Chapter 53

7.7K 762 43
                                    

sorry for typo(s)

_____________________________

“Cha –Charlie?” tanyaku terkejut.

“Kau pasti pernah mendengarnya, kan?”

Aku mengangguk mantap. Pantas saja aku merasa pernah mendengar nama itu. Karena setelah kuingat-ingat, Charlie adalah orang yang mendalangi penculikan Bels. Bagaimana bisa aku melupakannya? Bahkan saat mendengar namanya aku merasa bekas luka lengan kananku kembali berdenyut sakit.

Dari caranya berbicara aku sudah bisa memastikan kalau Charlie ini adalah orang yang tidak disukai oleh Zayn. Atau mungkin bahasa kasarnya, seorang musuh. Tapi, siapa orang yang satunya lagi? William? Aku sama sekali tidak pernah mendengar nama itu disebut.

Apakah dia termasuk gerombolan Harry, atau apa?

“Lalu, William –aku belum pernah mendengarnya.”

Zayn menggeleng, “Tidak. Kau mengetahuinya. Yah, paling tidak kau bisa menebak siapa orang itu.”

Aku mengingat-ingat sesuatu mengenai seseorang yang bernama William ini. Tapi, sungguh, aku sama sekali tidak pernah mendengar nama ini sebelumnya. Kecuali jika William yang dimaksud olehnya adalah Will, lelaki berambut pirang yang selalu kutemukan sedang tertidur di perpustakaan kampus.

Jelas sekali bukan orang itu yang dimaksud oleh Zayn.

Merasa tidak mendapat jawaban sama sekali, aku mendongak menatapnya lalu menggeleng pasrah. Well, memang benar bukan? Aku sama sekali tidak mempunyai ide mengenai siapa William ini.

Zayn menghela nafas, “William. Dia Pria tua keparat yang memperalatku sejak dulu. Membuat kehidupan burukku semakin buruk,” ujarnya kentara sekali tidak mau menjelaskan siapa William itu. “Tapi, sayangnya, adikku yang malang masih saja percaya kalau pria tua itu baik. Bersedia merawat kami, mengasuh kami, sampai dia tidak mau tinggal bersamaku dengan alasan kalau pria tua yang dikasihinya masih membutuhkan kehadirannya.” lanjutnya getir.

Aku tidak butuh untuk bertanya lagi agar dapat mengetahui siapa orang yang ia maksud.

William. Aku tahu siapa dia. Dia pria yang selama ini dibenci oleh Zayn. Dia pria yang membuatnya sering bertindak dingin pada adiknya sendiri.

William. Ayah angkatnya dan juga Safaa, adiknya.

Dan saat itu juga aku menyadari sesuatu. Saking tidak sukanya dia pada ayah angkatnya ini, Zayn bahkan tidak menggunakan nama terakhirnya seperti yang digunakan Safaa. Nama akhir gadis itu adalah Carter, mengikuti nama akhir William –aku yakin –sedangkan Zayn tetap pada nama lamanya, Malik.

Well, memang sih menurutku pilihannya sudah benar. Bayangkan jika dia memilih untuk mengganti nama akhirnya seperti yang dilakukan Safaa. Maka namanya akan menjadi Zayn Carter…

Uhm, terdengar … aneh?

 “Mengapa kau begitu tidak menyukai ayah angkatmu? Kukira dia memang baik. Dia mau mengasuhmu dan juga-“

“Tidak. Jangan pernah berkata di depanku kalau pria tua keparat itu orang baik. Karena kenyataannya sama sekali tidak. Dia bahkan memprovokasi Safaa agar tetap tinggal bersamanya.” Potongnya dengan kesal.

Aku mengatur nafasku dengan cepat, mencoba menetralkan emosi yang sebentar lagi terpancing. Biasanya aku akan membiarkan penolakanku keluar begitu saja dari mulut. Tapi, aku tahu. Sekarang bukanlah waktu yang tepat. Jelas sekali kalau Zayn sangat membenci ayah angkatnya.

Pasti ada alasan. Ya, pasti. Dia tidak mungkin membenci tanpa alasan. Jadi, aku tidak boleh mendebatnya seolah-olah aku mengetahui mengapa dia sangat membenci ayah angkatnya. Aku tidak mendebat kalau nantinya berakhir dengan kami yang bertengkar. Lagi.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang