8 | Haidan Faroza - Penat

17 4 0
                                    

"HAH!"

Aku langsung bangkit dari tempat duduk. Baru saja menutup mata akibat kantuk menyerang, aku langsung bangun lagi dua menit setelahnya.

Melihat sekeliling, ruang kelas masih sama. Guru sedang tidak mengajar karena ada rapat. Sehingga kami hanya diminta mengerjakan tugas tanpa harus berisik. Namun, nyatanya mereka susah untuk diam sejenak saja. Ruang kelas saat ini seramai pasar tradisional.

Detak jantungku belum kembali normal karena baru mendapat mimpi buruk. Saat kembali duduk, aku merasa kantuk lagi. Sangat mengantuk hingga akhirnya kuputuskan untuk meletakkan kepala di meja sampai benar tertidur.

"HAH!"

"Dan, lo kenapa?"

Aku terbangun lagi dengan kepala seperti berputar. Kulihat sekeliling, orang-orang tengah asyik dengan dunianya sendiri. Hanya satu orang yang menanyaiku. Dari suaranya bisa kutebak adalah Jona.

Namun, saat aku menatap wajahnya, kepalaku terasa semakin berputar. Samar-samar wajah Jona terlihat seperti benda aneh.

Bukan.

"Jon? Kok, muka lo kayak gantungan kunci?" tanyaku dengan suara agak keras.

Tiba-tiba semua orang di kelas menatapku. Ketika ganti aku yang menatap mereka, aku langsung terkejut sampai kembali terduduk di kursi.

Wajah semua orang menjadi gantungan kunci. Masalahnya, bukan gantungan kunci yang imut atau lucu-lucu, tetapi gantungan kunci dari tempurung kelapa yang datar dan tidak terdapat gambar apa pun.

Hal itu justru membuatku sangat ketakutan karena mereka bergerak tidak normal. Seperti efek TikTok yang membuat penggunanya menjadi terlihat lentur dan melengkung-lengkung.

Pandanganku yang berputar-putar belum juga sembuh. Namun, lagi-lagi rasa kantuk menyerangku. Aku kembali menelungkupkan wajah ke lipatan tangan di meja.

Baru beberapa detik aku menutup mata, sebuah mimpi buruk kembali menghantuiku.

"HAH!"

Detak jantungku kembali berdetak sangat kencang. Aku langsung refleks bangun lagi. Kali ini, suasana yang kulihat di sekeliling berbeda. Aku tidak berada di ruang kelas lagi, melainkan di sebuah pantai di pulau tersembunyi. Dalam benakku seakan telah diberi tahu bahwa pulau ini tidak bisa didatangi sembarang orang.

Benar sekali. Air lautnya terlihat bergerak tidak normal. Tidak ada angin pun, pohon-pohon seakan bergoyang kencang. Ketika aku menunduk, dunia sedang bergerak memutar.

Aku tidak bisa menyamai gerakan aneh ini sehingga tubuhku langsung ambruk begitu saja di bibir pantai.

"Dan!"

"Dan, bangun, Dan!"

"Woi, Haidan!"

"Tos, lo kenapa, woi?!"

Berbagai teriakan itu semakin terdengar jelas di telingaku. Aku langsung membuka mata perlahan. Menegakkan kepala, di sekeliling ternyata banyak  orang. Mereka terlihat mencemaskanku.

"Kenapa?" tanyaku dengan heran.

"Lo aneh banget dari tadi. Lo tidur, bangun tiba-tiba sambil merem, terus tidur lagi, abis itu bangun lagi, sampai berkali-kali."

"Iya, bahkan, napas lo terlihat nggak beraturan banget. Lo ada masalah tidur, ya?"

"Mending lo istirahat ke UKS atau pulang sekalian, jangan maksain diri."

Nasihat teman-teman sekelas itu menyadarkanku dari satu hal. Sudah sekitar seminggu ini tidurku terganggu. Sehari kadang hanya dua jam atau kurang.

Aku kembali duduk di kursi. Jadi, semua tadi hanyalah mimpi? Syukurlah wajah Jona dan orang-orang di kelas ini tidak jadi gantungan kunci benaran.

Kulirik Jona yang sedang lesu di bangkunya.

Seorang laki-laki yang kursinya di belakangku, memajukan wajahnya tepat di samping telingaku. "Dan, kayaknya lo perlu minta maaf ke dia, deh. Jona depresi berat gara-gara lo katain mukanya mirip gantungan kunci."

***

day 8 : Buat cerita yang mengandung kata: gantungan kunci, mimpi buruk, dan pulau.

Cerita ini makin lama makin ga jelas.
wkwk gapapalah

.

08 Februari 2022.

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang