8 | Haidan Faroza - Nyaman

4 0 0
                                    

"Aduh-aduh, Jon, gue kebelet, nih, anterin ke toilet, dong."

"Idih, jorok banget lo! Pergi aja sendiri sana! Sana pergi! Hush-hush!"

Hampir saja aku memuntahkan makanan yang saat ini sedang kukunyah. Valya mengucapkannya tanpa perasaan malu atau merasa tidak enak. Yah, sebenarnya hanya bisik-bisik, tetapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.

"Haidan, entar pokoknya lo gue suapi!" seru Valya sebelum akhirnya mengacir pergi.

Aku hanya tersenyum kecil menanggapi. Lagi pula aku sudah menolak mereka berdua yang bersedia menyuapiku. Memilih untuk makan sendiri meskipun sedikit kaku dan gemetar.

Dari sekian banyak perempuan yang pernah menyatakan cinta kepadaku atau mengagumi diam-diam, dua orang ini memang yang paling sering mendekatiku. Tidak jarang pula mereka mengusir para adik kelas yang beberapa kali mencoba mendekatiku.

Untuk aku sendiri, awalnya memang risi dibuntuti terus oleh dua orang. Seperti setiap apa yang kulakukan selalu dipantau. Akan tetapi, sejak aku memutuskan untuk menjadi orang yang baik, aku biasa saja. Malah mungkin nyaman (?)

"Uhuk!" Aku tersedak akibat memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Ini, minum. Hati-hati makannya, pelan-pelan aja, waktu istirahat masih panjang, kok." Jona mengulurkan segelas air putih ke hadapanku.

Aku meminum langsung dari sodoran tangan gadis itu. Seketika wajahnya memerah dan tersenyum sangat lebar. Kakinya sudah bergerak-gerak seperti akan meloncat saat ini juga.

Tanpa sadar, aku mendengkus geli melihat tingkah malu-malu kesengsem itu.

"Dan, lo manis banget, sih."

Itu adalah kalimat sama yang untuk kesekian ribu kali diucapkan oleh Jona dan Valya. Pertama aku mendengarnya, telingaku rasanya ingin terbakar. Aku telah berusaha untuk menjadi semanis dan setampan ini, lalu mendapat pujian secara langsung. Seketika dalam hati langsung ke-PD-an. Semakin lama semakin terbiasa, sih.

"Au!" pekik Jona ketika tangannya terkena cipratan kuah bakso yang kumakan.

Aku terkejut, gara-gara kebanyakan melamun dan makan dengan tangan gemetar, aku memuncratkan kuah ke tangan Jona.

"Sorry."

"Tenang aja, nggak ada yang lecet. Tinggal dilap pake tisu doang. Anyway, sebenernya sakit, sih. Gimana kalau gue suapi aja biar lo makannya enak dan nggak ngenai gue lagi?"

Aku hampir tidak berkedip melihat gadis itu berbicara dengan cepat dan panjang. Bahkan, mengubah pemikirannya secepat itu dalam satu tarikan napas.

"Hah, seriusan?" Gadis berambut hitam panjang dikucir satu itu memekik lagi setelah aku mengangguk. "Demi apa?"

"Iya, Jona, tolong suapi gue." Aduh, geli banget gue ngomong gitu.

Satu suapan gadis itu sodorkan ke mulutku yang langsung aku terima dengan baik. Sontak gadis itu berbalik badan, lalu menahan teriakan seperti orang idiot.

"Aaaaa akhirnya gue nyuapi Haidan! Aaaaaaa! Pokoknya harus diabadikan! Valya harus tau!" Kembali berbalik, Jona mengeluarkan ponselnya. "Gue foto dulu, ya."

"Video juga boleh."

Wajah Jona langsung berubah semerah kepiting rebus. Dia benaran jingkrak-jingkrak di kantin, tidak peduli dilihat orang-orang dan dianggap gila. Nyatanya dia memang sudah gila karenaku. Hehe.

"AAAAAAAAA! AKHIRNYAAA! VALYA HARUS TAU! VALYA HARUS TAU POKOKNYA!"

"Hati-hati, Jon, entar lo jatoh malah bundhas kek gue! Siapa entar yang bakal nyuapi gue kalau lo juga bonyok?"

Jona kembali duduk. Dia memandangiku dengan tatapannya yang paling bahagia, matanya sampai berbinar-binar. "Lo beneran Haidan, 'kan?"

"Kenapa? Tambah ganteng, ya?"


*****

Day 8: Buat cerita dengan trope "she fell first, but he fell harder".

Aaaaaaa ga bisa ga bisaaa! Harusnya ini part milik Rei, tapi diambil sama Haidan karena temanya ga cocok buat adek kita satu ini. Harusnya emang he fell first, but she fell harder, biar cocok buat Rei yang sebenarnya----piiiiiiippp!

Oke, jadilah jadi Haidan jadi kek orang bucin. Lihat saja nanti KHUKHUKHU ┌|o^▽^o|┘

June 8th 2023.

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang