"Menurut AS, 374 perwira dan 3.131 orang yang bertempur dalam Perang Dunia II secara resmi masih "berpatroli" 77 tahun setelah perang berakhir ...."
Suara Pak Edo di depan kelas terdengar semakin samar di telingaku. Beliau kalau menjelaskan pelajaran Sejarah pasti dengan suara nina bobo khas miliknya.
Lihatlah, semua orang di kelas sudah pada menguap dan tidur nyenyak. Bahkan, Jona saja sudah ngiler di bangkunya.
Perlahan pun kesadaranku ikut melayang bersama dengan penjelasan Pak Edo mengenai perang dunia kedua yang sangat membosankan itu. Hingga suara beliau digantikan oleh suara teriakan seseorang.
"Attention!"
Hah, tunggu dulu!
Kenapa aku bisa ada di lapangan yang berisi para pria berseragam tentara? Mereka besar-besar dan kekar. Pandangannya lurus ke depan, satu tangan memegang senapan panjang.
"Baris kelima paling pendek! Fokus!"
Semua orang semakin menegakkan tubuh mereka. Aku menghitung baris kelima yang dimaksud dan ... itu aku! Kenapa komandan di depan sana tahu kalau aku tidak fokus? Soalnya tiba-tiba saja aku memikirkan kehidupan di masa depan. Padahal seharusnya hari ini lebih semangat bersiap untuk menghadapi musuh.
Sebagai prajurit perempuan, aku harus siap segala risiko. Seperti diremehkan dan dianggap lemah. Akan tetapi, postur tubuhku lumayan berisi, sedikit memudahkanku untuk memegang senjata.
Ngiiiiingg!
Dengingan suara mengganggu acara berlatih kami pagi ini. Ketika menoleh ke atas, sebuah kapal terbang tengah mengarahkan senjatanya ke arah kami.
Dor! Dor! Dor!
Teriakan kesakitan orang-orang pecah di lapangan yang luas itu.
Aku berusaha menghindar, tetapi tidak menepi sementara semua orang berlarian dari lapangan. Tanganku terangkat, mengarahkan moncong senapanku ke seseorang yang tengah mengendarai kapal terbang itu.
Serangan terus terjadi bertubi-tubi. Banyak di antara kami para prajurit yang terkena dan gugur di tempat.
Dor!
Hampir saja! Tembakan mengenai tanah di depanku tepat. Jantungku berdetak kencang, tanganku gemetar. Itu tadi sangat dekat.
Namun, aku berusaha untuk tidak menyerah membidik kepala orang itu. Bahkan, ketika semua serangan ditujukan kepadaku.
Dor! Dor! Dor!
Tembakan itu bertubi-tubi, salah satunya mengenai kaki kananku. Bersamaan dengan itu, terdapat tembakan lain yang mengarah pada kepalaku.
Tepat saat itu, aku menarik pelatuk hingga pelurunya lepas bersama suara 'dor' keras.
Sebuah peluru menembus kepalaku, membuat kepalaku mati rasa sementara. Hingga tubuhku ambruk di tanah berumput hijau.
Aku tersenyum. Akhirnya, aku bisa mati setelah berhasil menembak pengemudi kapal terbang itu. Aku juga masih sempat melihat kapal itu kehilangan keseimbangan dan jatuh berdebum di tanah.
*****
17-02-24.
Day 17: Buat cerita dengan tokoh utama hari ke-13 yang terbangun sebagai seorang prajurit Perang Dunia II.
Source: https://nationalgeographic.grid.id/amp/133580727/perang-usai-kenapa-3500-prajurit-perang-dunia-ii-masih-berpatroli
Aku asal search aja dulu di Google, abis itu nulis seadanya di otak. Maap kalah cerita ini segaje diriku, memang iya:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Time [END]
RandomCoffee is always a good idea. Kehidupan random dari empat orang tokoh utama yang memiliki sifat berbeda dan secara kebetulan terhubung. "Ngopi dulu aja sini." #DWC NPC 2022 #DWC NPC 2023 #DWC NPC 2024 Copyright 2022 @Julysevi