7 | Haidan Faroza - Sial

3 0 0
                                    

Sehabis dari Bikini Bottom kemarin, kami pulang dengan kepenatan. Meskipun akhirnya bisa merasakan Krabby Patty, tetap saja lelah sekali. Tiga orang dari dunia bawah laut itu sungguh aneh seperti sekumpulan para idiot.

Lumayan bisa menyembuhkan rasa sakit yang selama ini aku derita di kepala. Akhir-akhir ini aku merasa pusing dan sering sudah tidur. Setelah menjalani sehari penuh di Bikini Bottom bersama mereka, rasanya lebih baik. Aku jadi bisa tidur nyenyak.

Bruak!

"Aduh!"

Aku mendesis kesakitan saat sepeda yang kukendarai ditubruk oleh sepeda kecil di dekat perbelokan. Anak berusia sekitar tujuh tahun itu menatapku ketakutan. Dia bisa mengerem sepedanya sehingga dia tidak terguling, sedangkan aku yang awalnya santai jadi kaget dan terjatuh di trotoar jalan.

"Ma-maaf," cicit anak laki-laki itu. Dia menunduk dalam, tidak berani menatapku lagi.

Aku menghela napas pendek. "Nggak apa-apa, kok. Kamu mau berangkat sekolah, ya? Berangkat aja, nanti telat, loh. Lain kali hati-hati."

Anak itu mengangguk kecil, kemudian berlalu dari tempatku saat ini dengan wajah takut.

Sial, masih pagi. Masih sekitar lima menit lagi agar sampai di gerbang sekolah.

Aku berusaha berdiri lagi karena hari semakin siang. Namun, tanganku terlalu sakit untuk digerakkan akibat mengenai aspal secara langsung. Lecet yang lumayan lebar di lengan sebelah kanan. Alamat tidak bisa menulis beberapa hari ke depan.

Seorang laki-laki yang tidak asing berjalan di depanku. Tasnya yang terlihat tidak ada beban dipanggul di belakang hoodie hitamnya, headset tergantung di leher begitu saja, dan tatapan matanya tidak berpindah dari gadget di kedua tangan.

Lewat begitu saja.

Tidak ingin berharap dari sosok no life itu, aku bangkit sendiri, lalu mendirikan sepedaku sendiri dengan tangan kiri. Agak susah, sih, karena sembari menahan rasa sakit, tetapi kupaksa.

Tiba-tiba laki-laki itu berhenti saat aku mulai berjalan. Aku mendahuluinya saja karena dia agak menyingkir di jalanan.

"Sini."

Tangan laki-laki itu meraih sepeda yang kupegang. Sontak aku berhenti, menatap laki-laki itu tidak mengerti.

"Ck, mau dibantu nggak?"

Oalah dia mau bantu bawain sepedaku? Susah amat ngomongnya, kek orang beneran no life.

"Sekalian bawain tas gue, dong."

___

_

Setelah dibantu oleh laki-laki yang aku tahu tetangganya Valya itu, aku masuk sekolah dengan sedikit ringan. Dia memarkirkan sepedaku dengan rapi, lalu membawakan tasku ke kelas. Sementara itu, aku pergi ke UKS.

Suster yang menjaga di UKS menangani lukaku. Dia membersihkan luka di tanganku dengan alkohol, lalu memberinya betadin, dan terakhir membungkus lukanya dengan kasa dan plester roll. Bukannya merasa lebih baik, justru semakin tidak enak. Aku jadi bingung akan melakukan apa-apa. Tanganku jadi kaku digerakkan.

"Nanti jangan lupa minum Ibuprofen dan Sulfadiazine tiga kali sehari setelah makan, ya. Sekarang saya kasih satu, nanti kamu beli sendiri di apotek sekalian sama Enbatic cream biar cepat kering lukanya. Setelah disalep, nggak perlu lagi dibungkus kain kasa." Suster itu memberi arahan kepadaku yang kubalas dengan anggukan kecil beberapa kali.

Setelahnya, aku keluar dari ruang UKS.

"Haidaaann! Lo kenapa? Kenapa bisa jatuh?"

"Kamu belum sarapan? Sini, kita ke kantin, nanti aku suapi!"

Perasaan jengkelku sedikit reda melihat Valya dan Jona yang datang dengan wajah ekspresif mereka.



*****

Day 7: Buat cerita berdasarkan profesi kalian saat ini. Boleh didasarkan pada profesi atau jurusannya saja, tempat kerja/kuliahnya saja, atau keduanya.

Bisakah kalian menebak apa pekerjaanku? Hahaha agak nggak jelas, sih ヾ( ͝° ͜ʖ͡°)ノ♪
Tapi ya gitu, ada satu kata yang mewakili, xixixi :)

June 7th 2023.

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang