"REI? LO GILA?"
Valya datang ke depan rumahku memakai pakaian aneh. Bukannya hari ini ia harus sekolah? Kenapa pakaiannya seperti orang tidak jelas begitu?
Setelan atas bawah hitam panjang-panjang, sepatu tinggi berwarna gelap, rambut wolf cut yang dibiarkan terurai, lalu satu hal yang lebih aneh. Senior yang merupakan tetanggaku itu tengah membawa sebuah benda aneh.
"Ngapain bawa gituan?" tanyaku.
"Hah? Futon lo pasti kering, ya? Kenapa nggak dibawa? Lo mau jadi ikan panggang?"
Oh, iya, benda itu adalah futon--yang sepertinya berisi air--digunakan sebagai helm. Astaga, norak sekali.
"Lo jadi pergi nggak, sih?"
"Jadi, kok."
"Kenapa pakai seragam 279 tahun yang lalu? Lo mau mati jadi ayam panggang? Mana sun screen lo?" Valya berdecak kesal, mendorongku masuk rumah kembali. "Mending lo pakai baju yang benar dulu, deh."
Aku sama sekali tidak mengerti. Memangnya kenapa? Sebenarnya ada apa, sih?
"Bentar, gue ambil HP dulu."
"Hah? Apaan, tuh, HP? Judul game? Kebiasaan buruk banget game mulu dari zaman baheula."
Segera aku menuju lantai dua. Namun, ternyata aku salah karena ini tidak terlihat seperti rumahku. Ruangan besar yang terbuat dari kaca dan ber-AC banyak. Semua AC menyala, sekitar tujuh buah.
"Tunggu, Val, HP gue di mana?"
Valya mengedikkan bahunya. "HP apaan, sih?"
"Ya, HP. Emang apaan lagi?"
"Tunggu dulu, deh. Lo dari tadi aneh banget, Rei. Kita, kan, udah janjian jam 6 bakal berangkat. Lo malah masih pakai baju aneh yang setipis plastik ini. Terus, futon lo kering, lo pasti nggak beli air di tempat gue yang segar dan tahan lama. Juga, yang barusan lo bahas HP apaan coba? HP bukannya benda zaman dahulu, ya?"
Semakin ke sini, semakin aku tidak mengerti. Intinya, saat ini aku membutuhkan HP untuk mencari tahu lewat Google.
"Nggak, ya. Lo juga punya HP, kok. Biasanya lo main HP sampai lupa waktu."
Tidak segera merespons, Valya menatapku kesal. "Lo hari ini kenapa, sih, Rei? Aneh banget kayak orang asing."
Mendengar itu, aku langsung kembali diam. Siapa yang aneh? Aku atau dirinya? Cih, mending aku cari sendiri benda itu.
Aku hendak ke lantai atas, ke kamarku, tetapi perhatianku teralihkan kepada Valya lagi.
Gadis itu dengan wajah kesal duduk di kursi. Ia memegang sebuah benda persegi panjang tipis yang bisa menyala. Bukan smartphone. Lebih canggih dari itu. Benda itu ketika dipegang langsung mengeluarkan cahaya. Kemudian, Valya memakai sebuah kacamata yang sepertinya langsung mengarah pada sebuah alat transparan.
Ia bisa memencet udara seolah sedang memainkan gadget.
Aneh. Dunia ini aneh.
Ternyata di sakuku juga ada benda tipis dan kacamata elektronik seperti milik Valya.
Ketika aku memegang benda tipis itu dan memakai kacamatanya, seketika aku melihat dunia lain.Benda transparan yang aku maksud tadi adalah sebuah gadget praktis.
Aku seolah berada di dunia gadget itu. Betapa menyenangkannya bermain game dengan benda canggih ini. Wah, seandainya di duniaku ada.
"Rei, suhu hampir 40 derajat Celcius ini gimana, sih? AC lo berapa sebenarnya? Cuma tujuh? Gila, sih, panas banget."
Hampir 40 derajat Celcius padahal ber-AC? Batinku tidak percaya dengan itu semua.
Dengan cepat aku menguasai cara kerja benda gadget transparan ini. Selain mudah dibawa, benda ini juga mudah dipakai. Aku bahkan langsung mengerti bagaimana cara search sesuatu. Tanpa harus mengetik di keyboard, tinggal ucapkan saja kata kuncinya.
"Ada apa dengan dunia di tahun ini?"
Tanpa menunggu sinyal 5G atau apalah itu, pencarian langsung muncul.
Berbagai artikel muncul. Wah, ternyata sekarang tahun 2301? Pantas saja semua terlihat asing dan keren. Canggih banget.
Aku terus menggeser layar transparan ini ke atas. Hingga akhirnya berada di artikel paling bawah. Tunggu, artikel ini ditulis pada tahun 2022.
Ketika kupencet isinya, ternyata menceritakan kisah bumi pada tahun tersebut. Tahunku. Lalu, kenapa aku bisa ada di sini?
"Val, kalau gue keluar nggak pakai sun screen gimana?" tanyaku iseng.
"Gila, ya, gosong lo. Lo kira bisa bertahan di bawah suhu sepanas itu?"
Sementara Valya masih mengomel seperti biasanya, aku terus membaca artikel tersebut. Di sana menceritakan dunia yang sangat indah dengan pemandangan alam yang memanjakan mata. Ia memberi prediksi jika sekitar 200 tahun yang akan datang (sejak 2022), semuanya akan hilang. Rumah kaca semakin banyak di sana-sini. Baik di dekat perumahan jalanan besar, maupun di pegunungan paling pelosok.
Penulis artikel ini sangat jenius. Tebakannya seratus persen benar.
"Eh, Val, panas-panas gini ambil mangga depan rumah, yuk?" ajakku iseng.
"Mangga apaan lagi, sih, woy?"
Hah? Mangga pun tidak ada yang mengenali.
Di artikel lain dijelaskan bahwa mulai tahun 2250, buah dan pepohonan sudah sangat langka. Hewan-hewan yang bisa dimakan pun sudah punah. Mulai dari ayam, sapi, kambing, dan lain-lain.
Air pun susah didapat. Suhu bumi yang meningkat membuat air susah dikendalikan. Hujan sudah mulai jarang turun.
Ya, dunia sekarang memang canggih dan aku ingin di sini lebih lama lagi. Akan tetapi, aku tetap merasa nyaman di zamanku sendiri.
***
day 6 : buatlah cerita dengan setting tahun 2301.
futon-nya terinspirasi dari Armin chibi wahaha
06 Februari 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Time [END]
RandomCoffee is always a good idea. Kehidupan random dari empat orang tokoh utama yang memiliki sifat berbeda dan secara kebetulan terhubung. "Ngopi dulu aja sini." #DWC NPC 2022 #DWC NPC 2023 #DWC NPC 2024 Copyright 2022 @Julysevi