Akhir-akhir ini, aku sering melihat kebersamaan Jona dan Haidan. Entah apa yang mereka lakukan, rasanya seperti tengah mengolok-olok diriku yang payah ini. Masalahnya, kebersamaan mereka itu seperti tidak wajar.
Seperti ....
"Gimana kabar anak kita? Dadan?"
Tunggu, apa aku lupa membersihkan telingaku sebulan terakhir? Apa gadis itu memanggil Haidan dengan Dadan? Astaga, seketika perutku terasa mual.
"Woi, Jon, lo nggak ada kerjaan apa?" tanyaku langsung merangkul pundaknya. Kami sedang berada di kelas, tetapi ia malah meleng ke meja Haidan dengan seenaknya.
"Apa, sih, sok kenal. Siapa lo?"
Tuk!
Aku mengetuk kepalanya dengan penggaris yang tergeletak begitu saja di meja.
"Apaan, sih, lo. Cemburu, ya?" Dengan senangnya gadis itu tertawa cekikikan.
Omong-omong, meskipun aku dan Jona selalu bersaing dalam segala hal, sebenarnya persahabatan kami menyenangkan. Namun, melihat dia lebih sering bersama Haidan rasanya aku sangat iri.
Hari ini, aku pulang lebih lama dari biasanya karena harus piket dahulu. Namun, itu mengantarkanku kepada sebuah kebetulan yang menyenangkan, yaitu bertemu dengan Haidan di halte.
Sembari menunggu, kami mengobrol hal-hal random, meski kini hatiku sedang dilanda kekhawatiran.
"Dan, gue tebak, masa kecil lo pernah nyuri mangga tetangga, 'kan? Soalnya lo juga nyuri hati gue. Wahahaha!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Time [END]
RandomCoffee is always a good idea. Kehidupan random dari empat orang tokoh utama yang memiliki sifat berbeda dan secara kebetulan terhubung. "Ngopi dulu aja sini." #DWC NPC 2022 #DWC NPC 2023 #DWC NPC 2024 Copyright 2022 @Julysevi