Chapter 45

7K 762 12
                                    

Unedited.

sorry for typo(s)

_____________________________

Aku menarik nafasku dalam-dalam ketika melihat Zayn yang sedang berdiri di depan pintu apartemennya –hendak membuka pintu tersebut. Dalam perjalanan ke apartemen tadi, aku memikirkan keputusanku untuk bertanya langsung padanya atau tidak. Dan sekarang, aku sudah mendapatkan keputusan itu.

Aku akan bertanya langsung pada Zayn, sekarang.

Ya, itu lebih baik daripada aku mati penasaran.

Walaupun dalam hati kecilku, aku masih merasa takut jika hal itu benar adanya. Aku tau jika Harry bukanlah orang yang suka berbuat baik, aku juga tau jika perkataannya sulit untuk dipercaya. Tapi untuk yang satu ini, aku sedikit mempercayainya. Harry tidak pernah membuang waktunya yang berharga hanya untuk memperingatkan seseorang sepertiku jika hal yang diperingatkan tidaklah penting. Dia bahkan sampai menemuiku di taman, jadi menurutku perkataannya tadi bukanlah omong kosong.

Dia seperti sedang memberitahuku mengenai salah satu dari sekian hal yang tidak diketahui olehku mengenai Zayn. Dia mencoba memberitahuku mengenai Zayn yang dikenalnya, bukan Zayn yang dikenal olehku sekarang.

Ya, pasti seperti itu. Mengingat banyaknya hal janggal yang ada pada lelaki tersebut.

Dengan langkah setengah berlari, aku menghampirinya saat dia sudah hampir masuk ke dalam apartemen. Aku juga memanggil namanya, membuatnya menoleh dengan salah satu tangan yang masih memegangi sisi pintu.

Dia menaikan sebelah alisnya saat melihatku yang menghampirinya dengan nafas sedikit terengah karena berlari.

“Aku … mau bertanya sesuatu.” Ucapku sambil menstabilkan nafas.

Dia masih diam, jadi aku memutuskan untuk melanjutkan.

“Kau habis darimana saja?” kata-kata itu terlontar begitu saja oleh mulutku.

Zayn menatapku heran.

Sialan, harusnya aku tidak bertanya mengenai hal ini. Aku ingin menanyakan apa maksud dari perkataan yang diucapkan Harry padaku. Tapi mengapa malah yang keluar adalah kata-kata tadi?

“Kau tidak perlu tau Clarisse, itu urusanku. Mengapa kau bertanya seperti itu?” tanyanya balik.

Aku membasahi bibir bawahku, sedikit gugup. Ah, sialan. Mengapa efek itu datang lagi? Mengapa aku merasa sangat gugup saat ditatap olehnya?

Dengan cepat aku langsung menggelengkan kepalaku, sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaannya. Awalnya dia memandangku tidak yakin, namun setelahnya dia hanya mengangkat bahu lalu berniat untuk kembali membuka pintu dan masuk ke dalam apartemennya.

Aku sedikit tersentak. Dia tidak boleh masuk sebelum aku menanyakan maksud dari perkataan Harry.

“Tunggu.” Ucapku sambil memegang lengannya.

Aku mendengar Zayn menghembuskan nafasnya pelan, dia menoleh dan menatapku. Sedikit kesal.

“Ada apa lagi?” ucapnya datar.

Aku menelan ludahku. Sepertinya dia sedang dalam keadaan yang tidak baik, dan hal itu membuatku ragu untuk menanyakan hal itu. Aku takut jika nantinya dia kesal atau justru marah dan…

“Apa benar jika kau sudah mengenalku sebelum kita bertemu di balapan malam itu?” Aku melihat sorot kekagetan dari matanya saat pertanyaan tersebut terlontar begitu saja dari mulutku.

Sungguh, ketika sedang dalam keadaan gugup aku sama sekali tidak dapat mengontrol kalimat yang terucap oleh mulutku. Aku sama sekali tidak memikirkan dampak dari pertanyaan itu. Pikiranku menyuruh untuk menanyakan hal ini lain waktu, menunggu keadaannya membaik. Tapi hatiku sudah sangat tidak sabar dan justru membuatku secara tidak sadar melontarkan pertanyaan itu dengan gampangnya.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang