30 | Haidan Faroza - Mengintip

5 0 0
                                    

"Gimana diagnosis dokter?"

"Nggak penting. Gue tau penyebab aslinya."

Tidak sengaja aku mendengar percakapan dua orang di dekatku. Saat ini, aku sedang berada di rumah sakit untuk menemui salah seorang dokter. Baru saja memasuki ruangan dokter tersebut, dokter itu langsung mendapat panggilan untuk menangani seorang pasien. Sehingga aku harus menunggu sebentar.

"Dia terpeleset sabun, terus kepalanya terantuk paron. Tapi, anehnya--"

Semakin telingaku melebar untuk mendengarkan, justru semakin kecil suara mereka. Lama-lama malah menghilang.

Menoleh, aku mendapati dua orang itu tengah berpandangan. Segera aku pura-pura bermain ponsel. Mereka memang duduk di kursi depanku, jadi ketika mereka menoleh akan sangat jelas sedang mencurigaiku, tidak ada orang lain di sekitar sini.

Lalu, salah satu dari mereka menunjukkan video di ponselnya. Mereka menontonnya dengan saksama. Penasaran, aku menjulurkan kepalaku ke depan.

Di sana, terlihat seorang perempuan yang tengah berjalan di dalam ruangan. Namun, tiba-tiba ruangan padam sehingga perempuan itu berhenti. Dari sudut video, terlihat beberapa orang tengah bersembunyi.

Sepertinya, video itu dari CCTV yang tidak merekam suara, hanya video saja. Namun, bisa dipastikan bahwa perempuan itu memanggil-manggil seseorang, sedangkan orang-orang yang bersembunyi itu diam saja sambil menahan tawa.

"Mereka lagi prank, ya?"

"Iya, hari ulang tahun Deira."

Pantas saja. Lalu, video itu menampilkan ruangan kembali menyala terang, disusul confetti yang dihamburkan oleh orang-orang tadi. Akan tetapi, bersamaan itu, si perempuan--yang aku tebak namanya Deira--terjatuh sampai kepalanya membentur paron. Sebatang sabun meluncur di lantai karena baru saja mengantar si perempuan kepada kematian.

Sontak darah mengalir deras dari kepala Deira. Dia langsung tidak sadarkan diri. Sepertinya, dia pun belum sempat tahu bahwa itu hanyalah prank teman-temannya. Mungkin juga belum sempat mendengar ucapan selamat ulang tahun dari mereka.

"Nggak ada dari mereka yang ngebantu?"

"Semua bantu, kok, cuma emang nggak mau mengaku aja."

"Wah, parah, sih."

Aku tertegun. Apakah mereka pantas disebut teman?

"Kalian nggak berniat melaporkan?" tanyaku.

Mereka menatapku aneh karena tiba-tiba nyambung saja.

"Maksudku, setidaknya supaya Deira tenang di alam sana."

Mereka masih memandangiku aneh. Tidak bersuara apa pun.

"Ya--bisa dengan anonymous, tanpa nama gitu, biar identitas kalian tetap aman," lanjutku merasa tidak enak. Dua pria itu tidak menyenangkan sama sekali. "Oh, maaf. Saya tidak bermaksud mengintip atau menggurui. Anggap saja tidak pernah terjadi, saya juga akan segera melupakannya."

Duh.




*****

Day 30: Pergi ke website https://springhole.net/writing_roleplaying_randomators/causeofdeath.htm dan buat cerita berdasarkan hasil yang kalian dapatkan. Tidak boleh refresh.

Yeayyy hari terakhir. Tapi, gara-gara matlis, jadi gatau ini akan terpublish atau ga. SEMOGA DAK DONAT, SEMOGA TIDAK DONAT!
Masih berharap semoga sinyal kembali sebelum DL //berdoa//

*Current information: sudah telat. Runtunan 29 hari hilang, deh. Gagal lagi. Bye-bye! :)

June 30th 2023.

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang