Chapter 62

6.6K 766 94
                                    

sorry for typo(s)

____________________

C l a r r i s e

Wanita blonde itu pergi setelah mengantarkanku pada ruangan yang ia maksud sebagai 'Ruang Direktur'. Sekali lagi, aku bertanya padanya mengenai tujuan dari semua ini. Tapi lagi-lagi ia hanya tersenyum dan menggeleng. Merasa putus asa, aku hanya bisa membiarkannya pergi memasuki lift higga ia benar-benar tidak terlihat lagi.

Pandanganku teralihkan pada pintu putih elegan yang tepat berada di depanku. Aku hendak memegang kenop pintu sebelum pintu tersebut terbuka dengan tiba-tiba.

"Masuklah, Nona Clarisse," ujar seorang pria paruh baya yang membukakan pintu. "Kau pasti bingung mengapa kupanggil kesini. Mari, biar kujelaskan padamu."

Ia lalu menyuruhku duduk di sebuah sofa panjang, sedangkan dia sendiri berada di sofa yang lain. Aku memandangnya heran. Pria ini, aku sama sekali tidak ingat jika aku pernah bertemu dengan dia sebelumnya. Aku dan dia belum pernah pertemu. Aku sama sekali tidak mengenalnya.

Perawakannya hampir mirip seperti William. Hanya saja, aku tidak bisa merasakan aura bijaksana darinya. Senyumnya terlihat palsu dan licik, seolah-olah dia hendak melakukan sesuatu yang buruk yang tidak kuketahui.

Siapa namanya?

Aku mengerutkan keningku ketika mengingat nama pria ini. Kalau tidak salah, Rose tadi menyebutnya sebagai tuan Charles. Ya, Charles.

"Pantas saja dia menyukaimu, kau terlalu polos, Nona." Ujarnya lalu tergelak singkat.

Aku menegakan tubuhku, merasa agak risih dengan ucapannya.

"Siapa yang kau maksud?" balasku tanpa merasa gugup.

"Wah, kau juga sangat berani ternyata," lanjutnya. Aku semakin memandangnya was-was. Apa yang diinginkan pria ini?

"Tenang saja, Nona Clarisse. Aku tidak akan berbuat macam-macam. Aku hanya ingin memberitahu suatu hal penting yang tak kau ketahui. Ini mengenai kehidupan pribadimu, jadi izinkan aku meminta maaf terlebih dahulu karena terlihat lancang."

Aku hanya diam menanggapi perkataannya. Sungguh, biasanya aku akan berusaha bersikap sopan pada orang asing yang baru kutemui. Tapi mengenai pria ini ... aku merasa ada yang janggal. Ini aneh.

"Baiklah, kita mulai dengan perkenalan," iya tersenyum. "Aku Charles Edward, direktur dari perusahaan ini."

"Maaf, tapi aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya. Aku juga tidak mengenalmu. Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan?"

Aku memandang jam tangan dengan resah. Pikiranku terasa berputar-putar, ada yang mengingatkanku untuk segera pergi saja karena pria ini terlihat tidak baik. Tapi di sini lain aku juga ingin mengetahui tujuannya memanggilku ke sini.

Dia terlalu asing, atau mungkin aku memang mengenalnya? Mendiang ayahku dulu adalah seorang pengusaha, mungkin saja dia berhubungan dengan pria ini? Apakah pria ini adalah teman mendiang ayahku atau-

"Benar, kau belum pernah bertemu denganku. Tapi, kau pasti mengenalku," ia kembali tersenyum pongah. "Karena, Zayn sangat membenciku. Kau mengenalku sebagai Charlie."

"Apa-"

Mulutku terasa kering saat itu juga. Aku memandang dia untuk ke sekian kalinya. Pria ini, benarkan dia adalah Charlie? Seorang keparat yang selalu menjadi permasalahan Zayn? Kenapa dia ingin aku menemuinya? Apakah semua ini berkaitan dengan dia?

"Apa yang kau inginkan?" aku berhasil mengendalikan diri dari keterkejutanku. "Kau tidak perlu memperalatku hanya untuk menjatuhkan Zayn."

Ia tertawa. Tawa yang kusadari sebagai hal terakhir yang ingin kudengar dalam hidupku. Suaranya memekakan telinga. Sekarang, aku tahu mengapa Zayn begitu membencinya. Pria ini bisa dengan mudah membuatmu marah hanya karena ucapannya yang terdengar santai tapi menggelikan.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang