14 | Jona Claresta - PDKT

4 0 0
                                    

Baru memasuki ruang kelas, aku disambut oleh setangkai mawar merah. Mataku membelalak kaget. Secuil hatiku terenyuh, merasa senang dan bahagia, tetapi sisi lain merasa gengsi.

"Selamat pagi, Bidadari Surga."

Sosok Erza mengucapkan kalimat itu tepat setelah bunga berada di depanku.

Aku ingin tersenyum, tetapi yang ada malah melengos begitu saja. Untuk saat ini, aku tidak akan menerima sesuatu apa pun dari siapa pun kecuali Haidan.

"Lo mau gue traktir sarapan di kantin, Jon?" Valya dari belakang merangkul pundakku. Ia belum menyadari Erza yang memelas di pojokan samping pintu.

"Boleh, deh," jawabku.

Oh, ternyata aku munafik. Kataku tadi tidak mau menerima apa pun dari siapa pun kecuali Haidan.

Baru saja ingin melewati pintu lagi untuk keluar kelas, Erza menghadang. "Jona yang cantik, hari ini kenapa kamu lebih cantik dari bidadari surga? Secantik mawar merah yang aku petik dari taman sekolah ini."

Bjir, ternyata nyolong.

"Widih, pagi-pagi udah dikasih sarapan mawar merah. Udah kek orang mati aja," sindir Valya dengan tawa kematian miliknya.

Iya, si Valya sekarang kalau ketawa sudah tidak peduli dengan manner. Puas sekali kalau meledek temannya sendiri.

"Mamam sendiri sana," ujarku menghadap ke Valya, aslinya menyuruh Erza pergi.

"Lo nggak mau, Jon? Buat gue aja, ya, Za?" Valya langsung menerima paksa tangkai bunga itu. Meskipun dipegang sedikit erat oleh Erza, gadis itu berusaha mengambilnya sampai dapat.

Setelahnya, kami berdua ke kantin bersama. Namun, tidak sampai di situ saja, pendekatan yang dibuat oleh Erza masih berlanjut.

Waktu istirahat tiba, sosok jangkung itu sudab berdiri di depan kelasku. Entahlah kenapa kelas dia berakhir lebih cepat.

"Jajan buat kamu, Jonaku." Tangannya mengulurkan satu plastik berisi snack. "Makan siang di kantin, yuk, aku traktir sepuasnya."

"Gue mau!" teriak Valya dari dalam kelas, langsung menyerbu dengan wajah berbinar.

Erza tersenyum maklum. Sepertinya dia mau memarahi Valya, tetapi masih jaga image di depanku.

Lama-lama aku tidak bisa diam saja. Tunggu dulu sampai laki-laki itu lelah mengejar.

Sampai di kantin, kami duduk bertiga dengan aku yang di tengah. Sengaja sekali Erza duduk di sampingku. Namun, ia tidak makan, melihatiku yang sedang makan.

"Jona, rambut kamu berantakan tetap kelihatan cantik. Coba pakai jepitan ini, pasti bakal lebih cantik lagi."

Bukan aku yang menerima. Valya mengambil saja dari tangan Erza, lalu memakainya sendiri. Ia berkaca di kamera ponselnya sembari tersenyum-senyum.

Erza menghela napas berat. Tangannya kembali mengambil sesuatu dari dalam saku celana. "Gue punya dua tiket nonton bioskop. Sepulang sekolah kita pergi, ya?"

"Ayok!" jawab Valya bersemangat.

Wajah Erza memelas, mengisyaratkan tanda lelah kepada Valya, berharap gadis itu tidak terus menyambungi begitu saja.

"Sama ini boneka buat kamu. Dia bawain cokelat, loh." Lagi-lagi laki-laki itu mengeluarkan hadiah. Kali ini boneka Teddy Bear berukuran sedang dengan selipan cokelat di tangannya.

"Za, makasih banyak, ya. Gue bisa nerima semua hadiah lo, tapi enggak cinta lo." Akhirnya, aku buka suara setelah sekian lama diam saja.

Padahal aslinya dalam hati aku senang sekali dengan perlakuan Erza. Seandainya kejadian dulu tidak terjadi, aku akan dengan senang hati menerima Erza lagi sebagai cowokku. Terlebih setelah dia mengubah love language-nya menjadi words of affirmation dan giving gifts begini.

"Apalagi kalau tiap hari lo ngasih gue hadiah gini, gue terima semua," ujarku dengan senyum jail seperti biasanya.

*****

14-02-24.

Day 14: Buatlah tokoh cerita kalian sedang PDKT dengan crushnya sesuai dengan love language kalian masing-masing.

Aku: words of affirmation dan receiving gifts

Coffee Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang