21 | Haidan Faroza - Dompet Hilang

2 0 0
                                    

Seorang gadis sedang menangis di anak tangga menuju lantai 2. Aku yang baru saja dari ruang OSIS sedikit terkejut karena di belakang gadis itu ada Rei, anggota OSIS yang merupakan tetangga Valya.

"Ada apa?" tanyaku pada Rei karena gadis itu tersedu-sedu.

"Dompetnya ilang."

Kemudian, datang seorang gadis lagi yang sepertinya teman sekelas gadis itu dan Rei.

"Kak? Kak Haidan ketua OSIS, 'kan? Bantuin nyari dompetnya Cynia, dong. Dompetnya hilang padahal ada isinya uang 230 ribu, kata dia mau bayar kas sama tabungan rutin." Gadis itu menjelaskan dengan sangat detail. Wajahnya sangat memelas, seolah merasakan kesedihan Cynia, mereka pasti sahabat dekat seperti Valya dan Jona.

"Kita ke ruang OSIS, coba ceritain kronologinya," pintaku.

Kami berempat ke ruang OSIS. Cynia berusaha ditenangkan oleh sahabatnya itu.

Kata gadis itu, Cynia pergi ke kantin setelah bel berbunyi. Setelah makan dan hendak bayar makanannya, ia mencari dompetnya yang ternyata tidak ia bawa ke kantin. Lalu, gadis itu kembali ke kelas dan mencari di dalam tas. Akan tetapi, nihil. Padahal ia yakin sudah memasukkan dompet itu tadi pagi. Bahkan, ia juga mengeluarkannya di pagi hari karena ingin menunjukkan kepada teman-temannya dompet hadiah dari pacarnya itu.

Lumayan panjang dan sedikit mengherankan.

"Ciri-cirinya?"

"Warna putih susu, ada gambar anjing dan tulisan Hanzi."

Aku menopang dagu, merasa pusing bukan karena siapa yang mengambil dompet itu, tetapi karena kelakuan Cynia. Namun, namanya orang apes, sih, tidak ada yang tahu.

"Lo ada duit, nggak?" tanyaku pada Rei.

"Ngutang?"

"Hehe."

"Kirain mau ngasih Cynia sebagai ganti sementara," ujar sahabat Cynia itu, namanya Gifta.

Aku hanya tersenyum sembari menaikkan alis. Biar terlihat sedikit keren sebagai seorang ketua OSIS.

"Ketua OSIS, ngutang," celetuk Rei.

Wajahku menjadi datar.

"Oke, terus, di kelas tadi ada siapa aja yang nggak ke kantin? Kita tanyain mereka aja," ajakku.

Mereka berdua membawaku ke kelas mereka. Tidak lupa menyeret Rei untuk ikut.

Total ada lima orang di dalam kelas yang tidak ke kantin. Aku mengumpulkan lima orang itu, lalu menanyainya satu per satu.

Cynia duduk bersama Gifta. Bangku mereka ada di urutan ketiga dari depan dan kedua dari ujung kiri. Bisa dibilang di tengah-tengah, sih, bangku paling enak untuk menikmati kipas angin.

Ada dua orang laki-laki yang memang tidak ke kantin. Mereka sibuk main game di pojokan kelas. Mabar, katanya.

"Gue mau ke kantin nanggung, bentar lagi victory," ujar salah satu dari mereka.

"Gue emang lagi nggak pengen ke kantin, sih." Salah satunya lagi menimpali.

Dua orang sebagai suspects. Mereka terlihat mencurigakan karena saling lirik ketika berbicara.

Lalu, seorang lagi adalah gadis nerd yang duduk di kursi paling depan, depan guru banget. Gadis itu suka membawa novel ke mana-mana.

"Emang biasanya pas istirahat di kelas, kok. Kenapa, sih?"

Tiga orang. Orang ini dicurigai karena jawabannya yang sewot.

Satu lagi, gadis yang sedang menyalin PR. Ia duduk di bangku tepat di depan Cynia. Sampai ketika aku menanyainya pun ia masih menyalin PR.

Ia juga dicurigai karena PR yang disalin tidak sebanyak itu untuk dikerjakan selama itu. Seharusnya, sepuluh menit saja sudah cukup.

Yang terakhir adalah Rei. Laki-laki itu duduk di bangku paling belakang dan ujung.

"Gue ketiduran sejak pelajaran terakhir," jelasnya dengan malas-malasan seperti biasanya.

Oke, sekarang, kami sudah memiliki lima tersangka. Aku sebagai detektif harus segera menemukan siapa pelaku yang mencuri dompet Cynia itu.

Namun, mereka semua aku nyatakan bersih karena hanya mencurigakan, tetapi tidak terbukti bersalah. Dua orang laki-laki itu saling lirik karena merasa kesal aku mengganggu waktu ambis mereka. Si nerd sewot karena memang sudah sifatnya seperti itu makanya tidak punya teman ke kantin dan pilih menyendiri.

Sedangkan si gadis yang duduk di depan Cynia, ia menyalin tidak hanya satu PR, melainkan juga menyalin catatan ketika ia tidak masuk kelas. Lalu, terakhir adalah Rei yang sangat mencurigakan.

"Kenapa?" tanyanya kesal karena aku tatap intens.

"Lo pasti tahu sesuatu," ucapku.

Akhirnya, kami setuju untuk mengecek tas Cynia.

"Udah aku cari sampai pusing sampai mau aku bakar aja saking kesalnya nggak ketemu," ujar gadis itu putus asa.

Ya, memang tidak ada, sih, sudah kami bongkar pun. Sampai aku tumpahkan semua isinya ke atas meja juga.

Bruk!

"Sorry, nggak sengaja."

Aku menatap Rei yang dengan sembrono menjatuhkan tas Gifta di sebelah bangku Cynia. Gifta langsung panik dan kesal karena tasnya jadi kotor padahal warna putih.

"Eits, gue yang ambilin dan bersihin karena gue yang jatuhin." Rei menahan Gifta yang hendak mengambil tasnya di lantai.

Aku menghela napas. Rei ini ada-ada saja.

"Ara ..., ternyata ada di sini."

Aku yang hendak kembali memasukkan barang-barang Cynia ke dalam tas mendongak. Menatap Rei yang sedang memegang dompet milik Cynia. Ciri-ciri yang sama dengan yang disebut Cynia tadi.

Seketika Gifta langsung menarik tasnya dari tangan Rei. Napasnya naik-turun merasa kesal.

"Lo udah tau, ya?" tanyaku terheran melihat wajah tenang dan datar Rei.

"Gue cuma nungguin doi ngaku aja, sih. Ditungguin nggak mau ngaku, ya udah, kebongkar juga, 'kan?"

"Bejir, lo keren juga, Bro," ujarku menepuk bahu laki-laki itu.

*****

21-02-24.

Day 21: Masuk ke web https://www.generatormix.com/random-genre-generator MASUKKAN ANGKA 6 lalu klik generate. buatlah tulisan dari salah satu genre yang muncul. Max 1500 kata

Aku pilih genre mystery aja yg mudah :)))))Anyway, kalian ingat Cynia gasih? Yg itu, loh, di part 2 DWC 2022 wkwkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pilih genre mystery aja yg mudah :)))))
Anyway, kalian ingat Cynia gasih? Yg itu, loh, di part 2 DWC 2022 wkwkwkwk

DWC udah mau berakhir aja, wey

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang