14 | Jona Claresta - Suatu Malam

3 0 0
                                    

Baru ingat. Ini, kan, malam Jumat Kliwon. Pantas saja aku terus merasakan hawa yang kurang mengenakkan. Hawa akan turun hujan.

Aku baru pulang dari sekolah pukul 6 sore. Gara-gara menonton tugas praktik kelas X sampai lupa waktu.

Sudah tidak ada bus lagi yang melewati jalanan ini, aku harus jalan kaki. Yah, memang masih jauh, sih, tetapi sudah tidak ada uang yang tersisa untuk menyegat taksi. Mau pesan Gojek pun tidak punya saldo di e-wallet. Pun ojek offline sedang sepi karena waktu Magrib, mungkin sedang pada salat.

Kresek-kresek!

Ini adalah jalanan yang paling estetik meskipun di malam hari. Gang menuju rumahku yang tidak ada perumahan satu pun. Hanya sawah panjang dan jalanan kosong. Dari jalan ini pun kita dapat melihat pohon kamboja yang sengaja ditanam di pemakaman yang tidak jauh dari sini.

Gelap. Mereka hanya memberi lampu dengan jarak yang agak jauh. Beberapa orang bisa mengambil foto estetik di tempat ini.

Saat ini aku sudah memasuki gang sepi ini, tetapi sebuah suara sedari tadi terus mengikutiku. Jantungku seakan dituntut untuk berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Sssstttt!"

"HUAAAAAAAAA!" jeritku saat sebuah bayangan hitam lewat di depanku.

"Duh!

"MIAAAAA!"

Aku berhenti menjerit saat jeritanku bercampur dengan suara lain. Seseorang berjalan cepat ke arahku.

"Lo kenapa?" tanya Haidan. Laki-laki itu berhenti berjalan saat sudah berada di depanku. Dia berdiri tepat di bawah lampu jalan.

"Miau!"

Lagi-lagi aku terkejut saat seekor kucing hitam sedang mengitari kakiku. Dia mengendus-ngendus seolah memintaku menjaganya dari laki-laki itu.

"Gu-gue kira tadi apaan. Hehe." Salah tingkah aku dibuatnya. Akibat terlalu takut, tidak tahunya ternyata ada Haidan. Berarti tadi suara kucing itu, ya.

"Takut, ya? Malam Jumat Kliwon, kucing hitam, dan sendirian."

Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Benar juga, sih, untung ada cogan di sini, jadi tidak sendirian lagi. Hehe.

"Jiji! Sini-sini!" Haidan memanggil kucing hitam itu. Dia mendekat ke arahku, tetapi si kucing malah menjauh. Lari-larian memutariku dikejar laki-laki itu.

"Jiji takut sama lo."

Haidan berhenti mengejar. Wajahnya kelelahan terlihat lucu sekali.

"Ya udah, sama lo, deh, biar dia mau sama gue."

"Bentar-bentar, mau gue fotoin nggak? Entar gantian lo fotoin gue. Hehe. Gue pengen ngisi feed IG biar nggak kosongan terus," ujarku cepat.

"Boleh."

Yeay, dapat kesempatan!

Akhirnya, kami foto-foto sebentar sebelum akhirnya pulang bersama. Jiji mengikuti kami, tetapi masih tidak mau didekati Haidan. Dia terus berada di sampingku dan akan menggeram ketika Haidan mendekat.


*****

Day 14: Buat cerita tentang Jumat Kliwon. Dilarang bergenre horor.

APAKH INI HOROR? GATAU DEH
6 menit menuju DL~


June 14th 2023.

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang