapa, deh?" tanyaku heran.

"Lo jangan bikin kaget bisa, nggak, sih?" Zia langsung pergi dari hadapanku tanpa menungguku bertanya lebih banyak.

Aneh sekali mereka.

Saat aku sampai di sekolah, lagi-lagi bertemu Rei yang terkejut melihatku. Kami sedang berada di lobi dengan wajah sama-sama datar.

"Kenapa, deh, lo?" tanyaku.

"Emang lo sendiri kenapa?" Laki-laki itu menatapku sekilas, lalu berjalan pergi.

Sembari terus memikirkan itu, aku berjalan menuju kelas. Di sana, orang-orang sudah berdatangan. Jona yang merupakan seatmate-ku sudah duduk manis di kursinya. Ada Haidan juga yang sedang mengobrol dengan para anak laki-laki.

"Woi, Jon!"

"HA!" Jona terkejut sampai tremor. Ia mengelus dadanya berkali-kali. Kemudian, tangannya melayang untuk menepuk pantatku dengan keras.

"Sakit, Bego!"

"Lo, sih, bikin gue kaget aja!"

"Kenapa, deh, rang-orang? Sa bisanya mereka kaget ngelihat gue." Aku meletakkan tas di bangku, lalu duduk. "Emang muka gue kenapa, sih, Jon?" tanyaku sembari menghadap gadis itu.

"Nggak ada apa-apanya."

"Ya, masa nggak ada apa-apanya? Maksud lo polosan datar gitu?"

Jona sedikit terkejut lagi, lalu memalingkan wajahnya.

"Woy, gue tanya!"

"Nggak tau. Pikir sendiri aja."

Lagi-lagi tidak jelas. Daripada memikirkan orang-orang tidak jelas itu, aku memilih menuju bangku Haidan saja. Seperti biasa, senyumku mengembang melihat laki-laki itu.

Ia menatapku sekilas karena sedang fokus bercerita dengan teman-temannya. Namun, sedetik kemudian, ia menatapku sekitar lima detik.

"Haidan! Holaaaaa!" seruku dengan heboh. Sampai membuat orang-orang di sekitar Haidan berdecak kesal. Mereka masing-masing menyingkir, tinggal beberapa saja yang masih bertahan dengan wajah tidak mengenakkan.

Setelah lima detik menatapku, Haidan memalingkan wajahnya. Aneh lagi.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kamu sakit, ya, Dan? Kok, mukamu merah?"

Haidan langsung memegang pipinya. "Iya? Gue ke UKS dulu, deh."

Tanpa menunggu persetujuanku dahulu, laki-laki itu mengacir ke UKS. Aku hanya bisa menghela napas pelan.

Sampai pulang sekolah pun, Haidan terlihat seperti tengah menghindariku. Ia selalu mempunyai alasan agar tidak kudekati. Padahal biasanya ia biasa-biasa saja jika aku merusuh.

Ketika di rumah, aku langsung menghadap cermin. Melihat apakah wajahku ada yang aneh? Namun, aku tidak menemukan keanehan apa pun.

Akhirnya, aku keluar menuju balkon, lalu melompat ke balkon kamar Rei yang memang tepat di hadapan balkon kamarku.

"Woi, Rei Aneh!" panggilku tidak ramah. Aku langsung masuk saja melalui pintu yang dibuka sedikit.

Prak!

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang