16 | Haidan Faroza - Malam Mencekam Itu

7 0 0
                                    

Mungkin kalian sampai hafal kalau aku sedang dalam keadaan kurang baik, pasti akan mengalami hal-hal aneh. Seperti melamun, mimpi buruk, sampai berhalusinasi parah. Contohnya waktu itu saat aku sedang berhalusinasi terjadi apocalypse di sekolah. Saat itu aku sedang dalam pikiran kosong setelah pusing memikirkan keadaan Mama.

Ya, aku memikirkan beliau padahal sebelumnya sangat tidak mau jika namanya terlintas di kepala. Hal itu disebabkan oleh datangnya surat dari salah satu pelayan di rumah besar Mama. Surat itu mengatakan bahwa Mama sedang sakit parah sampai tidak bisa bangun dari ranjang.

Sontak aku melamun di tengah rapat OSIS di saat hujan deras. Yah, selanjutnya kalian pasti tahu.

Setelah itu, aku mengunjungi Mama, merasa aku sudah dewasa dan bisa menangani hal ini tanpa mengedepankan traumaku lagi.

Namun, yang ada aku malah teringat masa kecilku lagi. Saat aku berumur sekitar 9 tahun. Ingatan yang paling membekas sampai sekarang, memunculkan trauma mendalam.

Saat itu, malam hari yang gelap dan dingin.

"Non Aida, Nyonya memanggil." Seorang wanita cantik dengan baju maid memanggilku dari balik pintu.

Semua orang di rumah besar itu memanggilku 'Non Aida' sesuai perintah Mama.

Hari itu, aku harus menemui Mama padahal aku kira malam yang tenang yang akan membawaku ke alam mimpi untuk sementara. Tubuh dan otakku sudah sangat lelah, rasa muak dan kesal menguasaiku.

"Iya, tunggu sebentar," jawabku agar maid itu tidak menungguiku di depan pintu terus.

Setelah menyiapkan strategi kabur sejak beberapa hari sebelumnya, aku melancarkan aksi hari ini. Aku memotong rambut panjangku asal-asalan, lalu keluar lewat jendela.

Berkat setiap hari sibuk memutari bangunan besar itu, aku menemukan jalan keluar. Meskipun letak kamarku berada di lantai tiga, aku bisa dengan mudah turun dari jendela. Sesampainya di bawah, aku keluar mengendap melewati gerbang belakang yang terhubung langsung dengan hutan rimba.

Jantungku berdetak kencang, tetapi bersyukur bisa keluar dari sana.

Ya, aku berhasil. Namun, keberhasilan itu tidak berlangsung lama karena tidak sesuai yang aku perkirakan. Hutan itu luas, aku tidak menemukan ujungnya bahkan ketika sudah menuruti insting yang pikirku akan sampai di gerbang depan.

"Gggrrrhhhh!"

Suara geraman binatang buas membuat bulu kudukku berdiri. Ketika menoleh, dua mata merah dan taring berkilauan terlihat jelas.

Tubuhku gemetar hebat. Aku tidak membawa apa pun, bahkan pisau.

Hewan itu terlihat buas, berlari ke arahku yang masih berdiri gemetar.

"Ayo, gerak! Kaki, lari!" seruku sendiri.

Rasa takut ini lebih parah daripada saat aku mendengar suara lembut Mama.

Barulah setelah hewan itu sampai di kira-kira tiga meter dariku, aku bisa berlari.

"Argh!" keluhku. Sebuah batang kayu mengenai kaki mulusku yang hanya terbalut celana tidur tipis. Aku masih berlari dengan sandal jepitku.

"Gggrrrhhhh!"

Lagi-lagi hewan itu menggeram.

Malam yang gelap itu kini semakin mencekam. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Aku sudah tidak memedulikan hal itu, lebih mementingkan jalan di depanku yang entah bebatuan atau jurang. Rumput-rumput liar sebatas dadaku sangat menyusahkan pandangan.

Jarak kami kini hanya terpaut satu meter. Aku terus berlari dengan air mata di pelupuk.

Sial, satu sandalku lepas!

Tidak peduli lagi, aku masih berlari. Entah kakiku menginjak apa sampai berdarah pun, aku tidak merasa apa pun.

"Gggrrrhhhh!"

Tidak! Aku tidak bisa berlari lagi! Tolong! Siapa pun tolong aku!

Hewan itu sudah berada tepat di belakangku. Sekali cakar saja aku pasti akan langsung diterkam.

Di saat seperti ini, satu sisi hatiku menyesal karena kabur, satu sisi lagi merasa lega karena aku akan segera mati. Setelah mati, aku tidak akan menemukan sosok Mama lagi dan aku tidak akan mendapatkan semua 'kasih sayang' Mama lagi.

*****

16-02-24.

Day 16: Buatlah cerita dengan tokoh utama seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dari kejaran hewan buas. Tambahan, anak kecil di sini berumur sekitar 5-13 tahun ya.

Flashback dikit-dikit. Belum sepenuhnya masa lalu Haidan karena masih banyak lagi masa-masa yang membuat dia jadi seperti sekarang ini.

Semoga DWC membawa Haidan terbebas dari masa lalunya :))

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang