"Selamat datang kembali ke pelukan Mama."
Suara tegas nan anggun itu menyapa kedatanganku. Sontak tubuhku berhenti di ambang pintu. Ruangan remang-remang di depanku itu cukup bisa membuatku berkeringat dingin.
Tidak. Aku, kan, sedang bermimpi.
Iya, aku sedang bermimpi. Ini mimpi. Seharusnya, aku tinggal menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Namun, perasaan ini nyata. Aku dapat merasakan tajamnya tatapan bola mata hazel itu.
"Aida, ke sini, Nak. Sudah memasuki jam pelajaran menjahit."
Tidak! Nama itu!
Tidak mungkin! Ini hanya mimpi. Aku bisa tahu karena aku ingat terakhir kali aku tidur setelah pulang sekolah.
Lelah menunggu mimpi ini berakhir, aku berlari. Namun, jalanan yang kulalui terasa sangat panjang. Lorong remang-remang yang hanya disinari cahaya obor dan lilin di sekitarnya itu seperti tidak memiliki ujung.
"Aida ...." Suara wanita itu semakin berat dan dingin. Terasa dekat dan menggelitik bulu kudukku.
Tidak ingin menoleh, aku terus berlari. Wanita itu seolah mengejarku dan tetap berada di balik punggungku. Namun, nyatanya, aku seperti hanya berlari di tempat. Sampai lelah pun, lorong itu tidak berujung.
"Apakah kamu akan menghindari Mama lagi?"
Napasku ngos-ngosan. Aku menoleh sebentar, masih menemukan sosok wanita yang duduk di atas kasur dengan selimut menutupi bagian kakinya. Aku kembali berlari saat wanita itu beranjak untuk berdiri.
"HAH!"
Aku terbangun di dalam kamar dengan napas ngos-ngosan dan keringat mengucur deras. Secuil hatiku merasa tenang saat itu hanyalah mimpi. Detakan jantungku yang sangat kencang perlahan kembali normal. Aku bisa melupakan itu dan kembali tidur dengan tenang.
Baru kali ini aku mengalami lucid dream. Mimpi sejelas dan semenakutkan ini. Meskipun bisa mengendalikannya--
"AIDA! KAMU AIDA!"
--aku masih kembali ke mimpi itu lagi.
"Bu--" kan!
Tidak bisa. Aku tidak bisa berteriak. Mimpi itu masih berlanjut. Kini, tubuhku berada di hadapan wanita itu.
Aku berlari lagi, pergi dari sana secepatnya. Namun, aku tidak bisa berlari kencang. Seolah kakiku terlalu lambat untuk digerakkan. Meskipun langkahku lebar, untuk mencapai langkah selanjutnya terasa sangat berat.
Kalau begini terus, aku tidak akan bisa keluar dari sini.
Aku harus keluar dari sini! Ini adalah penjara! Mimpi terburuk yang seperti akan menyatu menjadi bagian dari hidupku. Perasaan nyata ini seperti bukan mimpi.
Aku menangis. Air mataku meluruh tidak henti disertai isakan keras yang langsung membuat tangan wanita itu meraihku.
"Aida, jangan menangis. Wanita tangguh tidak boleh menangis. Kita harus kuat."
Tidak! Tangan wanita itu belum sampai di wajahku. Sebuah ide terlintas begitu saja. Aku pergi dari sana kali ini dengan langkah lebih lambat. Ternyata berhasil! Aku bisa mengendalikan! Aku berjalan lambat, kebalikannya, karena ketika berjalan cepat justru tidak bisa. Tentu saja, karena ini adalah mimpi.
"AIDA, JANGAN PERGI!"
AKU BUKAN AIDA!
Suaraku masih tidak bisa keluar. Mimpi ini benar-benar membuatku ketakutan. Tubuhku kembali tidak bisa kugerakkan, hanya berdiri di tempat sementara wanita itu semakin dekat denganku.
"Aida, kamu akan mendapatkan hukuman."
Stop!
Aku Haidan. Laki-laki, bukan wanita.
Setelahnya, aku terbangun dengan napas tidak beraturan, keringat dingin membasahi seluruh badan, dan hanya bisa membuka mata, masih tidak bisa menggerakkan tubuh.
*****
Day 2: Buatlah cerita dengan tema lucid dream.
Hari kemarin tuh lupa kalau ikut DWC. Jadinya aku post mepet. Entahlah keitung atau ga, udah pasrah aja .·´¯'(>▂<)´¯'·.
Mana gada ide samsek, jadi ya gitu deh. Oke, kali ini semoga tema selanjutnya bisa membawa cerita ini ke arah yang lebih terang //bkn berarti ini gelap, loh//
June 2nd 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Time [END]
RandomCoffee is always a good idea. Kehidupan random dari empat orang tokoh utama yang memiliki sifat berbeda dan secara kebetulan terhubung. "Ngopi dulu aja sini." #DWC NPC 2022 #DWC NPC 2023 #DWC NPC 2024 Copyright 2022 @Julysevi