Perlu beberapa detik lagi bagiku untuk mencerna apa yang Zayn katakan. Baiklah, yang pertama adalah dinner. Lalu tentang ayah angkatnya—William—yang ingin menemuiku dan juga Zayn. Lalu, yang terakhir mengenai dinner resmi.
Dinner yang biasanya mengharuskan tamunya untuk memakai pakaian resmi. Pakaian yang berupa dress.
Oh, kuulangi.
Pakaian jenis dress.
Bagus, matilah aku sekarang. Karena aku tidak pernah dan tidak mempunyai baju jenis itu. Aku hanya mengoleksi celana jeans, jaket, dan juga t-shirt. Dress tidak masuk dalam daftar pakaian kesukaanku.
“Tapi, kita tidak akan datang.”
Ucapan Zayn mengembalikanku pada realitas. Aku menatapnya soalah-olah dia tidak sadar dengan apa yang barusan ia katakan.
“Kenapa? Kau harus datang. Kita harus datang. Ayahmu sendiri yang memintanya.” ujarku tidak setuju.
Zayn memalingkan wajahnya dariku, ia terlihat kesal.
“Jangan panggil dia ayahku,” gumamnya, ia melempar sebuah batu kecil ke danau. “Kita tidak akan ke sana karena dia yang meminta. Aku tak akan memenuhi permintaannya kecuali mengenai perusahaan. Dan aku sudah tahu semua akal busuknya. Kau tahu, dia pasti berbohong lagi.”
“Berbohong? Memangnya apa yang dia lakukan? Kukira dia hanya mengirimimu pesan,” tanyaku.
“Ya, memang. Tapi sebenarnya dia tidak benar-benar memaksudkan atas nama perusahaan. Bukan acara makan malam resmi, hanya makan malam biasa. Dan pada akhirnya dia hanya menginginkanku kembali tinggal di rumah itu.”
“Pasti ada hal penting yang ingin ia bicarakan padamu.” Sahutku masih tidak setuju.
“Tidak ada hal penting yang menyangkut dengan dia.” Sentaknya dingin.
Aku tercekat saat mengetahui kemana arah pembicaraan ini akan berakhir. Ini tidak benar, kami sudah lama tidak berdebat dan aku tidak mau hal itu terjadi lagi. Tapi, Zayn tetap harus menemui ayah angkatnya itu. Aku yakin, ia tidak seburuk apa yang dikatakan Zayn karena buktinya Safaa masih bisa bertahan dengan William.
William pasti orang yang baik. Aku harus mengetahui itu, dan untuk mengetahuinya aku harus menemuinya langsung. Atau kalau tidak, aku harus tetap ke rumahnya untuk menanyai Safaa mengenai William yang sebenarnya.
Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dengan satu sudut pandang orang lain.
Aku tidak bisa langsung mengecap William seseorang yang buruk kalau hal itu hanya berupa pendapat dari Zayn.
“Dia ingin bertemu denganmu, Zayn. Pasti ada hal yang benar-benar ingin ia bicarakan. Pasti ada hal penting. Dia sering menipumu dengan cara itu karena kau tidak akan mau datang ke sana tanpa kepentingan kerja.” Balasku mencoba untuk tidak terpancing emosi.
“Dia hanya ingin aku tinggal lagi di sana.”
“Tidak, kau baru akan mengetahuinya jika kau datang malam ini.”
“Itulah yang dia inginkan, tidak ada alasan lain,” ia mengertakan giginya lalu menatapku. “Kita tidak akan datang ke sana. Masalah selesai.”
Sebelum aku benar-benar bisa membuka mulutku untuk membuatnya berubah pikiran, ia sudah terlebih dulu bangkit dan berbalik.
“Sebaiknya kita pergi, karena sepertinya tempat ini tidak bisa mendinginkan kepalaku saat sedang bersamamu. Si tua bangka itu merusak semuanya. Bahkan sebelum dia belum benar-benar bertemu dengamu.”
Mendengarnya, aku mengela nafas. Aku menyerah, semua yang kupikirkan selama ini benar. Aku belum benar-benar bisa masuk ke dalam kehidupannya. Dia terlalu rumit dan sulit untukku.
![](https://img.wattpad.com/cover/19988280-288-k658219.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect You || Malik [au]
Fanfiction"Ini hanya tentangku yang kau benci. Tentangku yang terlalu takut kehilanganmu. Tentangku yang mencintaimu dan terlalu pengecut untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Tapi, kumohon, jangan lagi mencoba menjauh dariku. Aku hanya ingin kau di sini...