7 | Haidan Faroza - Getting Older

1 0 0
                                    

Kepalaku terasa pusing. Mengingat Mama pernah menghubungiku terakhir kali. Setelahnya beliau tidak pernah menyapa lagi baik lewat telepon maupun pesan kepada seseorang.

Hari ini, tiba-tiba aku teringat dan terus memikirkannya. Mungkin ini juga bagian dari keresahanku setelah mendapat penglihatan aneh kemarin. Ya, saat aku sedang ada pertemuan OSIS di hari Senin tanggal merah itu, bukannya menyimak, justru aku melamun panjang. Sampai tidak sadar semua orang memanggilku berkali-kali. Kata mereka, aku hanya duduk mematung dengan mata terbuka.

Akhirnya, hari ini aku memutuskan untuk refreshing sebentar ke kafe terdekat.

"I'm gettin' older, I think I'm agin' well. I wish someone had told me I'd be doin' this by myself ...."

Mendengar penggalan lirik lagu itu membuat pikiranku melayang. Aku teringat kembali dengan masa lalu yang berusaha aku lupakan. Akhirnya, semakin bertambah usia, semakin dewasa, semakin aku bisa bahagia.

Dan yah, tentu saja aku berharap seseorang berkata bahwa ini semua karena usahaku sendiri.

I'm getting older, I've got more on my shoulders.
But I'm getting better at admitting when I'm wrong.
I'm happier than ever, at least that's my endeavor.

Lirik itu terngiang di telingaku bahkan sampai setelah aku pergi dari kafe di mana aku mendengar lirik itu tadi. Sampai akhirnya aku berada di sebuah rumah besar di ujung pedesaan. Agak terpencil dengan jalan yang hanya muat satu mobil.

Setelah sekian lama tidak datang ke sini, aku datang lagi dengan kesadaran penuh. Kali ini, tidak perlu menunggu dihubungi lebih dahulu oleh Mama. Aku datang sendiri.

Aku ingin membuktikan bahwa semua trauma yang aku pendam selama ini sudah hilang karena aku sudah beranjak dewasa.

"Ma, gimana kabarnya?" sapaku ketika sudah memasuki rumah besar itu dan berada di salah satu ruangan.

Wanita itu membuka mata tidak lebar. Keadaannya sangat memprihatinkan. Hidungnya dikasih selang oksigen, wajahnya pucat, tubuhnya kurus.

Namun, mendengar suaraku, matanya langsung berusaha lebar. "Sayang, akhirnya kamu datang," ujarnya.

Aku menelan ludah susah payah. Tersisa rasa takut mendalam melihat wanita itu. Akan tetapi, sedikit rasa sakit dan sedih terlintas karena wanita itu seperti sedang menahan rasa sakitnya.

"Aida," lanjutnya dengan senyum lebar dan mata tajam.

Tubuhku tersentak. Sontak tangan dan kakiku bergetar sampai mundur dengan refleks.

Belum. Trauma itu belum sepenuhnya hilang. Akan tetapi, ....

I've had some trauma, did things I didn't wanna. Was too afraid to tell ya, but now, I think it's time.

"Ma, aku bukan Aida. Aku Haidan, laki-laki, dan nggak akan pernah menjadi boneka Mama lagi."

Ya, aku sudah menjadi dewasa. Sudah seharusnya berani menghadapi segala hal sendiri, tidak lagi terus bersembunyi di balik kata trauma.

*****

07-02-24.

Day 7: Dalam rangka satu minggu DWC, tema hari ini adalah buatlah songfic dari lagu terakhir yang kalian dengar. Platform yang digunakan bebas yang penting legal, bukan bajakan. Jika ada yang tidak mendengarkan lagu, bisa pilih lagu secara random yang penting ada liriknya.

 Jika ada yang tidak mendengarkan lagu, bisa pilih lagu secara random yang penting ada liriknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang