Aku keluar dari kelas dua jam kemudian. Dua jam yang sangat menyiksa. Bukan hanya karena tugas yang diberikan Mrs. Grey, tapi juga karena dia yang terus menyindirku. Dia bahkan mengancam tidak akan meluluskanku jika aku tidak mengumpulkan tugas essay yang diberinya.
Dia mengomentariku yang terus-menerus menyanggah materinya, dia juga mengomentariku jika aku tetap diam. Posisiku sangat serba salah. Demi tuhan, hal tersebut sangatlah memuakan. Terlebih perutku sudah sangat merengek ingin diisi.
"Zayn, kau keterlaluan," ucapku kesal mengabaikan perut yang sudah memprotes. Zayn diam, tidak menjawabku. Dia tetap berjalan menuju mobilnya seolah-olah ia.memang sedang berjalan sendirim Aku yang melihatnya hanya mendengua dan mengikutinya dengan terpaksa.
Kenapa ia begitu? Karena aku memaksanya untuk segera mengantarku pulang. Dia sudah mempermalukanku sekaligus menyiksa mentalku. Sialan sekali bukan? Dia juga tetap diam seperti patung. Sama sekali tidak mau membantuku saat aku dipojokkan oleh Mrs. Grey tadi.
"Sebenarnya, apa maumu? Kau tidak berhak mencampuri kehidupan pribadiku." ujarku kesal saat berada di dalam mobil. Aku sudah tidak bisa menahan emosiku lagi sekarang.
Bukannya menjawab, dia justru menghidupkan gas mobil sehingga mobil ini mulai berjalan meninggalkan gedung kampus yang makin lama makin tidak terlihat. Aku megatur nafasku yang sudah tidak karuan saking kesalnya. Dia benar-benar menyebalkan. Apakah mulutnya tidak gatal ingin menjawab pertanyaanku? Apa telingannya tidak pecah saat mendengarku yang tidak berhenti berbicara?
"Sungguh, aku tidak tau bagaimana jalan pikiranmu," gumamku di sela kekesalan.
Kali ini Zayn menoleh, "Kau tidak akan pernah tahu bagaimana jalan pikiranku," jawabnya.
Aku tersentak ketika ia menjawab gumamanku. Sejak kapan ia bisa bicara? --eh.
"Kenapa kau membawaku ke kampus? Aku sedang ingin bolos hari ini." ucapku setenang mungkin.
"Kau bolos bukan hanya hari ini. Tapi bisa sampai satu minggu, bahkan hampir sebulan." tuturnya. Aku terngaga kaget, bagaimana dia bisa tahu? Apakah reputasi jeleku di kampus sangatlah buruk sampai semua orang bisa tahu? Aku bahkan tidak seburuk itu.
Aku masih benar-benar ingin lulus dengan nilai bagus. Tahun lalu, aku hanya sedikit terganggu dengan balap liar ini. Jadi, aku sedikit melanggar. Yeah, agak banyak melanggar lebih tepatnya.
"Bukan urusanmu." Aku melengos ke arah jendela.
"Aku tidak menyangka. Kukira kau murid yang jenius, pintar, dan kelakuanmu baik. Kukira kau mengikuti balap liar untuk membiyayai kuliahmu. Kalau dugaanku benar, kau sudah menyia-nyiakan segala hal yang kau usahakan untuk mencari uang. Kuliahmu sia-sia jika kau tetap seperti itu." ucapnya panjang lebar.
Aku termenung. Apa yang barusan ia katakan? Dia menasehatiku? Yang benar saja! Dia bahkan bisa saja lebih buruk dariku. Tapi dia malah menasehatiku. Lucu sekali.
"Aku mengikuti balap liar bukan hanya untuk biaya kuliah. Tapi juga untuk memenuhi kehidupan ekonomiku dan juga untuk membiayai sekolah Bels," sentakku marah. "Kau tidak tau apa-apa tentangku Zayn! Kau bahkan bisa saja lebih buruk dariku."
Zayn terdiam, dia lalu mengerem mobilnya secara tiba-tiba sehingga membuatku aku terjengkang ke depan. Aku menoleh, ingin memarahinya. Tapi kuurungkan selagi melihat ekspresi wajahnya yang mengeras. Dia marah.
"Ya, aku memang lebih buruk darimu. Tapi, Aku tahu semuanya tentangmu Clarisse. Kukira kau bisa berubah dan terlepas dari kesedihanmu, tapi ternyata tidak. Aku mengawasimu dari jauh. Tapi kau tidak pernah menyadarinya. Kau tidak tau apapun tentangku. Tapi, aku tau semua hal mengenaimu." tandasnya keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfiction"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...