21 | Rei Kastara - Perhatian

5 1 0
                                    

Syukurlah, chapter bagianku dengan tema cinta pertama, tidak terpublish.

Sayangnya sekarang aku harus jujur kalau sebenarnya aku—

"Oi, lo dengerin gue nggak, sih? Tau gitu gue tadi mampir rumah Haidan aja. Keknya lebih asyik cerita sama dia."

Suara Valya menghentikan gerakan tanganku di atas ponsel. Game yang sedang kumainkan otomatis berjalan sendiri sampai aku kalah. Akan tetapi, itu tidak penting sekarang.

Gadis itu berdiri dari duduknya, lalu bersiap untuk pulang melalui balkon.

"Val!" seruku sembari melempar ponsel ke atas kasur. Tubuhku refleks berdiri, tetapi sama sekali tidak bergerak mendekati gadis itu.

"Hah? Gue mau balik. Lanjutin aja game lo," ucapnya dengan suara lirih.

Sampai sekarang juga aku tidak begitu paham, apakah Valya beneran perempuan? Kalau iya, kenapa nggak ada manis-manisnya?

Semenjak itu, Valya jadi lebih barbar. Ia sering menjawab pertanyaan dengan nada keras dan terlihat kesal. Bahkan, tingkahnya dengan Zia semakin menjadi setiap hari.

Aku menghela napas, melirik gorden kamarnya yang masih tertutup di Minggu siang ini. Iseng, diam-diam aku mendekat ke balkon kamarnya. Ingin tahu apakah gadis itu masih tidur di jam segini.

Sejujurnya, Senin pagi di chapter pertama itu, aku tidak berniat mengintipnya atau menakutinya dengan cosplay mata menempel di dinding. Karena melihatnya sudah duduk di kasur pada pagi-pagi sekali, aku mengintipnya sedikit. Tumben itu anak sudah bangun.

Kebetulan saja dia langsung melihat bola mataku.

Oke, sekarang, sih, sepertinya dia belum bangun. Mencari celah di antara gorden, aku menemukan bayangan gadis itu sedang duduk di atas kasur.

Kalau aku menatapnya dari balik jendela seperti ini, kejadian waktu itu terulang lagi yang berakhir dia dimarahi orang serumah. Akhirnya, aku menyingkir untuk kembali ke kamar.

Namun, suara isakan tangis terdengar dari tempatku berdiri.

Sontak aku langsung mengintip dari celah lagi dan menemukan gadis itu masih duduk di atas kasur dengan menunduk. Tubuhnya terlihat bergetar seiring air matanya yang luruh.

Brak!

Tanpa basa-basi lagi, aku langsung membuka pintu balkon kamar Valya itu. Kemudian, aku masuk tanpa izin, membuat gadis itu terlihat sangat syok.

Tidak peduli lagi apa yang kupikirkan, aku mendekati Valya, lalu memeluknya.

"Nangis aja. Tumpahin semuanya. Cerita aja. Sorry, gue yang kemarin nggak mau dengerin lo. Sekarang, cerita aja apa pun. Bakal gue dengerin."

Perlahan, tangan Valya juga membalas pelukanku. Tangisannya semakin terisak dan mengeras.

Dalam hati, aku mengutuk diriku yang bodoh ini. Sejak kapan aku punya nyali sebesar ini?

***

day 21 : Buka situs https://www.proprofs.com/quiz-school/personality/playquiz/?title=mtq1mzuznq7dq4 dan cari tau apa love language kalian. Buat cerita tentang seseorang yang mengungkapkan perasaannya menggunakan hasil tes bahasa cinta yang sudah didapat

 Buat cerita tentang seseorang yang mengungkapkan perasaannya menggunakan hasil tes bahasa cinta yang sudah didapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Quality Time.

.

21 Februari 2022.

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang